Sabtu, Mei 23, 2009

Java Doll Menantang Maut, Antara Keelung - Tanjung Priok



Tiga petualang pemberani, berhasil menembus samudera hanya dengan Java Doll perahu jenis Ketch (13x2 M), dari Keelung (Taiwan) ke Tg. Priok (Jakarta) sejauh 2300 mil laut. Seperti tiga ekor semut yang bertahan pada selembar daun kering di tengah lautan luas. Namun ternyata, mereka berhasil tiba dengan selamat, setelah menghadapi berbagai kendala, tantangan dan badai, di Laut Cina  Selatan yang nyaris menghancurkan kapal mereka dan menguburnya di laut. Inilah kisah petualangan heroik mereka.     

Peristiwa ini terjadi pada 1974. Jika kita buka lembaran sejarah politik nasional, maka akan terbentang sebuah drama politik yang menampilkan babak baru tentang rekaman ‘keberanian’ para mahasiswa Indonesia menentang sebuah rezim yang paling represif. Tatkala Orde Baru di bawah pimpinan Jenderal Soeharto tengah berada di tampuk kekuasaan dengan sangat kuatnya.

Suhu politik di jantung Ibukota memanas, menyusul aksi demonstrasi para mahasiswa menentang kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakue Tanaka ke Jakarta. Tanaka dinilai sebagai simbol neo-kolonialisme dan imperialisme (nekolim) baru, dengan munculnya dominasi produk-produk Jepang yang membanjiri pasar Indonesia, sehingga melumpuhkan perekonomian nasional. 

Namun aksi mahasiswa yang berbuntut kerusuhan itu, tidak berlangsung lama setelah Panglima Komando Operasi Pemulihan dan Keamanan (Pangkopkamtib) Jenderal Soemitro berhasil ‘melumpuhkan’ gerakan mahasiwa dan menangkapi para pengunjuk rasa termasuk tokoh mahasiswa Hariman Siregar (mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). 

Keberanian serupa dengan gaya yang berbeda, terjadi di sekitar kepulauan Seribu, yang terpaut jarak beberapa kilometer saja dari Jakarta Utara. Seorang pelaut berpangkat Letnan Satu bersama dua rekannya, menunjukkan keberanian dengan gaya dan cara serta dalam ruang lingkup yang berbeda. 

Mereka bertekad melayarkan sebuah perahu layar dari pelabuhan Keelung, di bagian paling utara selat Formosa (Taiwan) menuju ke pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menempuh jarak 2.300 mil laut, hanya dengan perahu layar kecil jenis ketch. Mirip tiga ekor semut di atas selembar daun kering terhanyut di sebuah kolam raksasa berarus deras!

Petualangan heroik yang mengancam jiwa ini, dikisahkan oleh pelaku utamanya untuk pembaca Indonesia Waters. Selamat mengikuti!

Kamis, Mei 21, 2009

Dicari: Presiden Air Minum Indonesia

Kisah Pelayaran Legendaris Phinisi Nusantara (2)


Mission Impossible!


Saya ikuti proyek phinisi Nusantara sejak awal. Pada akhirnya, Panitia membutuhkan seorang Nakhoda di atas kapal itu. Kemudian saya mengontak Laksamana Urip Santoso, ketua Harian Ekspedisi Phinisi Nusantara. Kepadanya saya katakan, bila diperlukan seorang nakhoda untuk pelayaran ini, saya siap membantu proyek ini.

Capt. Gita Arjakusuma
Cerita itu, akhirnya sampai kepada Laksamana Sudomo. Setelah mendengar nama saya, beliau teringat pada proyek pelayaran Java Doll, pada tahun 1972. Laksamana Sudomo ketika itu diminta bantuan oleh Kol. Jerry Mitchell, Atase Angkatan Laut Amerika, untuk membawa perahu kecil dari KeeLung, Taiwan ke Jakarta, yang kemudian saya bersama John Gunawan dan Serma Abrar Buhari menyanggupi permintaan itu. Pelayaran Java Doll berakhir dengan sukses. Jadi, begitu mendengar saya mengajukan diri, dengan serta merta Pak Domo menyetujui dan mengirimkan surat ke pihak pimpinan Andhika Lines untuk meminjam saya, sebagai nakhoda dalam proyek Phinisi Nusantara.

