Showing posts with label TIPS MENULIS. Show all posts
Showing posts with label TIPS MENULIS. Show all posts

Saturday, March 03, 2012

10 Tips Meningkatkan Kemampuan Anda Menulis Artikel

Tidak ada jalan pintas untuk bisa menulis artikel dengan baik. Kemahiran menulis adalah tentang To-Do, berbuat sesuatu atau masalah 'melakukan'. Dengan kata lain, sangat tergantung kepada sebesar apa dan sekuat apa Anda berlatih menulis, menulis dan terus menulis. Berikut ini 10 kaidah atau aturan, yang akan membantu Anda dalam meningkatkan kemampuan menulis artikel dan membuat proses menulis menjadi lebih mudah.
1. Baca artikel orang lain - Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kualitas tulisan Anda sendiri, apakah itu menulis artikel, tulisan populer atau fiksi, adalah dengan membaca tulisan/karya orang lain. Jika Anda hanya berfokus pada tulisan Anda sendiri, maka Anda akan ketinggalan. Tulisan Anda akan terasa basi dan terbatas. Anda perlu meningkatkan kreativitas dan imajinasi Anda dengan membaca artikel orang lain.

Thursday, August 18, 2011

Menolak Rutinitas Yang Membosankan

‘’Saya ingin menulis, tetapi  menulis apa? Tidak ada sesuatupun di dalam hidup saya yang menarik untuk dituliskan. Tidak ada cerita menarik. Hidup saya (dari hari ke hari) hanyalah rutinitas yang membosankan! Bagaimana supaya kreatif, menemukan gagasan segar atau cerita menarik untuk dituliskan?’’ 

Seorang teman belum lama ini mengungkapkan hal itu. Dan saya tertegun mendengarnya.  Apa itu cerita yang menarik? Benarkah ada yang menarik secara objektif? Apakah yang membuat Anda tertarik juga menarik buat saya? Atau sebaliknya, cerita yang kita anggap menarik, belum tentu menarik bagi orang lain. Jadi, jelas sudah: memang tidak ada cerita yang bisa menarik buat semua orang. Dengan kata lain, tulisan yang menarik adalah  perkara subyektivitas.

I am what you describe
(taken by
ronald agusta)
Saya ingin membantu kawan saya yang sedang kebingungan. Apakah kita bisa mengubah sedikit cara kita melihat sesuatu? Sehingga persepsi kita mengenai sesuatu pun menjadi berubah? Kisah roman klasik Romeo and Juliet karya Sir Wiliam Shakespeare, memang menarik pada jamannya. Kisah ini telah menumpahkan jutaan ember atau gentong air mata dari seantero penjuru negeri yang pernah menyaksikan drama atau membaca kisahnya.

Tuesday, August 09, 2011

The Wedding Drama

Ini kisah tentang liku-liku perjuangan hidup seorang pemuda Indonesia yang bertekad untuk mengubah jalan hidupnya (yang semula hanya seorang pemabuk yang tidak memiliki masa depan) tetapi kemudian berhasil menjadi seorang Pengusaha kaya yang terkenal setelah ia mengubah jalan hidupnya dengan bermigrasi ke negeri Kanguru, Australia. Tidak mudah memang upaya yang telah ditempuhnya bak jalan yang panjang nan berliku. Bermula dari seorang pendatang gelap yang selalu menjadi buronan Polisi, sampai berhasil mendapatkan status resident  karena perkawinan. Sebuah perjuangan yang harus ditebus dengan mahal. 

Ada teman lama, lebih 20 tahun tidak pernah terdengar kabarnya, apalagi berjumpa muka. Eh, tiba-tiba saja Ma’ruf, 45 tahun,  muncul bersama seorang perempuan berambut ikal pirang sebahu.  Si pria hitam legam, bercelana putih bersanding dengan wanita kulit putih kemerahan. Sungguh pemandangan kontras di sore itu! Tetapi keduanya tampak serasi, berdiri bergandengan tangan di pekarangan rumput depan rumah saya. Seolah ragu, memandang kiri kanan dan sekeliling rumah.

