Senin, Agustus 17, 2009

Secarik Kertas Yang Mengubah Wajah Indonesia

Proklamasi = Pernyataan Kemerdekaan

Naskah otentik Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini, sebelum dibacakan di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945, ternyata telah melalui proses editing.


Editing yang paling berat antara lain tampak dalam pemilihan kata 'pemindahan kekuasaan' yang mengalami coretan sampai dua kali, hingga  menghasilkan kalimat-kalimat yang singkat, namun serasi dengan makna yang jelas yang dikandungnya. 


Setelah dibacakan dan berkumandang melalui Radio Republik Indonesia (RRI), untuk dipancarluaskan ke seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai terdengar di beberapa negara tetangga. 


Namun perjuangan tidak cukup di situ, karena bangsa Indonesia masih harus menghadapi penentangan yang keras dari pihak penjajah Belanda. Atas nama 'Aksi Polisional' Pemerintah Belanda telah menyulut pertempuran sengit di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya serta di berbagai daerah lainnya di seluruh Indonesia. 


Setelah melalui serangkaian pertempuran fisik dan perjuangan diplomasi, Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949, baru mengakui kemerdekaan Republik Indonesia melalui suatu perdebatan diplomasi pada konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun 1949. Namun, pada bulan Agustus 2005, Pemerintah Belanda secara resmi mengumumkan pengakuan bahwa secara defacto Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.  


Terimakasih kepada seluruh pejuang yang mendukung percepatan lahirnya kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dengan darah dan air mata, bukan pemberian atau hadiah (seperti yang dijanjikan) dari pihak penjajah, baik di masa penjajahan Belanda maupun Jepang.

Terimakasih kepada Ir. Soekarno dan DR. Moh. Hatta, yang telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya sehingga teks di bawah ini bisa dilahirkan. 






Proklamasi

Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselesaikan dengan cara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17-8-'45
Wakil-wakil Bangsa Indonesia,
Soekarno - Hatta


Kamis, Juli 02, 2009

M-O-T-I-V-A-C-T-I-O-N

Motivaction = Motivation + Action

Apa itu Motivaction? Ia adalah gabungan dari dua kata atau istilah: MOTIVASI dan ACTION. 

Motivasi berawal dari suatu hasrat. Motivasi hadir ketika Anda membuka diri kepada impian cita-cita Anda. Motivasi tumbuh manakala Anda benar-benar percaya: alangkah sangat mungkin mengubah hidup Anda menjadi lebih baik. Ini semua tergantung kepada hasrat yang kuat, kepada apa yang sangat Anda kehendaki. Ketika Anda menginginkan sesuatu, Anda termotivasi untuk mendapatkannya.

Motivasi adalah suatu dorongan di dalam diri, sebuah ide yang tertangkap dalam imajinasi. Motivasi dapat memperkuat intensitas yang mendorong ke arah suatu tujuan. Pria dan wanita yang termotivasi mendorong dirinya maju, memaksa dirinya tidak menoleh ke belakang, menghadapkan pandangannya kepada impian-impian mereka.

Minggu, Juni 21, 2009

Ingin Sukses? Berani Menempuh Risiko!

Pada tahap atau derajat tertentu, kebanyakan diantara kita merasa takut membuat perubahan besar, meskipun perubahan tersebut bisa membuat keadaan/kondisi sosial dan keuangan yang lebih baik. Perubahan apapun, memang senantiasa melibatkan risiko. Namun, banyak diantara kita yang telah terlanjur mendapat pelajaran bahwa RISIKO itu sesuatu yang buruk.

Banyak orang bersikap negatif tentang risiko. Dengan kata lain, mereka menyadari bahwa dalam upaya menuju perubahan yang lebih baik dibutuhkan pengambilan risiko. Tetapi pada sisi lain, mereka takut akan perubahan. 
Mereka tahu, bahwa tidak sedikit orang yang telah mengambil risiko besar dalam menempuh jalan yang sukses, tetapi mereka tidak dapat membayangkan hal tersebut terjadi pada diri mereka sendiri. 


Jadi, mereka 'menyerahkan' dirinya sendiri pada pekerjaan yang tetap tidak memuaskan. Tetap tenggelam pada kebiasaan-kebiasaan yang tidak produktif, dan hubungan-hubungan pribadi yang tidak bahagia. Takut terhadap risiko seringkali menghalangi setiap peluang untuk meraih kesenangan bekerja. Kebanyakan orang yang takut risiko berada dalam dua kategori: The Icarus Complex  dan The Ostrich Syndrome.  

Sabtu, Juni 20, 2009

Rahasia Khusyu Dalam Shalat

Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, khusyuk solatnya. Namun dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk. Karena itu, ia selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.

Suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam. kemudian berlangsunglah dialog seperti berikut:
Isam  : "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?"
Hatim: "Apabila masuk waktu solat aku berwudhu' zahir dan batin."

Isam :  "Bagaimana wudhu' zahir dan batin itu?"
Hatim: "Wudhu' zahir sebagaimana biasa, iaitu membasuh semua anggota wudhu' dengan air. 

Senin, Juni 15, 2009

Appreciative Inquiry, Metode Alternatif Untuk Kegagalan Pembangunan


-->

I (right) sail over seven seas...!
SERING terjadi berulangkali. Suatu proyek social development yang digagas Pemerintah Daerah harus berakhir dengan sia-sia. Padahal, sudah dirancang dengan bagus serta menelan biaya cukup besar. Dan hasilnya? Tidak sesuai harapan. Paling banter masuk kategori: ‘biasa-biasa saja’ dan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan yang diinginkan. 


Pendekatan yang sedang trend dewasa ini -- dikenal dengan Asset Based Community Development-- menawarkan metode Appreciative Inquiry dalam intervensi pembangunan, dengan hasil yang jauh lebih menjanjikan ketimbang cara lama. Inilah metode alternatif terbaik untuk kegagalan pembangunan selama ini. 

Pada setiap tahun anggaran, bisa kita saksikan bagaimana undangan pekerjaan (proyek) terpampang memenuhi halaman koran-koran. Tender digelar dengan judul yang sama dengan kegiatan tahun-tahun sebelumnya (boleh jadi dengan penekanan dan fokus yang berbeda). 

