Minggu, Juli 03, 2011

Tenggelamnya Kebanggaan Sebuah Bangsa Maritim

Seperempat Abad Pelayaran Ekspedisi Phinisi Nusantara

Pelayaran Ekspedisi Phinisi Nusantara, Jakarta-Vancouver, 1986, telah menorehkan tinta emas dalam sejarah pelayaran kapal tradisional Bangsa Indonesia menempuh samudera. Dan tahun ini, tepat terjadi seperempat abad silam. Tidak ada peringatan. Tidak ada kemeriahan. Dan kita adalah bangsa yang paling mudah melupakan sesuatu yang baik di masa lalu. 

Bagaimanapun pelayaran Ekspedisi Mahapatih Gajah Mada ini, telah berhasil membuktikan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia sejak dulu adalah bangsa maritim. Ekspedisi Phinisi Nusantara adalah suatu pelayaran tradisional yang berhasil dilaksanakan pada era modern dengan bukti dan dokumentasi yang lengkap. 


Suasana pelepasan
Phinisi Nusantara
oleh Kepala Bappenas
JB. Sumarlin
di Pelabuhan   Muara
Baru, Jakarta, 1986.
Kapal layar tradisional Phinisi dibuat di Tanah Beru, Bulukumba, Makassar, Sulawesi Selatan. Ia berhasil mendarat dengan selamat di pantai barat Amerika untuk turut memeriahkan Vancouver Expo 1986. Pelayaran menempuh jarak 11.000 nautical mile kemudian dilanjutkan berlayar ke San Diego sekitar 1650 mil laut dan merupakan satu-satunya kapal kayu yang mendapat penghormatan militer dari Kapal Induk Amerika, USS Constelation. Setelah menyelesaikan missi nya, kapal ini kemudian kembali ke Indonesia.


Beberapa tahun setelah Phinisi Nusantara berada di Indonesia, kapal ini harus mengalami nasib nahas. Ia berakhir dengan mengenaskan, setelah mengalami karam di perairan Kepulauan Seribu,.Jakarta Utara.


Namun, hilangnya Phinisi Nusantara, tidak serta merta menghapus ingatan banyak orang. Hal ini terbukti dengan lahirnya berbagai ekspedisi lanjutan. Beragam inspirasi dan inovasi dari kapal Phinisi Nusantara kemudian melahirkan berbagai ekspedisi. Tidak saja dari kalangan masyarakat Indonesia sendiri tetapi juga bahkan dari bangsa lain, yang memberikan apresiasi tinggi terhadap kemampuan kapal tradisional Indonesia. Satu hal yang jelas membuktikan kepada masyarakat dan dunia pelayaran, bahwa kapal tradisional phinisi terbukti ketangguhannya dalam menjelajah samudera. 

Beberapa ekspedisi pelayaran yang terinspirasi dari phinisi nusantara  antara lain:  Ekspedisi kapal jenis Padewakang oleh peneliti Australia dari Makassar ke Darwin. Kemudian Phinisi Ammana Gappa dari Makassar menuju Madagaskar dan berhasil sampai di sana, hanya setelah sampai Madagaskar dalam pelayaran berikutnya kapal itu karam dan tenggelam. 

Kemudian juga ada ekspedisi lain menggunakan kapal yang meniru bentuk kapal yang ada pada relief candi Borobudur. Yaitu proyek ekspedisi Dammar Sagara yang dilakukan oleh Yamamoto, petualang asal Jepang, yang membawa serta beberapa orang kru pelaut Indonesia. Namun ekspedisi ini gagal dan hanya sampai di Filipina, karena selain kondisi kapal tidak memungkinkan juga karena timbulnya ketidak cocokan diantara kru kapal.

Suasana penyambutan Phinisi Nusantara 
di Lion Bridge, Canada

Namun ekspedisi ini diulang kembali pada tahun 2011 dengan nama ekspedisi Spirit of Majapahit. Bentuk kapal juga meniru dari model  kapal-kapal masa silam yang terpahat pada relief candi Borobudur. Tetapi, kembali disayangkan, misi ini juga tidak berhasil dan hanya sampai di Filipina. 

Penyebab kegagalan, pertama karena memang mereka berlayar pada waktu yang tidak cocok. Mereka berlayar ketika sudah mulai musim angin taifun untuk menyeberang ke Jepang. Kedua, juga ternyata masih adanya ketidakharmonisan antara kru di kapal dengan pihak sponsor. 