Sunday, July 17, 2011

Teknik Membaca Cepat, Penting dan Perlu Anda Kuasai

Kuncinya, Fiksasi Mata Secara Efektif
(Serial Tips Menulis)
(blog.prathambooks.org)
Pada suatu kesempatan, saya mengikuti pelatihan Speed Reading  di sebuah Sekolah Tinggi Manajemen di Jakarta (terimakasih Ibu Jenny H. Utama, yang telah  memperkenalkan sekaligus menunjukkan metode membaca cepat). 

Teknik ini, sangat bermanfaat bagi Anda yang ingin terus belajar, menambah ilmu untuk kemudian tentunya menularkan ilmu yang bermanfaat tersebut melalui karya tulis.  

Sebelum menulis, bacalah sebanyak mungkin referensi, tetapi tulislah hanya yang benar-benar Anda mengerti dan fahami. Bukan sebaliknya, banyak menulis sesuatu melebihi pemahaman Anda. Sebab jika itu yang Anda lakukan, maka kita hanya akan menghasilkan tulisan yang menyesatkan.   


Sunday, June 05, 2011

Cerita Lusia: Make It Simple, Start From Small Thing!


Lusia Nini Purwajati, 23 tahun adalah Penulis muda Indonesia, yang belum lama ini meraih  juara pertama pada International Youth Day Essay Contest. Sebuah kontes penulisan essay bergengsi di tingkat dunia, yang diikuti sekian banyak peserta dari berbagai negara. Gagasannya sederhana. Tetapi ia berhasil menuliskannya dengan baik. Mari kita belajar dari Lusia.

Lusia N. Purwajati
Lusia dinilai berhasil mengombinasikan anekdot personal dengan pandangan yang luas  tentang bagaimana kita bersikap sehingga dapat membantu mengubah masa depan planet (bumi) kita menjadi lebih baik. Lusia seakan ‘mengingatkan’ kita agar berpikir global dengan bertindak lokal. Berbuat sesuatu yang besar melalui tindakan kecil sehari-hari. 

Berikut ini saya kutipkan cuplikan tulisan Lusia untuk Anda dari International Youth Day Essay Contest.

By walking or cycling maybe we need 15 minutes more to get to school, but we can extend the age of our Earth. (Lusia Nini Purwajati, Indonesia).


Friday, May 27, 2011

Menulis dan Sensor Diri (Self Censorship)

Setiap orang mempunyai kebebasan untuk menulis. Anda benar-benar bisa menulis apa saja dengan cara bagaimana saja juga untuk tujuan apa saja sesuai keinginan Anda. Tetapi, ketika (tulisan) Anda berhubungan dengan orang lain, kemudian dilakukan melalui media umum (terbuka), maka kebebasan Anda pada dasarnya dibatasi oleh kebebasan orang lain untuk mendapatkan hak yang sama. 

Inilah saatnya kita memerlukan sensor diri yang bisa mencegah kita dari kesulitan yang lebih besar, yakni bergesekan dengan persoalan etika, benturan moral dan/atau pelanggaran hukum. 


Tidak ada sanksi apapun ketika Anda melanggar etika dan moral. Tetapi ada sanksi yang tegas ketika Anda melanggar hukum. 

Sanksi etika dan moral bersifat instrinsik (bisa dirasakan tetapi tidak terlihat) sedangkan sanksi hukum bersifat ekstrinsik, jelas dan nyata. Ancamannya, bisa berupa hukuman pidana seperti kurungan badan (penjara) atau perdata berupa denda yang harus dibayar. 

Sanksi etika dan moral, berupa alienasi (pengasingan), tidak disukai (dibenci) tersingkirkan dari pergaulan sosial atau sama sekali tidak diperdulikan (kehadiran/keberadaan Anda diabaikan/tidak dianggap).

Menulis Itu Candu!


Menulis itu candu. Benarkah? Jangan khawatir. Tidak ada salahnya, jika menjadi pecandu sesuatu yang tidak merusak fisik, psikis dan pikiran kita. Benar, menulis itu bak candu. Sekali Anda  menikmatinya, akan sulit Anda menghentikannya. Apa yang sesungguhnya membatasi Anda, pada akhirnya adalah soal waktu. Maka, tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai pada waktunya.    