Maka, terjadi kesibukan sesaat. Berbagai ‘manuver’ hubungan relasional berlangsung sangat intensif diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dan agenda paling hot adalah perbincangan soal share dan fee, yang dibahas terang-terangan, nyaris tanpa rasa malu (bermain-main dengan uang rakyat yang dipungut dari pajak). Begitu seterusnya, dari tahun ke tahun kesibukan yang sama berulang.....

Sabtu, Mei 23, 2009

Java Doll Menantang Maut, Antara Keelung - Tanjung Priok



Tiga petualang pemberani, berhasil menembus samudera hanya dengan Java Doll perahu jenis Ketch (13x2 M), dari Keelung (Taiwan) ke Tg. Priok (Jakarta) sejauh 2300 mil laut. Seperti tiga ekor semut yang bertahan pada selembar daun kering di tengah lautan luas. Namun ternyata, mereka berhasil tiba dengan selamat, setelah menghadapi berbagai kendala, tantangan dan badai, di Laut Cina  Selatan yang nyaris menghancurkan kapal mereka dan menguburnya di laut. Inilah kisah petualangan heroik mereka.     

Peristiwa ini terjadi pada 1974. Jika kita buka lembaran sejarah politik nasional, maka akan terbentang sebuah drama politik yang menampilkan babak baru tentang rekaman ‘keberanian’ para mahasiswa Indonesia menentang sebuah rezim yang paling represif. Tatkala Orde Baru di bawah pimpinan Jenderal Soeharto tengah berada di tampuk kekuasaan dengan sangat kuatnya.

Suhu politik di jantung Ibukota memanas, menyusul aksi demonstrasi para mahasiswa menentang kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakue Tanaka ke Jakarta. Tanaka dinilai sebagai simbol neo-kolonialisme dan imperialisme (nekolim) baru, dengan munculnya dominasi produk-produk Jepang yang membanjiri pasar Indonesia, sehingga melumpuhkan perekonomian nasional. 

Namun aksi mahasiswa yang berbuntut kerusuhan itu, tidak berlangsung lama setelah Panglima Komando Operasi Pemulihan dan Keamanan (Pangkopkamtib) Jenderal Soemitro berhasil ‘melumpuhkan’ gerakan mahasiwa dan menangkapi para pengunjuk rasa termasuk tokoh mahasiswa Hariman Siregar (mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). 

Keberanian serupa dengan gaya yang berbeda, terjadi di sekitar kepulauan Seribu, yang terpaut jarak beberapa kilometer saja dari Jakarta Utara. Seorang pelaut berpangkat Letnan Satu bersama dua rekannya, menunjukkan keberanian dengan gaya dan cara serta dalam ruang lingkup yang berbeda. 

Mereka bertekad melayarkan sebuah perahu layar dari pelabuhan Keelung, di bagian paling utara selat Formosa (Taiwan) menuju ke pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menempuh jarak 2.300 mil laut, hanya dengan perahu layar kecil jenis ketch. Mirip tiga ekor semut di atas selembar daun kering terhanyut di sebuah kolam raksasa berarus deras!

Petualangan heroik yang mengancam jiwa ini, dikisahkan oleh pelaku utamanya untuk pembaca Indonesia Waters. Selamat mengikuti!

Kamis, Mei 21, 2009

Dicari: Presiden Air Minum Indonesia

Kisah Pelayaran Legendaris Phinisi Nusantara (2)


Mission Impossible!


Saya ikuti proyek phinisi Nusantara sejak awal. Pada akhirnya, Panitia membutuhkan seorang Nakhoda di atas kapal itu. Kemudian saya mengontak Laksamana Urip Santoso, ketua Harian Ekspedisi Phinisi Nusantara. Kepadanya saya katakan, bila diperlukan seorang nakhoda untuk pelayaran ini, saya siap membantu proyek ini.

Capt. Gita Arjakusuma
Cerita itu, akhirnya sampai kepada Laksamana Sudomo. Setelah mendengar nama saya, beliau teringat pada proyek pelayaran Java Doll, pada tahun 1972. Laksamana Sudomo ketika itu diminta bantuan oleh Kol. Jerry Mitchell, Atase Angkatan Laut Amerika, untuk membawa perahu kecil dari KeeLung, Taiwan ke Jakarta, yang kemudian saya bersama John Gunawan dan Serma Abrar Buhari menyanggupi permintaan itu. Pelayaran Java Doll berakhir dengan sukses. Jadi, begitu mendengar saya mengajukan diri, dengan serta merta Pak Domo menyetujui dan mengirimkan surat ke pihak pimpinan Andhika Lines untuk meminjam saya, sebagai nakhoda dalam proyek Phinisi Nusantara.

Memang kami dengar bahwa sebetulnya, Kepala Staf Angkatan Laut pada waktu itu, menghendaki nakhoda yang membawa kapal itu adalah dari kalangan perwira Angkatan Laut. Namun ternyata, setelah beberapa perwira Angkatan Laut diuji coba kemampuannya, Pak Domo tetap memilih saya.

Setelah mendapat izin dari perusahaan, kemudian secara resmi saya terlibat sepenuhnya dalam proyek Phinisi Nusantara. Dan proses pembuatan kapal itu, saya ikuti dari awal.

Kalau melihat kapal yang saat itu sudah 90 persen selesai dikerjakan, siapa yang tidak
bersama kru lengkap ekspedisi Phinisi Nusantara
akan gentar melihat kondisi kapal itu? Sekali pandang saja, orang bisa mengatakan bahwa kapal itu memang tidak layak laut. Kapal dibuat dengan sangat sederhana. Dibuat secara tradisional, tanpa gambar oleh pengarajin-pengrajin di Tanah Beru.

Namun dengan tekad yang kuat - apa pun yang akan terjadi – saya bersumpah akan melayarkan kapal ini. Saya pun pergi ke galangan kapal IKI di Ujung Pandang (sekarang Makassar) dan mulai menyusun para calon ABK lainnya.