Memang kami dengar bahwa sebetulnya, Kepala Staf Angkatan Laut pada waktu itu, menghendaki nakhoda yang membawa kapal itu adalah dari kalangan perwira Angkatan Laut. Namun ternyata, setelah beberapa perwira Angkatan Laut diuji coba kemampuannya, Pak Domo tetap memilih saya.

Setelah mendapat izin dari perusahaan, kemudian secara resmi saya terlibat sepenuhnya dalam proyek Phinisi Nusantara. Dan proses pembuatan kapal itu, saya ikuti dari awal.

Kalau melihat kapal yang saat itu sudah 90 persen selesai dikerjakan, siapa yang tidak
bersama kru lengkap ekspedisi Phinisi Nusantara
akan gentar melihat kondisi kapal itu? Sekali pandang saja, orang bisa mengatakan bahwa kapal itu memang tidak layak laut. Kapal dibuat dengan sangat sederhana. Dibuat secara tradisional, tanpa gambar oleh pengarajin-pengrajin di Tanah Beru.

Namun dengan tekad yang kuat - apa pun yang akan terjadi – saya bersumpah akan melayarkan kapal ini. Saya pun pergi ke galangan kapal IKI di Ujung Pandang (sekarang Makassar) dan mulai menyusun para calon ABK lainnya.



Senin, Mei 18, 2009

Kisah Pelayaran Legendaris Phinisi Nusantara (1)


Capt. Gita Arjakusuma adalah pelaut Indonesia yang berhasil melayarkan kapal tradisional Phinisi Nusantara dari Indonesia ke pantai barat Amerika sejauh 11.000 mil selama 67 hari. Tekadnya menghadapi gelombang dan menerjang badai, sungguh luar biasa. Hingga ia berhasil mendaratkan Phinisi dengan selamat dan turut mengharumkan nama dan bangsa Indonesia di pameran internasional Vancouver Expo 1986.

Utusan Kematian



Kisah Persahabatan Nabi Yakub dengan Malaikat Pencabut Nyawa


Dalam suatu hikayat, diceritakan tentang persahabatan nabi Yakub dengan seorang Malaikat yang ditugaskan Tuhan untuk mencabut nyawa manusia. Kedua mahluk Tuhan ini dikenal bersahabat. Mereka konon, seringkali tampak bercakap-cakap.

Suatu hari datanglah berkunjung Sang Malaikat ke rumah Yakub, yang segera menyambutnya dengan sukacita.

Namun di dalam hati Yakub, ada ganjalan pertanyaan, yang ia coba utarakan kepada sahabatnya itu.

‘’Apakah kedatangan mu ini untuk mencabut nyawaku atau sekedar berkunjung?’’ tanya Yakub.
‘’Sekedar berkunjung,’’ ujarnya.

Seperti biasa, pembicaraan selanjutnya adalah laksana percakapan dua orang sahabat. Dan sang malaikat pun pamit untuk pulang.

Beberapa waktu kemudian, ia kembali berkunjung ke rumah sahabatnya itu, yang disambut Yakub dengan pertanyaan awal seperti biasa.‘’Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku atau…?’’
‘’Sekedar berkunjung,’’ ujarnya.

Maka dengan rasa lega Yakub segera membalas: ‘’Baiklah, sahabatku. Apakah engkau sudi memberi tahuku terlebih dulu, jika suatu saat Tuhan meminta engkau mencabut nyawaku?’’ Yakub berharap.