Tidak pernah ada karya tulis manusia  yang  sempurna, selama kita berada dalam kerangka waktu. Perjalanan menggunakan waktu itulah yang memungkinkan timbulnya  perkembangan gagasan dan pemikiran seorang penulis untuk terus menerus memperbaiki karyanya. Inilah saatnya kita memahami satu-satunya batasan bagi setiap penulis, yakni deadline.


Opium Smoker
Kita pernah menyinggung selintas mengenai deadline atau  tenggat waktu yang menentukan hasil sebuah karya tulis. Baiklah, kita lanjutkan tentang apa itu tenggat waktu. Ada satu hal yang penting diketahui di dalam industri penerbitan media massa dan wajib dihormati oleh Penulis maupun Penerbit. Bahkan saking dihormatinya, ia acapkali disebut sebagai Dewa. Ia bukanlah para Bos atau pimpinan di suatu perusahaan penerbitan, tetapi justru deadline!

Maka, jika selama ini Anda merasa menjadi manusia bebas, yang bisa berbuat sekehendak hati, tetapi faktanya, tetap saja Anda tidak bisa terbebas dari kerangka waktu. Inilah sesungguhnya yang mengendalikan  kita dalam menulis!

Thursday, May 19, 2011

How To Write Better?

Pembaca Yth.

Mengingat semakin tingginya para peminat blog yang biasa disebut BLOGGER di Indonesia dewasa ini, maka mulai hari ini dan selanjutnya, saya ingin berbagi kiat-kiat atau tips praktis tentang  Teknik Menulis yang Efektif.

Gagasan ini sebenarnya sudah cukup lama mengendap di dalam benak. Tetapi, baru kali ini bisa dilaksanakan setelah menyingkirkan berbagai alasan yang selalu mencegah niat tersebut. Padahal, Teknik Menulis yang Efektif sungguh sangat penting dan perlu diketahui siapa saja. Keterampilan menulis sangat bermanfaat dalam memenuhi berbagai keperluan sehari-hari dan bisa dilakukan kapan saja!

Tuesday, May 03, 2011

Kapan Waktu yang Tepat untuk Menulis? Dan Apa Yang Harus Kita Tuliskan?

Menulis bisa kapan saja. Carilah tempat, waktu dan suasana yang nyaman bagi Anda. Bisa pagi-pagi setelah bangun tidur, ketika pikiran masih segar. Atau sebelum berangkat ke kantor. Bisa juga siang hari di tengah kejenuhan suasana kerja, atau ketika ada waktu istirahat. Bahkan bisa sore atau malam hari, setelah merampungkan semua pekerjaan rutin. Ada yang membiasakan diri menulis sebelum tidur, dia menuliskan segala sesuatu yang dialaminya sehari itu, sebelum berangkat keperaduan untuk bermimpi. Singkatnya, tidak ada ketentuan kapan harus menulis.

Bagaimana kalau kita bepergian keluar rumah, keluar kota bahkan ke luar negeri? Kemana pun Anda bepergian, baik direncanakan atau tidak, siapkan diri Anda dengan perlengkapan standar. Apa itu? selalu tersedia alat tulis, bloc-note, tape recorder  di dalam tas Anda. Paling tidak, selalu ada pena/pulpen, pensil dan buku catatan,  atau lembaran kertas di saku baju atau celana. Lebih baik, kalau selalu membawa notebook atau laptop. Nah, kalau kebetulan Anda sedang bepergian, amatilah apa yang menarik perhatian Anda dengan lebih seksama, berikan waktu untuk menangkap pernak-pernik dan detailnya. 

Monday, May 02, 2011

Mengapa untuk Bisa Menulis Perlu (banyak) Membaca?

