Senin, Desember 26, 2016

Dulu Lorong Preman, Kini Ramah Anak

Lima tahun silam, banyak lorong kumuh di tengah kota Makassar, yang dikenal sebagai ‘Lorong Preman’ karena tidak sedikit warganya yang gemar mabuk, begal, dan memalak mereka yang datang. Kini lorong-lorong itu, sudah berubah menjadi Ramah Anak, nyaman, asri dan unik.

Kini anak-anak bisa bercengkerama
dengan tenteram
Lorong-lorong yang dulu meresahkan karena disana berseliweran busur, parang dan badik, hingga kerap terjadi ‘perang’ antar pemuda di lorong tetangganya, selama bertahun-tahun, telah meresahkan  warga di sana. Maccini Parang, misalnya, dulu dikenal sebagai kawasan yang rawan kejahatan. Begitu pula dengan kawasan Jalan Ablam (Abubakar Lambogo).

Salah satu bentuk kreasi warga.
Banyak cerita dari Lorong Ablam, yang hingga sekarang berasosiasi dengan begal dan kriminalitas. Namun berkat penetrasi Pemerintah Daerah disertai kesadaran warganya, kini lorong-lorong preman itu, sudah berubah menjadi asri, unik dan ramah anak. Warga pun merasa aman dan nyaman.
                                               
Selain lorong berhias, juga sejuk dengan aneka pot tanaman Obat. "Setiap pagi, saya petik daunnya untuk diminum," ujar Ny. Rugayah, 71 tahun, yang merasa tetap sehat dengan meminum obat herbal di sana.


Selasa, Desember 20, 2016

Ketika Media Dalam Genggaman Kita

Berita dan informasi, lebih tepatnya: postingan (tulisan, gambar dan film/video) dari beragam sumber, kini dengan mudah memasuki ruang-ruang pribadi kita yang hidup di era persaingan teknologi informasi yang ditandai dengan perebutan pasar gadget yang teramat sengit, bahkan semakin menggila. Persaingan yang sama, juga merambah wilayah konten, yang membuat 'mabuk' siapapun.  Di mana posisi Anda berdiri saat ini?

Terus terang, sebagian orang tua yang terlahir dari generasi The Beatles, Rolling Stone atau KoesPlus, ada yang mulai merasa miris, jengah, bahkan kuatir dan merisaukan, jika anak-anak mereka mulai asosial, individualistik, cenderung berasyik masyuk dengan game, hingga tak lagi kenal waktu siang-malam. 

Sementara mereka sendiri, juga mabuk dengan media sosial, yang menyebabkan dirinya merasa galau jika bepergian tanpa gadget, biar sebentar saja. Betapa tidak, media sosial memang bak sihir yang menghipnotis! 

Apalagi konten yang beredar akhir-akhir ini. Isu-isu politik menjadi perbincangan orang-orang di pinggir jalan. Sebut saja sikap Presiden yang ambigu menghadapi krisis politik dalam kasus penistaan agama oleh gubernur DKI (non aktif) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.


Rabu, Desember 07, 2016

Raja Bali yang Sederhana dan Merakyat

''Sejatinya, anak-anak adalah tunas budaya, penentu eksistensi dan keberlanjutan peradaban bangsanya. Oleh karenanya mari bersama-sama kita jaga dan kita rawat tunas-tunas peradaban ini,” --Anak Agung Ngurah Gede Kusuma Wardana, Panglingsir Puri Agung Kesiman--

Anak Agung Kusuma Wardana, Panglingsir 
(Pemimpin) Puri Agung Kesiman.
Anak Agung Kusuma Wardana, salah seorang pewaris tahta Raja Bali ini, terkesan hidup sederhana, merakyat dan lebih suka menyembunyikan identitasnya sehingga ia dikenal sebagai 'Raja Ngemper'.

Ditemui di kediamannya di Denpasar, belum lama ini, dia segera menyambut dengan tersenyum, hangat dan bersahabat. Tanpa banyak berbasa-basi, kami pun segera akrab dan terlibat dalam aneka topik pembicaraan.


Ia berkisah tentang keprihatinannya terhadap banyak hal. Seperti karya seni: lukisan, atau tentang kebudayaan dan generasi muda. Bahkan, bidang pertanian dan hasil-hasil budidaya pertanian, tak luput dari perhatiannya,  yang menurut dia sangat penting untuk 'memberi makan rakyat' yang semestinya mendapat perhatian lebih dari Pemerintah.