‘’Ya, aku tidak keberatan. Pada saatnya nanti, akan datang dua atau tiga utusan untuk memberitahumu,’’ujarnya. Tidak berapa lama, ia pun pamit.

jalan hidup terkadang berkabut
Hari demi hari, berlalu. Bulan demi bulan, tahun berganti tahun. Entah sudah berapa puluh tahun sejak mereka berjumpa yang terakhir kalinya. Maka pada suatu hari datanglah kembali Sang Malaikat mengetuk pintu rumah Yakub.

Seperti biasa, Yakub mengajukan pertanyaan awal:
‘’Apakah kedatangan mu untuk mencabut nyawaku atau sekedar berkunjung?’’
‘’Mencabut nyawa mu,’’ balas malaikat dengan tenang.

Yakub terperangah. ‘’Bukankah engkau mengatakan akan mengirimkan dua atau tiga utusan sebelum mencabut nyawaku?’’

‘’Engkau benar. Dan sudah datang kepadamu tiga utusan.’’

‘’Oh, begitu. Siapakah dia….???’’

‘’Pertama, rambutmu yang dulu hitam sekarang sudah memutih (uban).
Kedua, dadamu yang dulu tegap sekarang sudah bungkuk.
Dan ketiga, badan mu yang dulu sehat kuat, sekarang lemah tak berdaya,’’ kata nya.

Ah, Yakub terkesima. Rupanya itulah yang dimaksud Malaikat dengan tiga utusan yang datang kepadanya.
Maka, ia pun segera mempersiapkan dirinya menghadap yang Maha Kuasa dengan tenang, wajahnya tersenyum memancarkan kedamaian.

*****

Sahibul Hikayat


Sahibul Hikayat Tentang Ikhlas

SALAH satu kunci menjadi insan yang bertaqwa yakni melakukan segala sesuatu dengan ikhlas lillahita’ala, semata karena Allah. Beribadah hanya dan hanya karena Allah, supaya keridhaan NYA datang menghampiri Anda.

Kisah berikut ini memang tidak jelas sumbernya, tetapi pernah saya dengar ketika saya berkumpul dengan para alim ulama. Intinya, menunjukkkan bahwa pertolongan dan kemurahan Allah akan datang kepada siapa saja, yang melakukan segala amal perbuatannnya dengan ikhlas alias tanpa pamrih.


Terperangkap di Dalam Gua

Pada suatu ketika di sebuah tempat antah berantah, tersebutlah tiga orang musafir, yang sedang mengembara. Ketika mereka tengah beristirahat di sebuah lembah, mereka terkejut bukan kepalang … karena tiba-tiba  bukit terjal yang berada persis di depan mereka, mulai menunjukkan gejala aneh dan tanda-tanda bahaya akan longsor! Tidak berapa lama, ribuan bahkan jutaan meter kubik ton tanah berikut bebatuan dan pepohonan yang berada diatasnya merangsek jatuh dan menghunjam bumi! Gedebaaaamm...!

Terkejut bukan kepalang. Ketiga musafir itu, dengan kepanikan luar biasa berusaha menyelamatkan diri masing-masing…dan berhasil memasuki sebuah gua.

Tetapi, sebuah batu besar yang jatuh dari atas sebuah tebing yang longsor itu, tiba-tiba meluncur dan menimpa tempat mereka berlindung hingga persis menutup rapat mulut gua. Merekapun terperangkap di dalamnya dalam kegelapan.

Serta merta ketiga musafir itu berupaya mendorong batu yang menutup gua itu. Tetapi sedikit pun tidak bergeming. Mereka terus berupaya sekuat tenaga mendorong batu itu, tetapi sia-sia. Batu itu jauh lebih besar dari tenaga yang mereka miliki digabungkan.

Akhirnya, setelah seharian penuh mereka berupaya dan kehabisan tenaga, mulai lah mereka putus asa. Lalu apa lagi yang bisa menolong keluar dari gua itu? Akankah mereka mati kelaparan di kegelapan sebuah gua?