Hubungan Menulis dengan Membaca

Banyak orang yang ingin bisa menulis dengan cepat tetapi merasa malas untuk membaca. Adakah kaitan antara menulis dengan membaca? Mengapa untuk bisa menulis (dengan baik) perlu (banyak) membaca? Bagaimana kalau saya hanya membaca apa yang memang penting dan perlu saja buat saya? Apa yang harus kita baca?

Tuhan memang menciptakan segala sesuatu itu berpasang-pasangan. Kita bisa berbicara karena kita diberi kemampuan mendengar. Apakah ketika bayi dulu, Anda pernah  belajar mendengar? Tidak, kita tidak pernah belajar bagaimana cara mendengar. Tahu-tahu kita bisa mendengar saja. Dan itu adalah anugrah (given) yang diberikan oleh Sang Maha Pemberi Kehidupan!


Banyak membaca sedari 
kecil, membantu 
meningkatkan 
kecerdasan [sethskim.com] 
Di sekolah Dasar kita belajar membaca dengan mengenal huruf-huruf (abjad) dan angka. Lalu kita ‘belajar’ menulis dengan cara menirukannya! Mari sejenak kita balik penjelasannya, apakah mungkin kita bisa menulis tanpa (terlebih dulu)  bisa membaca? 

Apa yang akan kita tuliskan, jika kita tidak mempunyai perbendaharaan (kosa kata) apapun di dalam benak kita?  Maka dengan banyak membaca, tentu saja perbendaharaan kata-kata yang dimiliki pun semakin kaya. Dalam arti, semakin banyak dan bervariasi. Perbendaharaan kata inilah yang sangat membantudalam menciptakan atau memproduksi tulisan-tulisan yang menarik bagi pembaca.


Sunday, May 01, 2011

Bagaimana Mulai Menulis?

Bagaimana mulai menulis? Dan apa kaitan antara menulis dengan membaca? Apa yang menyebabkan kita sering lupa dari apa yang kita baca? Mengapa kita hanya ingin membaca apa yang kita sukai saja?  

Sobat, inilah pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh mereka yang sedang belajar menulis. Kali ini, saya ingin menjawabnya dengan cara yang berbeda. 

Mulailah menulis ketika kita ingin menulis! Sebaliknya,  tidak usah menulis ketika Anda sedang lelah. Saya sering membaca di beberapa blog tentang tips menulis, disebutkan bahwa kita bisa menulis dalam keadaan apa saja. Mau tidur, sedang marah, sedang mengalami kelelahan, dan lain sebagainya. 

Namun, tentu saja kita juga harus realistis dengan satu hal, bahwa sesuatu keadaan (fisik dan kejiwaan) seseorang akan mempengaruhi tulisan yang dihasilkannya. Jika kita sedang lelah, sebaiknya tidak usah dipaksakan, karena menulis dalam keadaan lelah hanya akan menghasilkan tulisan yang melelahkan untuk dibaca.

Wednesday, April 20, 2011

Bagaimana Membuat Tulisan Anda Menarik?

Anggap saja sebuah Tulisan itu, seorang manusia. Maka, faktor-faktor apa yang membuat kita tertarik kepada seorang Manusia? Atau apa kira-kira yang perlu kita persiapkan supaya banyak orang yang ‘tertarik’ kepada kita? Tentu jawaban untuk pertanyaan ini bisa beragam. Dan sangat tergantung kepada maksud dan tujuannya, karena itu juga bisa menjadi sangat subjektif, tergantung selera setiap orang.

Tetapi, mari kita permudah. Kalimat ‘tergantung kepada maksud dan tujuannya’ di atas, berlaku juga dalam hal menulis. Maka, pertanyaan yang sama kita ajukan: apa sebenarnya maksud dan tujuan Anda menulis? Ingat, menulis hanyalah alat, perantara, yang digunakan seseorang untuk mengekspresikan gagasan/ide, pendapat, pikiran, opini, bahkan juga perasaan. 


Dengan mengetahui maksud dan tujuan dengan jelas, maka kita pun selayaknya menggunakan alat yang tepat, supaya maksud dan tujuan tersebut dapat ‘tersampaikan’ dengan baik. Dalam arti, apa yang diterima oleh pembaca, itulah yang dikehendaki oleh si Penulis.  