Senin, Mei 18, 2009

Kisah Pelayaran Legendaris Phinisi Nusantara (1)


Capt. Gita Arjakusuma adalah pelaut Indonesia yang berhasil melayarkan kapal tradisional Phinisi Nusantara dari Indonesia ke pantai barat Amerika sejauh 11.000 mil selama 67 hari. Tekadnya menghadapi gelombang dan menerjang badai, sungguh luar biasa. Hingga ia berhasil mendaratkan Phinisi dengan selamat dan turut mengharumkan nama dan bangsa Indonesia di pameran internasional Vancouver Expo 1986.

Utusan Kematian



Kisah Persahabatan Nabi Yakub dengan Malaikat Pencabut Nyawa


Dalam suatu hikayat, diceritakan tentang persahabatan nabi Yakub dengan seorang Malaikat yang ditugaskan Tuhan untuk mencabut nyawa manusia. Kedua mahluk Tuhan ini dikenal bersahabat. Mereka konon, seringkali tampak bercakap-cakap.

Suatu hari datanglah berkunjung Sang Malaikat ke rumah Yakub, yang segera menyambutnya dengan sukacita.

Namun di dalam hati Yakub, ada ganjalan pertanyaan, yang ia coba utarakan kepada sahabatnya itu.

‘’Apakah kedatangan mu ini untuk mencabut nyawaku atau sekedar berkunjung?’’ tanya Yakub.
‘’Sekedar berkunjung,’’ ujarnya.

Seperti biasa, pembicaraan selanjutnya adalah laksana percakapan dua orang sahabat. Dan sang malaikat pun pamit untuk pulang.

Beberapa waktu kemudian, ia kembali berkunjung ke rumah sahabatnya itu, yang disambut Yakub dengan pertanyaan awal seperti biasa.‘’Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku atau…?’’
‘’Sekedar berkunjung,’’ ujarnya.

Maka dengan rasa lega Yakub segera membalas: ‘’Baiklah, sahabatku. Apakah engkau sudi memberi tahuku terlebih dulu, jika suatu saat Tuhan meminta engkau mencabut nyawaku?’’ Yakub berharap.

‘’Ya, aku tidak keberatan. Pada saatnya nanti, akan datang dua atau tiga utusan untuk memberitahumu,’’ujarnya. Tidak berapa lama, ia pun pamit.

jalan hidup terkadang berkabut
Hari demi hari, berlalu. Bulan demi bulan, tahun berganti tahun. Entah sudah berapa puluh tahun sejak mereka berjumpa yang terakhir kalinya. Maka pada suatu hari datanglah kembali Sang Malaikat mengetuk pintu rumah Yakub.

Seperti biasa, Yakub mengajukan pertanyaan awal:
‘’Apakah kedatangan mu untuk mencabut nyawaku atau sekedar berkunjung?’’
‘’Mencabut nyawa mu,’’ balas malaikat dengan tenang.

Yakub terperangah. ‘’Bukankah engkau mengatakan akan mengirimkan dua atau tiga utusan sebelum mencabut nyawaku?’’

‘’Engkau benar. Dan sudah datang kepadamu tiga utusan.’’

‘’Oh, begitu. Siapakah dia….???’’

‘’Pertama, rambutmu yang dulu hitam sekarang sudah memutih (uban).
Kedua, dadamu yang dulu tegap sekarang sudah bungkuk.
Dan ketiga, badan mu yang dulu sehat kuat, sekarang lemah tak berdaya,’’ kata nya.

Ah, Yakub terkesima. Rupanya itulah yang dimaksud Malaikat dengan tiga utusan yang datang kepadanya.
Maka, ia pun segera mempersiapkan dirinya menghadap yang Maha Kuasa dengan tenang, wajahnya tersenyum memancarkan kedamaian.

*****

Sahibul Hikayat


Sahibul Hikayat Tentang Ikhlas

SALAH satu kunci menjadi insan yang bertaqwa yakni melakukan segala sesuatu dengan ikhlas lillahita’ala, semata karena Allah. Beribadah hanya dan hanya karena Allah, supaya keridhaan NYA datang menghampiri Anda.

Kisah berikut ini memang tidak jelas sumbernya, tetapi pernah saya dengar ketika saya berkumpul dengan para alim ulama. Intinya, menunjukkkan bahwa pertolongan dan kemurahan Allah akan datang kepada siapa saja, yang melakukan segala amal perbuatannnya dengan ikhlas alias tanpa pamrih.


Terperangkap di Dalam Gua

Pada suatu ketika di sebuah tempat antah berantah, tersebutlah tiga orang musafir, yang sedang mengembara. Ketika mereka tengah beristirahat di sebuah lembah, mereka terkejut bukan kepalang … karena tiba-tiba  bukit terjal yang berada persis di depan mereka, mulai menunjukkan gejala aneh dan tanda-tanda bahaya akan longsor! Tidak berapa lama, ribuan bahkan jutaan meter kubik ton tanah berikut bebatuan dan pepohonan yang berada diatasnya merangsek jatuh dan menghunjam bumi! Gedebaaaamm...!

Terkejut bukan kepalang. Ketiga musafir itu, dengan kepanikan luar biasa berusaha menyelamatkan diri masing-masing…dan berhasil memasuki sebuah gua.

Tetapi, sebuah batu besar yang jatuh dari atas sebuah tebing yang longsor itu, tiba-tiba meluncur dan menimpa tempat mereka berlindung hingga persis menutup rapat mulut gua. Merekapun terperangkap di dalamnya dalam kegelapan.

Serta merta ketiga musafir itu berupaya mendorong batu yang menutup gua itu. Tetapi sedikit pun tidak bergeming. Mereka terus berupaya sekuat tenaga mendorong batu itu, tetapi sia-sia. Batu itu jauh lebih besar dari tenaga yang mereka miliki digabungkan.

Akhirnya, setelah seharian penuh mereka berupaya dan kehabisan tenaga, mulai lah mereka putus asa. Lalu apa lagi yang bisa menolong keluar dari gua itu? Akankah mereka mati kelaparan di kegelapan sebuah gua?