Perlunya Pertolongan Tuhan

Setelah seharian berusaha dan tak membuahkan hasil. Kini, sampailah mereka pada kesadaran untuk meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka masing-masing mulai memanjatkan doa, dengan mengatakan perbuatan ikhlas apa yang telah mereka lakukan semata karena Allah….!

Orang pertama mengatakan, ya Allah, aku mempunyai dua orang lanjut usia yang sudah tua renta tak berdaya. Mereka tinggal bersamaku di rumah. Aku merawat mereka dengan sebaik-baiknya. Apa saja makanan yang kami punyai didahulukan untuk mereka ketimbang anak-anak dan istriku. Suatu hari kami memerah susu, dan hanya dapat untuk dua cangkir gelas. Aku melarang anak-anak dan istriku mendahului meminumnya sebelum kedua orang tuaku. Meskipun mereka sangat menginginkannya. Menjelang subuh, kedua orang tua itu bangun, dan meminum susu segar yang kami sediakan. Ya Allah, seandainya perbuatanku sebagai bakti kepada orangtua itu kulakukan dengan ikhlas, mohon tolonglah kami, tunjukkan kekuasaanMu atas jiwa kami, ya.. Allah.

Tidak berapa lama, tiba-tiba terjadi sesuatu yang menakjubkan. Benar saja. Mulut gua begeser perlahan, sedikit demi sedikit pintu gua terkuak, tetapi lama kemudian berhenti, tidak bergeser lagi. Hingga akhirnya batu besar itu benar-benar tidak bergeser lagi. Meski cahaya bisa memasuki celah itu, tetapi bukaan gua belum cukup untuk menyisipkan badan. Mereka tetap belum bisa keluar.

Giliran orang kedua berdoa. Ya, Allah. Aku mencintai seorang gadis muda anak pamanku. Tetapi ia menolak cintaku. Suatu hari ia datang kepadaku untuk meminjam sejumlah uang. Aku penuhi permintaan itu dengan syarat ia menyerahkan tubuhnya. Dan ia pun setuju. Namun begitu kami bertelanjang bulat, ketika aku hendak melobangi cincin permatanya, ia menolak dan menyentak badanku. Ia mengatakan bahwa aku tidak berhak, karena aku bukan dan belum menjadi suaminya. Aku bisa saja memaksakan kehendakku, tapi itu tidak kulakukan. Aku mencoba menahan diri. Beberapa saat kemudian aku tersadar. Dan birahiku yang menggelegak, perlahan menyusut. Aku beranjak pergi. Dan meninggalkan uang permintaan dia sebagai amal sodaqoh. Itu kulakukan karena aku takut kepada Mu ya Allah.

Sejurus kemudian, batu itu pun berser sedikit. Sedikit sekali, hampir tak ada perubahan. Dan lobang di mulut gua belum bisa untuk menyisipkan badan.

Giliran orang ketiga memanjatkan doanya. Aku ini ya allah, pernah dipercaya memegang keuangan sebuah kongsi usaha. Ada seorang pegawai yang bertugas di luar kantor yang selama berbulan-bulan hingga beberapa tahun tidak pernah datang mengambil gajinya. Maka uang itu, aku pakai untuk usaha lain. aku belikan beberapa ekor kambing, dan kini setelah aku pensiun kambing-kambing itu sudah beranak pinak. Tanpa disangka suatu hari orang itu datang kepadaku dan meminta haknya dikembalikan. Dan ia kemudian mengambil semua kambing-kambing itu tanpa menyisakan satu pun buatku. Aku biarkan perlakuannya kepadaku. Aku ridho karena memang itu bukan milikku. Demikianlah ya Allah, kebaikan yang pernah kulakukan seumur hidupku dengan ikhlas.