Tuesday, April 19, 2011

Menulis: Kekuatan dan Kelemahannya

writerscafe.org

Menulis pada dasarnya adalah berkomunikasi. Menulis adalah suatu proses pengoperan lambang-lambang yang berarti sehingga dapat dipahami oleh pembaca (seseorang atau sejumlah orang tertentu). Sedangkan tujuan menulis adalah menyampaikan informasi, menghibur, mendidik, bahkan juga mengubah sikap, pendapat dan perilaku. Bisa juga sekadar mengungkapkan pikiran, perasaan dan ekspresi seseorang kepada pihak lain. 


Menulis adalah fungsi lain dari berbicara. Jika berbicara dilakukan melalui mulut dengan menggerakan lidah, maka menulis dilakukan dengan jari-jemari tangan menggerakkan pena atau menekan tuts papan komputer atau mesin tik. Jika Anda mengalami kesulitan menulis, maka resep praktis saya adalah: lakukanlah ia semudah Anda berbicara. 

Baiklah, masalah kesulitan menulis ini, akan saya bahas kemudian pada topik yang khusus. Kali ini, saya ingin mengupas masalah manfaat menulis. Mengapa menulis itu perlu? Apa sebenarnya manfaat menulis dan benarkah ada pula kerugian menulis? 

Kemampuan dan keterampilan menulis, jelas sangat diperlukan tidak saja di dunia akademik tetapi juga di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam dunia akademik, kita tidak dapat menghindarkan kewajiban untuk memenuhi tugas-tugas di sekolah, tugas  perkuliahan, bahkan tugas dalam membuat dan menyusun karya tulis, makalah, skripsi, tesis hingga disertasi. Orang lain, khususnya guru, dosen, dekan dan para pihak penyelenggara pendidikan akan dengan mudah menilai kemampuan anak didik atau para mahasiswanya dengan melihat jawaban soal secara tertulis, dengan melihat atau membaca karya tulis seperti makalah dan karya-karya tulis lain yang Anda buat.


hm..what do you
think about me?
Jika Anda sering membuat karya tulis, lama kelamaan Anda akan menjadi terbiasa. Kemudian apa yang tumbuh dan menetap di dalam diri seseorang setelah ia terbiasa menulis?

Pertama, Anda akan dengan mudah mengolah pikiran dengan menganalisis suatu masalah secara teratur, logis dan runtut (sistematik).

Kedua, Anda bisa menjangkau khalayak (audiens) dalam jumlah lebih luas daripada yang bisa kita bayangkan! (Ini benar-benar fakta, karena kita tidak pernah tahu bahwa publikasi yang kita buat di jaman sekarang mudah sekali diketahui, dibaca bahkan diduplikasi dengan dukungan teknologi dalam jumlah hampir tidak terbatas di ruang yang juga nyaris tidak terbatas). Jika dengan berbicara secara lisan,  kita hanya menjangkau pendengar paling banyak satu ruang kelas atau paling banter seluas lapangan sepakbola, seperti sering kita lihat di waktu kampanye partai-partai politik. Maka, dengan menulis (apalagi dengan bantuan kemajuan internet dewasa ini), maka hampir-hampir kita tidak dapat membayangkan berapa banyak orang dari berbagai negara yang dapat membaca tulisan Anda. 

Ketiga, Anda relatif terbebas dari kendala ruang, waktu dan hambatan psikologis. Perkara kendala ruang dan waktu, kehadiran jejaring sosial (misalnya: facebook) sudah membuktikannya bahwa kendala semacam itu praktis sudah teratasi. Sedangkan kendala psikologis, jelas sekali: jika Anda seorang wanita, tidak perlu berdandan supaya  tampak cantik untuk menyampaikan pendapat dan pikiran Anda melalui tulisan. Juga tidak perlu merisaukan pakaian apa yang pantas digunakan ketika  hendak menyampaikan pesan kepada dunia secara tertulis.