Sebelum ekspedisi Spirit of Majapahit, juga ada ekspedisi Borobudur yang dilakukan oleh para pelaut Inggris dan Australia dengan menyertakan beberapa ABK (crew) Indonesia. Dan  ekspedisi mereka berhasil sampai ke Madagaskar dan terus berlayar sampai cave de hook di ujung Afrika bagian selatan. 

Jadi, setelah ekspedisi Phinisi Nusantara 1986, banyak ekspedisi-ekspedisi berikutnya yang terjadi dengan satu keyakinan bahwa kapal tradisional Indonesia cukup kuat untuk melayari laut dan samudera. 

Akhir Hidup Yang Mengenaskan

Bagaimana sebenarnya akhir dari suatu kebanggaan itu? Memang benar, apapun yang ada di dunia ini, suatu ketika lahir dan muncul tetapi ada saatnya pula dia harus berakhir.  Hanya, proses menghilangnya kapal layar Phinisi Nusantara itu patut disesalkan karena terjadi dengan sangat tidak wajar. 

Saat mengenaskan
detik-detik terakhir 

sebuah kebanggaan:
tenggelamnya Phinisi 

Nusantara 
di Kepulauan Seribu, 
Jakarta Utara
Setelah Phinisi Nusantara kembali ke Indonesia, kapal ini kemudian dipergunakan untuk kepentingan promosi dan pariwisata, dengan berlayar dari Jakarta ke pelabuhan-pelabuhan terdekat. 


Pada suatu ketika, kapal ini diberitakan tersangkut di karang. Dan itu terjadi, justru pada alur pelayaran yang sangat aman (sering dilalui), juga ketika itu cuaca sangat  baik. Tetapi, terjadi keteledoran dari awak kapal yang menyebabkan kapal ini tersangkut di karang dan pasir (gosong-gosong). 


Sayangnya, musibah ini seolah dibiarkan dan kurang mendapat perhatian dan upaya yang memadai untuk menyelamatkannya. Sehingga pada akhirnya, kapal yang telah menjadi pelopor dari ekspedisi-ekspedisi sebelumnya ini, perlahan-lahan tenggelam justru di Kepulauan Seribu, yang jaraknya cuma sekitar 30 mil laut dari utara Ibukota negara, Jakarta. 


Sulit dibantah, jika Phinisi Nusantara tenggelam akibat dari suatu kekonyolan, yakni: hilangnya GPS di kapal itu karena dibawa seorang kru yang berada di darat.  


Beruntung, cerita tentang Phinisi Nusantara belum habis seluruhnya. Karena beberapa bulan sebelum kejadian tersebut, pernah muncul inisiatif dari sebuah perusahaan (PT. Sampoerna) untuk mendanai pembuatan miniatur kapal phinisi, kemudian ditempatkan di museum bahari. Sehingga masih ada jejak untuk mengenang ekspedisi Phinisi Nusantara, meski hanya dengan melihat replika kapal yang kini tersimpan di museum bahari Soenda Kelapa


Inilah nasib mengenaskan Phinisi Nusantara. Sebuah kapal yang dikendalikan Nahkoda piawai beserta kru pelaut yang tangguh yang berada di atasnya. Mereka telah berhasil mewujudkan arti kebanggaan bagi ratusan juta penduduk yang menetap di sebuah negeri kepulauan terbesar di dunia ini. 

Sayangnya, Phinisi Nusantara kini sudah tenggelam sekaligus dilupakan. Padahal, ia adalah saksi sejarah bahwa bangsa ini adalah bangsa maritim yang pemberani. Suatu contoh terbaik untuk mencari dan menemukan kembali mimpi besar kejayaan bangsa Indonesia, setelah para penguasa dan para aktor di panggung politik negeri ini, tidak mampu lagi memberikan teladan bagi anak-anak didik di bangku sekolah. 


Continue Reading>>Related Articles:
Phinisi Nusantara
Kisah Pelayaran Legendaris Phinisi Nusantara (1)

Kisah Pelayaran Legendaris Phinisi Nusantara (2)


4 komentar:

Anonim mengatakan...

Kisahnya persis seperti kisah-kisah di Indonesia, sesuatu yg mengharumkan atau membanggakan Indonesia, pada akhirnya harus berakhir dengan tdk menyenangkan

Semy Havid mengatakan...

yth. Anonymous.

Terimakasih atas masukan / komentar Anda.

Salam

Chiechy mengatakan...

Maaf damar sagara berangkat tahun berapa ya..??

Chiechy mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.