Donat Bisu Hj. Ramlah di Makassar

Pelajari bahasa isyarat, untuk bisa
pesan Donat Bisu
(foto: Me with Hj. Ramlah,) 
Dibutuhkan perjuangan bertahun-tahun, bagi Hj. Ramlah untuk bisa mewujudkan impiannya. Pengusaha Tunarungu Kue Donat  di Makassar ini,  awalnya dicegah orang tua, namun ia bersikeras  meyakinkan dirinya hingga berhasil membuka cafĂ© ‘Donat Bisu’. 

Omzetnya, kini  puluhan juta. Dan hebatnya,Ramlah mempekerjakan 20 orang rekan sesama penyandang tunarungu. 

Memasuki cafe unik ini, memang tidak ada suara berisik. tetapi gerakan tangan dan bahasa tubuh, bisa mengatakan banyak hal. 

Disini, Anda wajib menggunakan bahasa isyarat, untuk memesan donat. Sebab seluruh pegawai dan pelayannya, tidak bisa berbicara alias tunarungu. 

Sebuah terobosan unik, yang mengundang penggemar kuliner untuk mencobanya.

Awalnya, Ramlah membuat sebanyak 50 kue donat. Kemudian dengan mengendarai sepeda motor, keliling kota Makassar. Ia menitipkan donatnya ke toko-toko terdekat. Usahanya, jatuh bangun selama bertahun-tahun. Hingga ia terpaksa harus menjual mobil satu-satunya untuk mencari modal.

Sekolah Alam Anak Suku Bajo

Anak-anak Suku Bajo, tidak mengenal bangku sekolah dan pakaian seragam. ‘Sekolah Alam’ di ruang terbuka, lebih mereka sukai.

Laut adalah keseharian Anak-anak
Suku Bajo di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, secara kultur lebih akrab dengan laut. Di masa lalu mereka hidup berpindah-pindah. Tak heran, hingga kini suku Bajo bisa ditemukan di Malaysia dan Filipina Selatan. 

Di Bone, Sulawesi Selatan, mereka tinggal di kawasan pesisir, membangun rumah-rumah panggung di atas laut, dengan mata pencaharian sebagai nelayan. Namun, mereka  cenderung mengisolasi diri.

Anak-anak Suku Bajo,
di atas sampan kayu.
Anak-anak suku Bajo, umumnya tidak bersekolah.Namun jangan ditanya lagi, kepiawaian mereka ketika berada di laut. Laut adalah bagian dari diri mereka, laut adalah keseharian mereka, mereka begitu akrab. 

Jika manusia normal rata-rata bisa menahan napas selama dua menit saja, anak-anak suku Bajo rata-rata bisa menyelam lebih dari lima menit ke dalam laut tanpa bantuan oksigen atau peralatan, cukup  bertelanjang dada langsung terjun!


Senin, Agustus 08, 2016

Isu Panas Seputar Bongkar Pasang Kabinet, Ahok, Eksekusi Mati, Hingga Jessica

Media massa di tanah air, dalam beberapa pekan terakhir ini mengekspos beberapa isu panas. Sajian media (dominan Televisi dan Suratkabar Cetak serta media Online), kemudian menjadi agenda perbincangan publik. Banyak yang tidak mengacuhkan, tetapi sebaliknya tidak sedikit pula yang kemudian merangsang sejumlah perdebatan hingga mengundang aksi nyata.  


Presiden Joko Widodo (foto: Ist)
Dalam dua pekan ini, media massa mengangkat sejumlah isu-isu panas. Mulai dari reshuffle (bongkar pasang) kabinet Jokowi, yang menyisakan sejumlah pertanyaan di masyarakat, lalu isu Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, yang akan berlangsung tahun depan, terkait siapa lawan petahana Ahok, yang dianggap sepadan karena Ahok terlalu populer di kalangan pemilih warga Jakarta.