Keempat, aktivitas menulis juga merupakan sarana aktualisasi diri. Maslow, pakar psikologi manajemen, mengatakan bahwa puncak kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri, setelah mereka bisa memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya (primary needs). Seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal (fisik) serta kebutuhan akan cinta dan kasih sayang (psikis)  terpenuhi.

Secara sosiologis, manusia memang bukan mahluk monosoliter tapi senang hidup berkelompok. Pertumbuhan jumlah penduduk dunia berikut perilaku dan pola hidup yang bervariasi adakalanya tidak selaras dengan habitat alamnya. Apalagi ketika pola hidup konsumtif yang cenderung berlebihan itu, difasilitasi oleh kemajuan teknologi, maka terjadilah kerusakan yang menyebakan semakin terbatasnya daya dukung lingkungan. Maka,  terjadilah  dinamika kelompok karena setiap individu harus berjuang untuk bisa bertahan (hidup) dengan cara berkompetisi, bersaing untuk saling mengalahkan atau bekerjasama untuk melawan musuh yang lebih besar dari dirinya.

Persaingan terjadi di segala sektor.  Tidak saja antara satu kelompok dengan kelompok yang berbeda,  tetapi bahkan diantara sesama anggota kelompoknya. Masing-masing ingin tampak menonjol, lebih kuat, lebih cantik/tampan, lebih cerdas, lebih kaya dan lebih-lebih lainnya. Salah satu sarana untuk mengaktualisasikan diri dengan cara yang lebih berlipat ganda dampaknya adalah melalui media massa.

Maka, tak heran, di jaman sekarang ini begitu banyak orang yang berani mengorbankan apa saja demi mengejar popularitas dengan berbagai cara. Seperti banyak terjadi di kalangan selebriti dan politisi kita, yang senang disorot kamera (media exposure). Begitu kuatnya hasrat meraih aktualisasi diri ini sekuat ambisi seseorang mencapai kekuasaan. Demikian pula dengan menulis. Selain pengejawantahan nilai spiritual dan idealisme, menulis juga memberikan nilai praksis yang seketika (instant) yakni popularitas. Bedanya, pendekatan melalui tulisan bisa dikatakan lebih intelektual dan elegan ketimbang sorotan kamera dan terpaan media visual lainnya. 

Kelemahan Menulis
Selain beberapa sisi kekuatan (keuntungan) dari menulis, juga terdapat sisi kelemahan (kerugian) yang patut dicermati. Berikut ini beberapa diantaranya:

Pertama,  pesan yang kita kirimkan akan kehilangan banyak nuansa emosionalnya jika dibandingkan dengan pesan secara lisan. Kita tidak bisa menangkap ekspresi wajah atau air muka Si pembicara ketika menyampaikan pesan tertulis kepada kita. Tetapi jangan khawatir, penggunaan tanda-tanda baca secara efektif, akan lumayan membantu menutup (sebagian)  kelemahan ini.

Kedua, karena sifatnya bermedia, maka respon atau umpan balik yang kita terima pun akan mengalami penundaan. Tanggapan atau reaksi dari lawan bicara kita, tidak muncul seketika karena Penerima pesan memerlukan waktu untuk mencerna atau memahami isi pesan sesuai dengan persepsinya (persepsi juga terbentuk karena latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki seseorang) . Selain itu, ia harus memformulasikan tanggapannya yang menuntut kemampuan untuk: menemukan pilihan kata yang tepat (diksi); mengatur tata kalimat yang selain layak dan pantas (etis) juga memenuhi kaidah mantik (framework of logical thinking order). Dan last but not least, yang tak kalah pentingnya adalah penekanan kepada isi dan makna tertentu yang dikehendaki si Pemberi pesan (penulisnya). Namun kehadiran digital media dan perkembangan dunia internet dewasa ini, telah memungkinkan percakapan tertulis secara langsung. 

Ketiga, setiap ‘kesalahan’  yang  kita buat dalam bentuk tertulis akan bertahan lama. Bahkan nyaris ‘abadi’ sepanjang  masa!   Sampai kita meralat, memperbaiki atau melupakannya sama sekali. Hal terakhir inilah yang seringkali mencegah kita untuk menulis sembarangan.