Maka tak berapa lama, batu besar itu pun kemudian bergeser lagi, hingga cukup besar untuk mengeluarkan badan mereka satu persatu. Akhirnya, mereka pun selamat dari maut! Manakah dari ketiga perbuatan ikhlas itu yang diterima Tuhan? Apakah  yang pertama, yang kedua, atau yang ketiga, atau ketiga-tiganya atau tidak ada satupun? Wallahualam bisawab. Ini hanya dongeng para musafir.

Siapa yang dimaksud dengan 'musafir' itu? Mereka adalah manusia biasa tetapi berniat menghambakan dirinya semata untuk mencari keridhoan Allah. Mereka adalah orang-orang yang berusaha memenangkan pertempuran yang ada di dalam dirinya. Pertempuran tiada henti untuk: melawan untuk kemudian menundukkan dan mengendalikan hawa nafsunya sendiri. Keadaan demikian, sudah cukup membuat mereka sibuk,  sehingga mereka tidak lagi memiliki kesempatan untuk memikirkan keadaan dirinya. Bahkan keluarganya, sebab yang ada di dalam benaknya hanyalah keinginan untuk mendahulukan dan/atau mengutamakan perintah Allah yang menjadi satu-satunya alasan keberadaan mereka di muka bumi ini.  


Kisah Penyelamatan Pengungsi Vietnam Oleh Nakhoda Indonesia


Alur Perjalanan Laut
Pengungsi Vietnam
Kisah penyelamatan pengungsi Vietnam ini, ditulis berdasarkan pengalaman Captain Gita Arjakusuma, ketika dia bertugas sebagai Nahkoda kapal MV Andhika Tarunaga milik perusahaan pelayaran Nasional di Jakarta. Peristiwa ini terjadi pada medio Juli 1981 di samudera Pasifik, sekitar 200 mil dari Laut Cina Selatan. 


Para pengungsi Vietnam, ketika itu masih muda belia. Bahkan ada yang masih bayi. Kini mereka  menetap dan hidup sejahtera di Australia. Beberapa diantaranya bahkan telah menjadi pengusaha sukses. 

SETELAH jatuhnya Saigon (Ho Chi Minh City) pada musim panas tahun 1975, ratusan ribu orang Vietnam mulai berhamburan meninggalkan negeri itu menggunakan sampan dan kapal-kapal kayu kecil. Tanpa menghiraukan keselamatan, mereka menyeberangi Laut Cina Selatan. Sebagian lainnnya, berupaya menyelamatkan diri dengan berjalan kaki ratusan kilometer melintasi perbatasan darat.

Sampul Majalah Time
Edisi 13 April 1981:
"Moment of Madness"
Sementara sebagian lainnya mengalami berbagai bentuk penderitaan. Seperti perlakuan tidak manusiawi dari para perompak dan bajak laut, ada pula yang harus menghadapi gelombang dan badai gila, sebagian lagi harus menderita karena penyakit dan kelaparan. Itulah gambaran para pengungsi Vietnam sebagaimana dilukiskan dalam Vietnamese Boatpeople Connection – The True Stories.

Sementara Dr. Kenneth Wilson, setelah menyelesaikan suatu missi on board Seaweep sebagaimana terungkap dalam World Vision International, dengan jernih melukiskan suasana batin para pengungsi Vietnam, seperti berikut:

Dengan daya tahan dan ketabahan luar biasa, mereka menempuh risiko dan bahaya yang sulit dibayangkan, demi menyelamatkan diri dan mencari kebebasan. Diperkirakan lebih dari sepertiga diantaranya, akhirnya menemui ajalnya di laut. 

‘’Being a refugee is being a name and a number on lists. It is being in a mass of people shuffled from one point to another, not knowing what you have to do next or where you are going. It is being a child fearful you will be separated from your parents. It is being an elderly woman too weak to walk without help, but not too weak to smile luminously at a small act of kindness. It is having fight to believe that wherever you go will be better than where you have been. When you are a refugee, hope is the last thing you dare let go.’’