Perlunya Pertolongan Tuhan

Setelah seharian berusaha dan tak membuahkan hasil. Kini, sampailah mereka pada kesadaran untuk meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka masing-masing mulai memanjatkan doa, dengan mengatakan perbuatan ikhlas apa yang telah mereka lakukan semata karena Allah….!

Orang pertama mengatakan, ya Allah, aku mempunyai dua orang lanjut usia yang sudah tua renta tak berdaya. Mereka tinggal bersamaku di rumah. Aku merawat mereka dengan sebaik-baiknya. Apa saja makanan yang kami punyai didahulukan untuk mereka ketimbang anak-anak dan istriku. Suatu hari kami memerah susu, dan hanya dapat untuk dua cangkir gelas. Aku melarang anak-anak dan istriku mendahului meminumnya sebelum kedua orang tuaku. Meskipun mereka sangat menginginkannya. Menjelang subuh, kedua orang tua itu bangun, dan meminum susu segar yang kami sediakan. Ya Allah, seandainya perbuatanku sebagai bakti kepada orangtua itu kulakukan dengan ikhlas, mohon tolonglah kami, tunjukkan kekuasaanMu atas jiwa kami, ya.. Allah.

Tidak berapa lama, tiba-tiba terjadi sesuatu yang menakjubkan. Benar saja. Mulut gua begeser perlahan, sedikit demi sedikit pintu gua terkuak, tetapi lama kemudian berhenti, tidak bergeser lagi. Hingga akhirnya batu besar itu benar-benar tidak bergeser lagi. Meski cahaya bisa memasuki celah itu, tetapi bukaan gua belum cukup untuk menyisipkan badan. Mereka tetap belum bisa keluar.

Giliran orang kedua berdoa. Ya, Allah. Aku mencintai seorang gadis muda anak pamanku. Tetapi ia menolak cintaku. Suatu hari ia datang kepadaku untuk meminjam sejumlah uang. Aku penuhi permintaan itu dengan syarat ia menyerahkan tubuhnya. Dan ia pun setuju. Namun begitu kami bertelanjang bulat, ketika aku hendak melobangi cincin permatanya, ia menolak dan menyentak badanku. Ia mengatakan bahwa aku tidak berhak, karena aku bukan dan belum menjadi suaminya. Aku bisa saja memaksakan kehendakku, tapi itu tidak kulakukan. Aku mencoba menahan diri. Beberapa saat kemudian aku tersadar. Dan birahiku yang menggelegak, perlahan menyusut. Aku beranjak pergi. Dan meninggalkan uang permintaan dia sebagai amal sodaqoh. Itu kulakukan karena aku takut kepada Mu ya Allah.

Sejurus kemudian, batu itu pun berser sedikit. Sedikit sekali, hampir tak ada perubahan. Dan lobang di mulut gua belum bisa untuk menyisipkan badan.

Giliran orang ketiga memanjatkan doanya. Aku ini ya allah, pernah dipercaya memegang keuangan sebuah kongsi usaha. Ada seorang pegawai yang bertugas di luar kantor yang selama berbulan-bulan hingga beberapa tahun tidak pernah datang mengambil gajinya. Maka uang itu, aku pakai untuk usaha lain. aku belikan beberapa ekor kambing, dan kini setelah aku pensiun kambing-kambing itu sudah beranak pinak. Tanpa disangka suatu hari orang itu datang kepadaku dan meminta haknya dikembalikan. Dan ia kemudian mengambil semua kambing-kambing itu tanpa menyisakan satu pun buatku. Aku biarkan perlakuannya kepadaku. Aku ridho karena memang itu bukan milikku. Demikianlah ya Allah, kebaikan yang pernah kulakukan seumur hidupku dengan ikhlas.

Maka tak berapa lama, batu besar itu pun kemudian bergeser lagi, hingga cukup besar untuk mengeluarkan badan mereka satu persatu. Akhirnya, mereka pun selamat dari maut! Manakah dari ketiga perbuatan ikhlas itu yang diterima Tuhan? Apakah  yang pertama, yang kedua, atau yang ketiga, atau ketiga-tiganya atau tidak ada satupun? Wallahualam bisawab. Ini hanya dongeng para musafir.

Siapa yang dimaksud dengan 'musafir' itu? Mereka adalah manusia biasa tetapi berniat menghambakan dirinya semata untuk mencari keridhoan Allah. Mereka adalah orang-orang yang berusaha memenangkan pertempuran yang ada di dalam dirinya. Pertempuran tiada henti untuk: melawan untuk kemudian menundukkan dan mengendalikan hawa nafsunya sendiri. Keadaan demikian, sudah cukup membuat mereka sibuk,  sehingga mereka tidak lagi memiliki kesempatan untuk memikirkan keadaan dirinya. Bahkan keluarganya, sebab yang ada di dalam benaknya hanyalah keinginan untuk mendahulukan dan/atau mengutamakan perintah Allah yang menjadi satu-satunya alasan keberadaan mereka di muka bumi ini.  


Kisah Penyelamatan Pengungsi Vietnam Oleh Nakhoda Indonesia


Alur Perjalanan Laut
Pengungsi Vietnam
Kisah penyelamatan pengungsi Vietnam ini, ditulis berdasarkan pengalaman Captain Gita Arjakusuma, ketika dia bertugas sebagai Nahkoda kapal MV Andhika Tarunaga milik perusahaan pelayaran Nasional di Jakarta. Peristiwa ini terjadi pada medio Juli 1981 di samudera Pasifik, sekitar 200 mil dari Laut Cina Selatan. 


Para pengungsi Vietnam, ketika itu masih muda belia. Bahkan ada yang masih bayi. Kini mereka  menetap dan hidup sejahtera di Australia. Beberapa diantaranya bahkan telah menjadi pengusaha sukses. 

SETELAH jatuhnya Saigon (Ho Chi Minh City) pada musim panas tahun 1975, ratusan ribu orang Vietnam mulai berhamburan meninggalkan negeri itu menggunakan sampan dan kapal-kapal kayu kecil. Tanpa menghiraukan keselamatan, mereka menyeberangi Laut Cina Selatan. Sebagian lainnnya, berupaya menyelamatkan diri dengan berjalan kaki ratusan kilometer melintasi perbatasan darat.