Isu lain terkait pelaksanaan eksekusi terhadap 4 dari 14 terpidana mati, kasus Narkoba, pada 26 Juli 2016 di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Kasusnya, tidak berhenti di situ, tetapi berbuntut panjang,  terkait pengakuan (alm) Freddy Budiman tentang keterlibatan aparat dalam bisnis haramnya itu. Isu menarik lainnya, adalah kasus kriminal pembunuhan Mirna Salihin yang diduga dilakukan oleh Jessica Kumala Wongso, temannya sendiri.



Sabtu, Agustus 06, 2016

Ulah Terpidana Mati Freddy Budiman

Freddy Budiman pada
persidangan PK
Pengakuan model majalah pria dewasa Vanny Rossyane mengangkat lagi nama gembong narkoba Freddy Budiman. Pria 37 tahun itu disebut Vanny mendapat fasilitas khusus selama menjalani pidana 18 tahun di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II Cipinang, karena punya uang banyak. Ia masih bisa pesta sabu dan berhubungan intim dengan teman wanitanya seminggu tiga kali di ruangan khusus yang ada di lapas.

Freddy sebetulnya bukan kali ini saja berurusan dengan hukum, ia sudah sering keluar masuk penjara karena kasus narkoba. Catatan yang dikumpulkan VIVAnews, tahun 2009 Freddy pernah tertangkap karena memiliki 500 gram sabu-sabu. Saat itu, dia divonis 3 tahun dan 4 bulan.

Freddy kembali berurusan dengan aparat pada 2011. Saat itu, dia kedapatan memiliki ratusan gram sabu dan bahan pembuat inex. Terakhir, Freddy diketahui menjadi terpidana 18 tahun karena kasus narkoba di Sumatera dan menjalani masa tahanannya di LP Cipinang.



Kesaksian Bertemu Freddy Budiman di Lapas Nusa Kambangan

CERITA BUSUK DARI SEORANG BANDIT 

Haris Azhar, Koordinator Komisi
untuk Orang Hilang
dan Tindak Kekerasan (KontraS)
Cerita yang disusun ini adalah fakta peristiwa. Bertujuan untuk membuktikan bahwa pelaksanaan hukuman mati yang didukung dengan keterlibatan instansi-instansi negara dalam bisnis obat-obat terlarang adalah sesuatu yang benar, namun tidak pernah terusut. Negara bersalah apabila eksekusi mati kepada 14 orang malam ini dan selanjutnya tetap dilakukan, tanpa ada sistem koreksi total di dalam tubuh badan-badan keamanan di Indonesia. Silakan sebarkan!!
***
Cerita Busuk
 dari seorang Bandit:
Kesaksian bertemu Freddy Budiman di Lapas Nusa Kambangan (2014)
Ditengah proses persiapan eksekusi hukuman mati yang ketiga dibawah pemerintahan Joko Widodo, saya menyakini bahwa pelaksanaan ini hanya untuk ugal-ugalan popularitas. Bukan karena upaya keadilan. 

Hukum yang seharusnya bisa bekerja secra komprehensif menyeluruh dalam menanggulangi kejahatan ternyata hanya mimpi. Kasus Penyeludupan Narkoba yang dilakukan Freddy Budiman, sangat menarik disimak, dari sisi kelemahan hukum, sebagaimana yang saya sampaikan dibawah ini.


Minggu, Juli 31, 2016

Indonesia Gawat Narkoba VS Dilemma Aparatur Intelijen

Pemerintah beserta seluruh rakyat dan bangsa Indonesia dewasa ini, tengah menghadapi ancaman dan tantangan yang sangat berat terkait Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN). Presiden RI Joko Widodo, menyampaikan kekhawatirannya pada Sidang Kabinet Akhir Tahun 2014 dengan menyatakan “Indonesia Darurat Narkoba”.
Barang Bukti Narkoba yang Berhasil Disita Beserta Para
Tersangka Pelaku Penyelundupan (foto: tempo)
Presiden kemudian memerintahkan kepada Seluruh Jajaran pemerintahan, khususnya Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) sebagai Agen Pelaksana (Executing Agency) dan/atau Motor Penggerak (Leading Sector) dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Indonesia, untuk melakukan Penanggulangan (Tanggap Darurat) sebagai akibat dari Darurat Narkoba.
Ancaman dari tindakan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di Indonesia, memang sudah berada pada tingkat yang memperihatinkan. Tingkat ancamannya sudah bukan lagi pada tingkat ancaman Minor, Moderat, ataupun Serius, tetapi sudah pada tingkat ancaman yang tertinggi, yaitu ancaman Kritis
Barang Bukti Narkoba, Siap Dimusnahkan
Hal ini terlihat, tidak hanya dari luas area persebaran kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang terjadi hampir di seluruh wilayah NKRI, tetapi juga dari segi jumlah (kuantitas) barang bukti narkotika yang berhasil disita (dari berbagai jenis narkotika), dari tahun ke tahun secara kuantitas mengalami peningkatan secara signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian, Data, dan Informasi (PUSLITDATIN) Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan (PUSLITKES) Universitas Indonesia (UI), pada Tahun 2014 tentang “Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia”, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia telah mencapai 2,18% atau sekitar 3,8 juta sampai 4,1 juta orang yang pernah memakai narkoba dalam setahun terakhir (Current Users) pada kelompok usia 10 – 59 tahun.


