Senin, Agustus 17, 2009

Secarik Kertas Yang Mengubah Wajah Indonesia

Proklamasi = Pernyataan Kemerdekaan

Naskah otentik Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini, sebelum dibacakan di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945, ternyata telah melalui proses editing.


Editing yang paling berat antara lain tampak dalam pemilihan kata 'pemindahan kekuasaan' yang mengalami coretan sampai dua kali, hingga  menghasilkan kalimat-kalimat yang singkat, namun serasi dengan makna yang jelas yang dikandungnya. 


Setelah dibacakan dan berkumandang melalui Radio Republik Indonesia (RRI), untuk dipancarluaskan ke seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai terdengar di beberapa negara tetangga. 


Namun perjuangan tidak cukup di situ, karena bangsa Indonesia masih harus menghadapi penentangan yang keras dari pihak penjajah Belanda. Atas nama 'Aksi Polisional' Pemerintah Belanda telah menyulut pertempuran sengit di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya serta di berbagai daerah lainnya di seluruh Indonesia. 


Setelah melalui serangkaian pertempuran fisik dan perjuangan diplomasi, Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949, baru mengakui kemerdekaan Republik Indonesia melalui suatu perdebatan diplomasi pada konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun 1949. Namun, pada bulan Agustus 2005, Pemerintah Belanda secara resmi mengumumkan pengakuan bahwa secara defacto Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.  


Terimakasih kepada seluruh pejuang yang mendukung percepatan lahirnya kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dengan darah dan air mata, bukan pemberian atau hadiah (seperti yang dijanjikan) dari pihak penjajah, baik di masa penjajahan Belanda maupun Jepang.

Terimakasih kepada Ir. Soekarno dan DR. Moh. Hatta, yang telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya sehingga teks di bawah ini bisa dilahirkan. 






Proklamasi

Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselesaikan dengan cara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17-8-'45
Wakil-wakil Bangsa Indonesia,
Soekarno - Hatta