Sampul Majalah Time
Edisi 13 April 1981:
"Moment of Madness"
Sementara sebagian lainnya mengalami berbagai bentuk penderitaan. Seperti perlakuan tidak manusiawi dari para perompak dan bajak laut, ada pula yang harus menghadapi gelombang dan badai gila, sebagian lagi harus menderita karena penyakit dan kelaparan. Itulah gambaran para pengungsi Vietnam sebagaimana dilukiskan dalam Vietnamese Boatpeople Connection – The True Stories.

Sementara Dr. Kenneth Wilson, setelah menyelesaikan suatu missi on board Seaweep sebagaimana terungkap dalam World Vision International, dengan jernih melukiskan suasana batin para pengungsi Vietnam, seperti berikut:

Dengan daya tahan dan ketabahan luar biasa, mereka menempuh risiko dan bahaya yang sulit dibayangkan, demi menyelamatkan diri dan mencari kebebasan. Diperkirakan lebih dari sepertiga diantaranya, akhirnya menemui ajalnya di laut. 

‘’Being a refugee is being a name and a number on lists. It is being in a mass of people shuffled from one point to another, not knowing what you have to do next or where you are going. It is being a child fearful you will be separated from your parents. It is being an elderly woman too weak to walk without help, but not too weak to smile luminously at a small act of kindness. It is having fight to believe that wherever you go will be better than where you have been. When you are a refugee, hope is the last thing you dare let go.’’

Sabtu, Mei 16, 2009

Betapa Rapuhnya Eksistensi Badan Regulator Perusahaan Air Minum DKI Jakarta

PengantarKepada para peminat, pegiat, pelaku, simpatisan atau siapa saja Anda, teman-teman yang tertarik dengan berbagai persoalan di sektor Air Minum, berikut saya tampilkan kembali artikel yang saya tulis beberapa tahun silam. 

Tulisan ini semula hanya untuk menanggapi berita-berita HU. Kompas, tentang kenaikan tarif air minum, namun karena keasyikan...maka sayapun 'tenggelam' pada permasalahan ini lebih jauh.

Inti tulisan, mempersoalkan kedudukan Badan Regulator Perusahaan Daerah Air Minum   DKI Jakarta (PAM JAYA), yang sebenarnya bertugas mulia (bahkan sangat mulia), ketika privatisasi di sektor Air Minum baru pertama kali terjadi di Indonesia, yang diprakarsai 'motivasi bisnis' beberapa anggota keluarga mantan Presiden Soeharto.

Setelah privatisasi terjadi, belakangan dibentuklah Badan Regulator yang diharapkan menjadi 'jalan tengah' munculnya kontroversi seputar privatisasi. Tetapi sayangnya, eksistensi Badan Regulator --yang semestinya menjadi baromater bagi wilayah-wilayah lain di Indonesia itu-- hingga kini masih menunjukkan kinerja yang memprihatinkan. 


Selamat membaca. Harap maklum jika ditemukan beberapa data yang out of date tetapi saya kira inti permasalahannya masih relevan dan aktual. Semoga bermanfaat!

BETAPA RAPUHNYA BADAN REGULATOR PAM JAYA 

TERAS berita Kompas (Sabtu, 19/11) menyebutkan: ‘’Berdasarkan penetapan DPRD DKI Jakarta No 550/-1.778.1 tertanggal 23 Juli 2004, mulai 2005 hingga 2007 tarif Perusahan Air Minum Jaya naik secara otomatis per semester. Pada dua semester terakhir, kenaikan hanya satu digit, sedangkan awal 2006 diperkirakan mencapai dua digit’’.

Sumber berita yang dikutip Kompas adalah pernyataan Ketua Badan Regulator Perusahaan Air Minum Jaya (PAM) DKI Jakarta Achmad Lanti, sehari sebelumnya dalam diskusi terbatas di Redaksi Kompas. Pada kesempatan itu hadir pula Direktur Teknik dan Operasional PAM Jaya Kris Tetuko, Presdir PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) Thierry Krieg, dan Presdir PT Thames PAM Jaya (TPJ) Julian Earle beserta beberapa anggota masing-masing instansi.

Untuk kesekian kalinya tarif air minum di Jakarta mengalami kenaikan. Dan untuk kesekian kali pula, keluhan pelanggan tidak digubris. Serta untuk kesekian kali pula pelanggan dibuat tak berdaya . Sebab, Badan Regulator (BR) mendatangi Redaksi sambil mengantungi senjata pamungkas yakni penetapan DPRD DKI Jakarta tentang Penyesuaian Tarif Otomatis (PTO) yang berlaku per semester. Maka, praktis tak ada lagi yang bisa mencegah kenaikan tarif air minum.

Persoalannya, apakah kenaikan tarif sudah sepatutnya dilakukan di tengah kualitas pelayanan air minum yang demikian menyedihkan? Redaksi Yth Kompas (Sabtu, 29/10/05) berjudul ‘’Kualitas Air PAM Turun, Harga Terus Naik’’ cukup mewakili keluhan pelanggan mengenai hal tersebut. Sudah terlalu banyak sebenarnya keluhan pelayanan yang tidak ditanggapi pihak operator. Keluhan umumnya berkisar pada masalah kualitas (kekeruhan), kuantitas (aliran/debit yang seret) dan kontinuitas (hanya pada jam-jam tertentu mengalir).


Rabu, April 08, 2009

Father (TNI-AU) Can Do No Wrong!




Jatuhnya Fokker 27 Di Landasan Udara Hussein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat


Senin, 06 April 2009, siang. Sebuah pesawat Fokker 27 dengan nomor penerbangan Alpha 2703, diberitakan jatuh terjerembab menimpa hangar pesawat Batavia Air di landasan udara Hussein Sastranegara, Bandung. Seluruh awak pesawat sebanyak 24 orang (6 kru, 18 perwira dan tamtama Paskhas) tewas seketika.