Empat Dari 14 Gembong Narkoba, Akhirnya Di Eksekusi

EKSEKUSI-- Empat dari 14 Terpidana Mati, yang lebih dulu
dihadapkan ke regu tembak, untuk dieksekusi, pada Jumat
dini hari, 29 Juli 2016 di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah

Kembali mata dunia melirik ke Indonesia, setelah HM. Prasetyo, Jaksa Agung Republik Indonesia memutuskan pelaksanaan eksekusi hukuman mati kepada empat (4) dari 14 terpidana mati, yang dinilai telah berkekuatan hukum tetap.

Eksekusi kepada terpidana mati ini merupakan seri ke-3 dari rangkaian eksekusi sebelumnya, terkait kasus pelanggaran, penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Indonesia. 


Proses eksekusi berlangsung di kawasan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada Jumat dinihari, 29 Juli 2016, tanpa menimbulkan kegaduhan, sebagaimana eksekusi sebelumnya yang melibatkan Warga Negara Australia. 

Siapa saja yang kali ini yang lebih dulu mendapat giliran? Ke-4 orang yang lebih dulu mendapatkan untuk dihadapkan ke depan regu tembak ini adalah gembong narkoba yang masuk daftar eksekusi.

Empat terpidana mati itu adalah Fredi Budiman, Seck Osmone, Michael Titus, serta Humprey Ejike. 


Senin, Juli 11, 2016

Kenikmatan Berbagi di Hari Raya Idul Fitri 1437 H


Sebuah kegiatan terbesar bangsa Indonesia, yang tidak masuk ke dalam kalender resmi adalah: Hari Mudik Nasional. 

Together We Strong
Hari mudik ini rentangnya cukup panjang, bisa seminggu bahkan dua minggu, yaitu Hari Minus 7 hingga Hari Plus 7, yang puncaknya tahun ini jatuh pada tanggal 6 Juli 2016 atau bertepatan dengan 1 Syawal 1437 H dalam kalender Islam.

Bangsa Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim terbesar di dunia, merayakan Idul Fitri atau hari kemenangan, setelah menahan diri selama sebulan penuh. Inilah saatnya, kembali kepada keadaan sebagaimana ketika seseorang dilahirkan laksana bayi yang terlahir suci, bersih tanpa dosa (fitrah). Dan hari itu, sekaligus menandai berakhirnya bulan Ramadhan.

Kenikmatan dan kegembiraan ini, sejatinya, terasa belum lengkap tanpa kehadiran orang-orang tercinta, termasuk yang utama adalah anggota keluarga, kedua orang tua, sanak saudara dan kaum kerabat.

Kerinduan dan berbagi suka duka, adalah kebutuhan batin dan awal keceriaan. Dan inilah pula magnet yang menyedot jutaan orang dari kota-kota besar di Indonesia untuk melakukan 'perjalanan' setahun sekali pulang ke kampung halaman masing-masing.

Selasa, Maret 29, 2016

Kasus CIS RISI PLN (Behind The Story)

Dua mahasiswa yang terpaut usia berbeda, berkesempatan mengenyam pendidikan di tempat terbaik di Indonesia. Kemudian melanjutkan pendidikan ke universitas bergengsi di luar negeri. Dengan penuh idealisme, setamat kuliah, mereka pun pulang ke tanah air untuk berkarya bagi bangsanya. Sayangnya, KPK kemudian menghentikan karier dua anak bangsa berprestasi ini di tengah jalan. Apa yang terjadi?
(foto: Antara)

Dalam rentang waktu yang berbeda, keduanya pun pulang. Ir. Eddie Widiono Suwondo, MSc. MM, jebolan Teknik Elektro ITB (1976) dan University of London (1989) itu, kemudian berkarier di perusahaan listrik negara. Dari semula pegawai biasa, kariernya melesat dengan meraih berbagai posisi penting di PLN, hingga akhirnya menjabat Direktur Utama PT. PLN (2001-2008).