Sabtu, Mei 16, 2009

Betapa Rapuhnya Eksistensi Badan Regulator Perusahaan Air Minum DKI Jakarta

PengantarKepada para peminat, pegiat, pelaku, simpatisan atau siapa saja Anda, teman-teman yang tertarik dengan berbagai persoalan di sektor Air Minum, berikut saya tampilkan kembali artikel yang saya tulis beberapa tahun silam. 

Tulisan ini semula hanya untuk menanggapi berita-berita HU. Kompas, tentang kenaikan tarif air minum, namun karena keasyikan...maka sayapun 'tenggelam' pada permasalahan ini lebih jauh.

Inti tulisan, mempersoalkan kedudukan Badan Regulator Perusahaan Daerah Air Minum   DKI Jakarta (PAM JAYA), yang sebenarnya bertugas mulia (bahkan sangat mulia), ketika privatisasi di sektor Air Minum baru pertama kali terjadi di Indonesia, yang diprakarsai 'motivasi bisnis' beberapa anggota keluarga mantan Presiden Soeharto.

Setelah privatisasi terjadi, belakangan dibentuklah Badan Regulator yang diharapkan menjadi 'jalan tengah' munculnya kontroversi seputar privatisasi. Tetapi sayangnya, eksistensi Badan Regulator --yang semestinya menjadi baromater bagi wilayah-wilayah lain di Indonesia itu-- hingga kini masih menunjukkan kinerja yang memprihatinkan. 


Selamat membaca. Harap maklum jika ditemukan beberapa data yang out of date tetapi saya kira inti permasalahannya masih relevan dan aktual. Semoga bermanfaat!

BETAPA RAPUHNYA BADAN REGULATOR PAM JAYA 

TERAS berita Kompas (Sabtu, 19/11) menyebutkan: ‘’Berdasarkan penetapan DPRD DKI Jakarta No 550/-1.778.1 tertanggal 23 Juli 2004, mulai 2005 hingga 2007 tarif Perusahan Air Minum Jaya naik secara otomatis per semester. Pada dua semester terakhir, kenaikan hanya satu digit, sedangkan awal 2006 diperkirakan mencapai dua digit’’.

Sumber berita yang dikutip Kompas adalah pernyataan Ketua Badan Regulator Perusahaan Air Minum Jaya (PAM) DKI Jakarta Achmad Lanti, sehari sebelumnya dalam diskusi terbatas di Redaksi Kompas. Pada kesempatan itu hadir pula Direktur Teknik dan Operasional PAM Jaya Kris Tetuko, Presdir PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) Thierry Krieg, dan Presdir PT Thames PAM Jaya (TPJ) Julian Earle beserta beberapa anggota masing-masing instansi.

Untuk kesekian kalinya tarif air minum di Jakarta mengalami kenaikan. Dan untuk kesekian kali pula, keluhan pelanggan tidak digubris. Serta untuk kesekian kali pula pelanggan dibuat tak berdaya . Sebab, Badan Regulator (BR) mendatangi Redaksi sambil mengantungi senjata pamungkas yakni penetapan DPRD DKI Jakarta tentang Penyesuaian Tarif Otomatis (PTO) yang berlaku per semester. Maka, praktis tak ada lagi yang bisa mencegah kenaikan tarif air minum.

Persoalannya, apakah kenaikan tarif sudah sepatutnya dilakukan di tengah kualitas pelayanan air minum yang demikian menyedihkan? Redaksi Yth Kompas (Sabtu, 29/10/05) berjudul ‘’Kualitas Air PAM Turun, Harga Terus Naik’’ cukup mewakili keluhan pelanggan mengenai hal tersebut. Sudah terlalu banyak sebenarnya keluhan pelayanan yang tidak ditanggapi pihak operator. Keluhan umumnya berkisar pada masalah kualitas (kekeruhan), kuantitas (aliran/debit yang seret) dan kontinuitas (hanya pada jam-jam tertentu mengalir).