Isak tangis keluarga korban, tak terperikan. Baik di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, maupun di RS lainnya. Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Tentara Nasional Indonesia (TNI) - Angkatan Udara (AU) melansir press conference, intinya membenarkan terjadinya kecelakaan yang merenggut sejumlah korban jiwa itu, tetapi peristiwa penyebab jatuhnya pesawat, tidak disebutkan karena masih menunggu hasil penelitian.

Sabtu, April 04, 2009

Banda Aceh, Komunitas Peminum Kopi Terbesar di Dunia

biji Kopi, minuman yang kini mendunia
Minum Kopi Lebih Sehat Daripada CocaCola

HARI INI, seperti biasa 'tak ada pagi yang terlewatkan tanpa secangkir kopi panas'. Ya, kopi atau coffee atau kupi sekarang ini sudah jadi minuman yang 'mendunia'.

Saya beruntung sempat bertugas di beberapa kawasan di bagian paling ujung barat Indonesia yang kini disebut provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), bahkan sempat menyeberang sedikit ke wilayah yang agak permisif dari syariat Islam dan menginjakkan kaki di KILOMETER NOL, Pulau Sabang!

Bersyukur pula bisa menyempatkan diri mampir ke Aceh Singkil via Sidikalang, Sumatera Utara, yang terkenal pula aroma kopinya.

Sungguh sangat mudah menemukan pojok-pojok warung, yang menyediakan kopi sebagai hidangan utama di setiap sudut kota Banda Aceh, pasca bencana tsunami Desember 2004 silam. Inilah rasanya komunitas peminum kopi terbesar di dunia yang tidak masuk Guiness book of records.

Orang aceh di Beurawe, di Sigli, di Meulaboh di Lhoksuemawe, memang pandai meracik kopi dan menjadikannya sebagai sajian di tengah kongkow-kongkow para orang tua, para remaja dan ABG, atau para estewe bahkan para karyawan pekerja kantoran di setiap pagi, setiap sore menjelang maghrib bahkan di tengah malam buta sekalipun! Selalu di temani secangkir kopi dan penganan ringan lainnya sebagai hidangan ditengah keceriaan senda gurau.

Selesai bertugas dan kembali ke daerah asal, saya masih rindu kopi aceh...rindu aromanya. Inilah sebenarnya 'narkoba' yang dilegalkan di masyarakat.

Iseng-iseng merenung, kenapa ya produk ini tak pernah bisa naik kelas seperti starbucks misalnya, yang bisa menjadi mesin uang bagi kelompok pengusaha Yahudi. Starbuck kini sudah mendunia. Di Jakarta saja, entah sudah berapa anjungan dan gerai yang digelar.

Padahal racikan starbuck cuma sedikit ditambah essence (sesuai pilihan kastemer, mau rasa apa aja ada), tetapi intinya adalah kopi. Dan kopi terbaik di dunia ini cuma bisa tumbuh di iklim tropis seperti tanah Indonesia dan sebagian Amerika Latin.

Kita memang cepat puas dengan sesuatu yang serba instant. Dan agak malas mereka-reka, menguji coba, menganalisis komposisi, untuk menambah nilai dari sesuatu (termasuk kopi). Sehingga tetap saja, meskipun Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) mencatat angka pertumbuhan ekspor yang cukup signifikan, tetapi petani kopi kita, termasuk para ompung di Sidikalang itu, tetap saja hidup sederhana untuk tidak mengatakan 'marjinal' alias tetap miskin.

Padahal, ini momentum yang baik lho! Mumpung minuman jenis ini belum dibatasi atau dilarang pada kadar tertentu (terutama kata dokter yang mengaitkan dengan hypertensi), siapa mau duluan meniru gaya starbuck paling tidak model bisnisnya, supaya bisa masuk kawasan bergengsi dan hotel-hotel berbintang lima, sehingga syukur-syukur bisa mendongkrak kehidupan petani kita dan naik kelas, tidak lagi terpinggirkan.

Racikan yang unik, khas Kopi Aceh
Pernah pada suatu kesempatan, bertahun-tahun silam, seorang mahaguru agronomi yang saya temui di kawasan Dermaga Bogor, Jabar, mengatakan: "Minum Kopi Lebih Sehat Dari Pada CocaCola!"

Oalaaa......! Untungnya pernyataan itu tidak dipasang di slot-slot iklan televisi kita, jadi PT Amatil Bottle Company di Cikarang itu, tak perlu cemas ya! Toh anda cuma harus bersaing dengan Teh Botol Sosro untuk pasar lokal, tetapi di pasar manca negara Anda kan masih berkibar dengan slogan: Brrr...brrr...brrr!

Angin politik membawa Sang maha guru itu, ke puncak kursi kabinet dan kemudian menduduki jabatan lumayan prestisius di negeri ini, sebagai Menteri untuk sebuah departemen. Selamat pak Bungaran Saragih! Meskipun kini anda sudah tidak di posisi itu, masih terngiang ucapan Anda, tetapi sungguh... ketika jantung mulai terasa berdebar-debar dengan detak kencang di atas 140 km/jam (mohon dikonversi untuk alat ukur stateskop) di dalam pembuluh darah kita, siapa berani mengikuti saran Anda (?)

Uniknya, kenapa minuman jenis ini ternyata cocok disandingkan berjodoh lekat dengan rokok? Coba sesekali Anda iseng perhatikan mereka yang perokok, umumnya juga peminum kopi!
Benar, dari sudut apapun, pasangan ini (rokok dan kopi) lebih banyak dampak buruknya bagi kesehatan. Ah,....ah...! Dan untuk setiap sebatang rokok, konon jatah usia hidup kita berkurang 5 menit.

Bayangkan jika Anda mengkonsumsi minimal 1-2 bungkus/hari dikali kan puluhan tahun sejak kebiasan itu berlanjut, berapa jatah hidup kita yang berkurang? Belum lagi jika, dimasukan unsur kafein?? maka bagi mereka yang sudah berusia di atas 40 tahun, bersiap-siaplah beli kain kafan dan booking tempat 1x2 meter sedalam 2 meter untuk hunian terakhir kita masing-masing.