Sementara, DR. Gani Abdul Gani, MSc.,  lulusan Teknik Elektro Politeknik ITB (1986), Telekomunikasi Huddersfield University, England (1989) dan Loughborough University of Technology, England, bidang Telekomunikasi Digital (1990) serta Manajemen Bisnis bidang Keuangan, Fakultas Ekonomi, Unpad Bandung (2009) itu, mengabdi sebagai dosen di Politeknik lalu mengelola bisnis trainning dan bersama rekan satu almamaternya mendirikan PT. Netway Utama, yang bergerak di bidang Teknologi Informasi.

Trainning bidang IT yang memudahkan manajemen perkantoran menangani pelanggan berskala besar, ketika itu  boleh dibilang masih baru. Maka, klien peserta training kebanyakan berasal dari kalangan karyawan BUMN. Seperti Pertamina, Perbankan, PDAM, termasuk PLN. 

Seorang peserta training dari PLN bercerita tentang kondisi runyam perusahaannya. Dan mencari solusi dari sisi teknologi dan manajemenIT. Dan ia pun mengusulkan pimpinan trainning itu untuk presentasi di hadapan Direksi.


Selasa, Maret 15, 2016

Syukur

Seorang ibu cantik berpakaian mewah datang ke psikiater untuk konsultasi. Ia merasa seluruh hidupnya kosong tak bermakna.

Psikiater itu memanggil seorang perempuan tua, salah seorang petugas di kantor.
“Saya minta Ani utk menceritakan bagaimana ia menemukan kebahagiaan. Yang harus Ibu lakukan hanya mendengarkan saja”

Ani duduk di kursi dan mulai  bercerita, “Suami saya meninggal karena kanker. Tiga bulan kemudian putra tunggal saya meninggal ditabrak truk. Saya tak punya siapa pun. Tak ada yg tertinggal. Saya tak bisa tidur, tak bisa makan, tak bisa senyum. Saya bahkan berpikir mau bunuh diri. 

Lalu suatu malam, ketika pulang kerja, seekor kucing mengikuti saya. Karena di luar dingin, saya membiarkan anak kucing itu masuk ke dalam rumah. Saya memberinya susu, yang langsung habis diminum. Anak kucing itu mengeong dan mengusapkan badannya ke kaki saya. Untuk pertama kalinya dalam bulan itu, saya bisa tersenyum.

Sabtu, Maret 05, 2016

PolitiKing

“Begini ya…, sampeyan maju saja, nanti semuanya kita atur!”
“Lha, saya nggak ada duit?”
“Sudah, beres. Ikuti saja arahan kita!”
“ Siaaap!”
“Pokoke, gampanglah… semuanya sudah beres, sudah kita atur ya!”

Itulah sepenggal dialog, tepatnya sebuah kesepakatan  dua begundal di sebuah hotel berbintang sebuah  kota kecil, di Jawa Timur, menjelang  Pilkada serentak tanggal 9 Desember 2015 di Indonesia.

Maka pada hari dan jadwal yang ditentukan, kedua pasang calon (paslon) itu pun maju, mendaftarkan diri sesuai tatacara dan prosedur yang telah ditentukan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).

Senin, Februari 29, 2016

Pedang Damocles, Kekuasaaan Bisa Membunuhmu!

Suatu ketika hiduplah seorang raja bernama Dionysius yang memerintah di Syracuse, kota terkaya di Sisilia. Ia tinggal di istana megah yang dipenuhi oleh benda-benda yang indah dan mahal, dan dikelilingi oleh pelayan-pelayan yang siap melakukan apa pun perintahnya.