Sayangnya, point terakhir itu seringkali dilebih-lebihkan, diperburuk dengan tradisi dan kebiasaan-kebiasaan kita yang cenderung memperkuat gejala ‘takut salah’ ini menjadi sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya kita tidak pernah mau menulis. Terutama yang ditujukan untuk kepentingan umum. Seperti menulis untuk konsumsi publik di situs-situs internet atau blog, media cetak seperti Suratkabar, Majalah, Buletin, Internal Magazine, Jurnal Ilmiah atau forum for professional gathering dan lainnya.

Lebih parah lagi, ternyata keengganan (lebih tepatnya: malas) menulis itu pun banyak terjadi di lingkungan akademik kita. Akibatnya, tentu saja sangat merugikan. Tingkat produktivitas karya-karya ilmiah dari para cendekiawan Indonesia di forum internasional, merupakan  salah satu indikator penting yang menunjukkan berkembang atau tidaknya ‘budaya akademik’  suatu universitas. Harus diakui, faktor inilah yang menyebabkan banyak universitas kita (di Indonesia) terpuruk! 

Kebanyakan Perguruan Tinggi kita (menurut sebuah survey) berada pada ranking ratusan atau berada pada peringkat sangat jauh jika dibandingkan dengan beberapa Universitas ternama lainnnya di luar negeri. Bahkan dari universitas-universitas di negara tetangga dekat kita. Jika pada 20-30 tahun silam, banyak mahasiswa Malaysia, Thailand dan Filipina yang menuntut ilmu di universitas-universitas terbaik di Indonesia, maka sekarang ini keadaannya terbalik: mahasiswa Indonesia lah yang lebih banyak belajar di negara-negara tetangga!

Sampai saat saya menulis di sini, saya belum melihat cara lain yang lebih baik untuk mengejar  ketinggalan itu, kecuali dengan mendorong para cendekiawan kita agar lebih produktif untuk   mempublikasikan hasil-hasil penelitan mereka yang bermanfaat bagi kemanusiaan.  Mereka harus dirangsang agar lebih banyak dan lebih sering  lagi menulis di jurnal-jurnal ilmiah yang bergengsi! Sehingga suara kita bisa ‘terdengar nyaring’ di ruangan yang lebih luas.

Pada saat yang sama, secara perlahan tetapi pasti, akan tumbuh secara alami berbagai aktivitas semarak yang akan menguji dan mengapresiasi hasil-hasil temuan, melalui berbagai bentuk kegiatan. Seperti kolokium, seminar, diskusi, dan arena lainnya. Berbagai kegiatan yang dinamis inilah yang menurut pendapat saya bisa merangsang kembali tumbuhnya tradisi ilmiah dan budaya akademik, yang akhir-akhir ini semakin surut tergerus oleh gelombang dahsyat konsumerisme (termasuk komersialisasi dunia pendidikan).

Saya menyadari, itu persoalan besar yang bagi sebagian orang adalah masalah abstrak! Tetapi saya ingin menjawabnya dengan cara yang mudah. Bahwa dalam konteks personal,  setiap kita memang bertanggungjawab bahkan dituntut (sesuai bidang dan kapasitasnya masing-masing) berbuat sesuatu  agar lingkungan kita menjadi lebih baik, lebih sehat, lebih menyejahterakan bagi sebanyak mungkin orang.  Dan ini harus ada langkah awal untuk memulainya.

Buat para akademisi, tak lain  dengan produktif menulis! Tentu saja, soal ini tidak bisa sekedar diinstruksikan atau diperintahkan, tetapi benar-benar hanya bisa dimulai dari diri sendiri. Ya, sekali lagi dari diri sendiri melalui cara mudah dan praktis menulis karya ilmiah (juga ilmiah populer), bisa dimulai dengan langkah-langkah kecil dan tindakan sederhana, seperti menulis di blog yang kini semakin menjamur di Indonesia. 

                                                               Continue Reading>>

Bagaimana Membuat Tulisan Anda Menarik? Menolak Rutinitas