Saya tak berani menghitung! Tapi, tidak usah kuatir bung: kawan saya juga bilang, boleh jadi untuk setiap batang rokok yang kita hisap umur kita berkurang 5 menit, tetapi jangan lupa: pada saat yang sama kualitas hidup kita bertambah karena kesenangan yang ditimbulkan dari perjalanan keluar masuknya asap rokok ke dalam pembuluh darah dan jantung kita:.....puiiiih..hampir tak ada karya produktif seniman dan kreativitas luar biasa yang ...bisa lahir tanpa kepulan asap. Termasuk produktivitas para pekerja kantoran kita dewasa ini. Dan kesenangan itu bisa merangsang energi hidup, karena kesenangan merangsang endorfin untuk segera mengganti sel-sel tubuh yang rusak! singkatnya, sehingga untuk setiap batang rokok bisa membuat usia kita bertambah 15 menit ...he...he!

Coba juga iseng perhatikan bagaimana perilaku para kyai kita, baik di pondok-pondok maupun di gedung mewah bertingkat, ketika mengulas persoalan umat yang begitu njlimet...agak sulit dipecahkan tanpa lintingan tembakau! Untung majelis ulama (cuma berani) mengeluarkan fatwa untuk anak-anak dan ibu-ibu hamil. Terimakasih bapak-bapak di MUI karena rokok dan kopi belum dilarang, untuk orang-orang diluar kategori itu.

Padahal itulah pula jenis narkoba yang dilegalkan masyarakat kita. Dan paling disukai para kyai, karena kalau para tamu dan santrinya datang sowan untuk meminta nasihatnya, mesti menyelipkan beberapa pak Ji-sam-soe! Dengan kopi dan rokok, pembicaraan menjadi lebih panjang! Lebih seru. Lebih banyak ide bisa keluar. Dan satu lagi, sejenak menurunkan tensi karena beban pikiran yang berat. Barangkali karena itu, banyak orang Aceh senang minum kopi? Wallahualam bisawab.

Banyak celotehan berat dan ringan, yang beterbangan di sekitar kita. Entah dari pembicaraan di cafe, di pub, di warung kopi, tempat-tempat rekreasi dan belanja bahkan juga di taman-taman. Dan ternyata (bagi orang-orang tertentu) suasana akan lebih hidup dan seru, jika di temani secangkir kopi! Dan cangkir-cangkir kopi terbanyak di atas meja, cuma saya temukan di warung-warung kopi di sepanjang jalan di kota Banda Aceh, ngobrol sambil bercengkerama. Apakah  ngobrol ditemani kopi tidak penting?

Saya jadi teringat Thomas J. Watson suatu ketika pernah berucap: ''Karya terbesar manusia, dihasilkan dari transmisi gagasan dan antusiasme,''  dengan kata lain, ngobrol itu penting lho! Tergantung Anda saja, yang memilih topiknya. Dan celotehan akan lebih seru lagi, dengan penghangat secangkir kopi. Seperti kebiasaan yang saya temukan di tempat kumpul-kumpul di mana saja di kota Banda Aceh. Sama halnya kebiasaan minum bir sambil bercengkerama bagi sebagian besar penduduk yang mendiami belahan bumi bagian utara.


Rabu, April 01, 2009

Situ Gintung, Sebuah Tragedi Kelalaian


Jumat 27 Maret 2009, dini hari, sebuah waduk seluas 10 hektar di kawasan Cirendeu, Ciputat, provinsi Banten, ambrol ketika para penghuni di sekitar tebing waduk tengah tertidur lelap. Lebih dari 100 jiwa melayang (termasuk jiwa-jiwa tak berdosa seperti bayi dan anak-anak). Hingga hari ini, tim SAR masih mencari kemungkinan jasad-jasad yang masih bisa ditemukan dari sisa perjalanan air bah yang kini mengering setelah dilanda jutaan debit air yang meluncur deras dari lekukan waduk buatan Belanda tahun 1932 itu.

Para petinggi di negeri ini, sontak berdatangan, seperti Presiden SBY dan Wapres JK, termasuk sejumlah elit parpol yang tak mau melewatkan moment penting itu sebagai sarana kuda troya dalam meraih simpati di masa kampanye ini! Terlepas dari soal itu, benarkah jebolnya Situ Gintung memang sebuah bencana alam, tragedi di luar kuasa manusia atau justru akibat dari ketidakmampuan petugas terkait (Direktorat waduk dan sungai, Dinas PU, atau Pemda setempat) yang pernah memonitor waduk tersebut enam bulan lalu tetapi tidak menemukan tanda-tanda bahaya sedikitpun? Siapa sebenarnya yang harus bertanggungjawab?

Pertanyaan terakhir itu, selalu diselimuti jawaban yang terdengar arif: "Tragedi Situ Gintung adalah bencana alam sebagai peringatan dari Tuhan." Padahal Tuhan sendiri sudah memberikan seperangkat kemampuan luar biasa kepada manusia untuk digunakan dengan sebaik-baiknya, tetapi kebanyakan kita lalai menggunakannya karena berbagai alasan.

Memang benar, jika sudah kasip, tak ada yang mampu mengembalikan jiwa-jiwa yang menjadi korban itu kepada keadaan seperti semula, secanggih apapun teknologi yang pernah dicapai oleh peradaban manusia.

Tetapi, satu hal penting yang jelas tidak boleh diabaikan adalah: apa sebenarnya yang menyebabkan situ itu bisa jebol? Mengapa tingginya curah hujan tidak bisa diantisipasi oleh daya tampung waduk? Jika benar tidak bisa, mengapa tidak ada peringatan dini yang menunjukkan akan datangnya bahaya supaya sejumlah penghuni di sekitar waduk diberikan pilihan: mau mengungsi, bersiap-siap atau pasrah?

Jika melihat dari sudut pandang kamera TV tampak jelas, waduk itu tidak mempunyai 'pertahanan' sama sekali kecuali gundukan tanah setinggi lebih dari lima meter. Apakah sejak dibuat Belanda 77 tahun silam hingga kita tidak ada upaya fisik untuk membuatnya lebih tangguh? Lantas, siapa saja yang semestinya bertanggungjawab dalam soal pengelolaan dan pertanggungjawaban di situ gintung? Kemana saja larinya bujet yang selama ini ditarik dari berbagai pungutan pajak rakyat itu digunakan?