Karena kekayaan dan kekuasaannya, tak heran bila banyak orang di Syracuse yang iri pada
Raja Dionysius
kejayaannya. Salah satunya adalah Damocles, sahabat karib Dionysius, yang selalu berkata, "Wah, kau sungguh beruntung. Kau memiliki apa saja yang kau inginkan. Tentunya, kau adalah orang yang palng berbahagia di dunia ini."


Hingga suatu hari Dionysius merasa gerah dengan ucapan-ucapan Damocles dan berkata, "Kemarilah, sobatku, Damocles. Benarkah kau pikir aku ini manusia paling berbahagia dibanding orang lain?"

"Ya, tentu saja," jawab Damocles. "Lihatlah, betapa hebat kekayaan yang kau miliki dan kekuasaan yang ada dalam genggamanmu. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa lagi di dunia ini. Adakah hidup yang lebih baik dari kehidupanmu?"

"Barangkali, kau bersedia untuk bertukar tempat denganku?" kata Dionysius.


Jumat, Februari 26, 2016

Anak Presiden Kok Jualan Martabak? Adik Gubernur di Daerahku aja "Jualan" Proyek APBD


Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Presiden RI Jokowi
berjualan martabak.( Foto: live.via.co.id)
Ini ada transkrip pembicaraan ibu-ibu di sebuah arisan: 
“Jeng, baca nih. Mosok anak presiden kita jualan martabak. Ih, gak banget deh...” 
“Ah, pencitraan kali...?” 

“Bener ini Jeng. Baca deh. Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi berjualan martabak kaki lima...” 
“Bodoh banget ya dia... Adik gubernur di daerahku aja ‘jualan’ proyek APBD.” 

“Iya, padahal apa susahnya dia minta fee dari proyek-proyek APBN? Atau minta saham ke Freeport kek, ke Petral kek. Terus, bisa tiap hari tuh kerjaan dia jalan-jalan ke luar negeri sama artis, nonton balap formula 1...” 
“Anak presiden yang aneh...


Kamis, Februari 25, 2016

Jumat Keramat Bagi Tersangka Koruptor

Ini cerita lama, dua tahun silam, ketika saya mengikuti ‘perjalanan’ singkat sepasang suami istri yang kebetulan seorang Bupati dan anggota DPRD tersangka Koruptor. Keduanya ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), terkait pemberian izin pembangunan kawasan superblock mall di Karawang.

Kita flashback sejenak. Laman Kompas.com edisi 15 April 2015, menurunkan  berita:  
Ade Swara dan Istri, Hj. Nurlatifah,
ketika membacakan nota pembelaan
(pledooi) di PN Tipikor Bandung

Bupati Karawang nonaktif Ade Swara divonis hukuman enam tahun penjara dengan denda Rp 400 juta subsidair empat bulan kurungan dalam kasus dugaan pemerasan, penyuapan dan pencucian uang terkait pengurusan izin Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) PT Tatar Kertabumi di Kabupaten Karawang dan pencucian uang.

Sementara itu, dalam dakwaan yang sama, istrinya, Nurlatifah, divonis hukuman lima tahun penjara dengan denda Rp 300 juta subsider tiga bulan kurungan. 



Rabu, Februari 24, 2016

Pengendali Iklim Global yang Terabaikan: Siapa Peduli Gambut?

" Simpanan karbon di kawasan gambut jauh lebih besar 
dari pada hutan primer  sehingga gambut dapat 
disebut sebagai pengendali iklim global

Lahan Gambut
Akhir-akhir ini, kita yang tinggal di Indonesia dengan iklim tropis merasakan adanya perubahan iklim. Jika turun hujan, udara terasa lebih dingin dari biasanya, Namun kadang berubah dengan cepat menjadi panas yang membuat udara terasa gerah. Entah apa yang dirasakan oleh mereka yang tinggal di kawasan yang memiliki empat musim (?)

Benarkah telah terjadi perubahan iklim global? Kebanyakan diantara kita, memang tak mau pusing. Tapi, ada baiknya kita telisik sedikit, soal hutan kita. Khususnya kawasan hutan gambut.

Mengapa Gambut?
Indonesia memiliki lahan gambut yang sangat luas, sekitar 9-11% dari luas daratan di Indonesia.2Dan merupakan negara keempat dengan lahan gambut terbesar di dunia setelah Kanada, Rusia dan USA. Sebagian besar lahan gambut terdapat di Papua, Sumatera dan Kalimantan yang terletak di 12 Provinsi.