Mari sejenak menoleh ke belakang. Setelah bangsa ini mampu melaksanakan Pemilu yang tercatat dalam seajrah sebagai Pemilu yang paling jurdil pada Pemilu 1955, bahkan para petugasnya pun masih banyak yang buta huruf! Tetapi, hebatnya, para pakar sejarah politik mengatakan baru pada pemilu itulah kali pertama, bangsa kita sanggup menyelenggarakan Pemilu dengan asas: Jujur dan Adil.

Setelah serangkaian Pemilu berikutnya, hingga kini tak seorangpun lahir figur negarawan yang muncul hingga menjelang Pemilu tanggal 09 April 2009 mendatang (kalau pun ada, ia dengan mudah dikalahkan kepentingan kelompok dan golongan yang bernama aturan dan mesin parpol atau bisa jadi karena dia memang tidak ada yang melamar atau mau mencalonkan diri).

Para Pemimpin dari 38 parpol itu, kini tampak berlomba berebut simpati, mengecam sana-sini, mengobral janji-janji manis, dan melontarkan jurus-jurus membasmi korupsi dan memerangi kemiskinan secara instant. Malah tidak sedikit figur yang menyatakan sangat siap menjadi orang nomor satu di negeri ini. Anehnya, tak tampak seorangpun yang berani muncul dan menyatakan sanggup bertanggungjawab pada setiap bencana yang jelas-jelas terjadi akibat dari kelalaian manusia! Bukankah seseorang baru bisa disebut 'pahlawan' setelah ia terbukti berani melawan tirani, setidaknya menolak bencana akibat keserakahan dan sikap buruk manusia sekalipun untuk itu ia harus mengorbankan jiwanya sendiri?

Benarkah istilah law enforcement di negeri ini cuma ada di dalam buku-buku teori dan bangku-bangku kuliah sehingga keluar dari kampus kita menjadi mati suri bak menegakkan benang basah? Padahal, para filosof dulu mengatakan kita harus menegakkan hukum sekalipun langit mau runtuh! Mengapa seorang manusia bernama Eddy Tansil (ET) yang sempat meraup trilyunan rupiah itu, kini bisa menghirup udara bebas? Setelah dia kabur dari penjara...sekarang tak jelas lagi di mana rimbanya. Bukankah ia turut andil dalam kebangkrutan Indonesia yang berujung pada krisis moneter berkepanjangan sejak akhir 1998 hingga kini?

Saya pernah berjumpa dengan seseorang yang sanggup menunjukkan dimana 'The Notorious' itu berada, karena memang ia tidak kemana-mana, tidak tenggelam di luasnya daratan Cina atau konon kabarnya berada di sebuah negara di Eropa atau sibuk berbelanja di negeri tetangga Singapura. Tidak! ET justru berada di negerinya sendiri dan kini hidup dengan tenang...! Waduh....! padahal kita punya jaringan interpol di mancanegara, punya BIN atau intelijen canggih, punya Direktorat Jenderal Imigrasi, Kepolisian, Kamtibmas dan lainnya. Seolah menangkap ET ibarat mencari sebatang jarum di tumpukan jerami. Nyatanya, kita disuguhi berita-berita kriminal di Televisi yang cuma menayangkan prestasi polisi yang berhasil menangkap pencuri sandal jepit (atau HP) yang babak belur dihajar massa!

Eddy Tansil manusia biasa. Ia tak lebih dari pengusaha yang licin. Dan karena kepiawaiannya (termasuk mempersembahkan seorang wanita cantik kepada mantan Pangkopkamtib yang kini menjadi istrinya), ia berhasil memasuki kelompok Ring -1. Dan karena berbagai kedekatannya dengan elit penguasa ketika Pak Harto masih berjaya, ia dengan mudah memanfaatkan dana BLBI untuk keuntungan kelompoknya. Jelas, ET bukan manusia monosoliter (ia punya teman, keluarga, kerabat atau kelompoknya dan karena itu mudah dilacak!).

Era reformasi lahir. Soeharto jatuh. Dan serangkaian persidangan digelar, termasuk ET yang diseret dan setelah terbukti bersalah, ia pun dipenjarakan. Soalnya kemudian, mengapa para petugas sipir penjara begitu mudah 'membiarkannya' pergi hanya karena segepok uang? Ya, bisa jadi karena gaji sipir di negeri ini sangat rendah, sehingga mereka mudah tergiur selain karena sumpah jabatan dan moral etika yang meleleh...alasannya karena sekoper uang! Dan kini, setelah bertahun-tahun, kepergian sang maestro pengusaha kakap itu, bangsa kita sekarang sudah melupakan bahwa ET pernah ada dan bahwa ia harus mempertanggungjawabkan perbuatan, yang (sebagian) menyebabkan bangsa ini terpuruk dalam lilitan utang luar negeri berkepanjangan.

Contoh lain, kasus lumpur Sidoarjo di Jawa Timur, yang belum lama ini membuncahkan lumpur panas, menenggelamkan sejumlah rumah dan menelan harta benda, akibat penggalian perut bumi yang diloloskan oleh petugas AMDAL. Hingga kini, sejumlah korban masih belum mendapat ganti rugi yang layak! apakah ini bencana alam atau kelalaian kita?

Kembali ke lapTop! Situ Gintung...yang jebol itu... ! Si Gintung kini cuma menyisakan lumpur-lumpur dan serakan material bangunan yang hancur, serta sebagian penghuninya yang masih meratap, pedih....atas kepergian mereka yang dicintai. Tetapi, kemana perginya orang-orang yang pantas bertanggungjawab dalam kasus itu?

Jelas bin jelas, banyak aparatur yang segera bertiarap menyembunyikan kepalanya di gundukan pasir! Tetapi kalau anda cukup jeli, Anda dengan mudah menemukan sebagian diantara mereka yang berani muncul ke permukaan. Bahkan tampak berkoar-koar di panggung kampanye dan tampak riang sambil berjoget dangdut, seraya melantunkan lagu: "Pi-lih-lah- Aku, ja-di pa-car-mu!"

*****