Minggu, Juni 21, 2009

Ingin Sukses? Berani Menempuh Risiko!

Pada tahap atau derajat tertentu, kebanyakan diantara kita merasa takut membuat perubahan besar, meskipun perubahan tersebut bisa membuat keadaan/kondisi sosial dan keuangan yang lebih baik. Perubahan apapun, memang senantiasa melibatkan risiko. Namun, banyak diantara kita yang telah terlanjur mendapat pelajaran bahwa RISIKO itu sesuatu yang buruk.

Banyak orang bersikap negatif tentang risiko. Dengan kata lain, mereka menyadari bahwa dalam upaya menuju perubahan yang lebih baik dibutuhkan pengambilan risiko. Tetapi pada sisi lain, mereka takut akan perubahan. 
Mereka tahu, bahwa tidak sedikit orang yang telah mengambil risiko besar dalam menempuh jalan yang sukses, tetapi mereka tidak dapat membayangkan hal tersebut terjadi pada diri mereka sendiri. 


Jadi, mereka 'menyerahkan' dirinya sendiri pada pekerjaan yang tetap tidak memuaskan. Tetap tenggelam pada kebiasaan-kebiasaan yang tidak produktif, dan hubungan-hubungan pribadi yang tidak bahagia. Takut terhadap risiko seringkali menghalangi setiap peluang untuk meraih kesenangan bekerja. Kebanyakan orang yang takut risiko berada dalam dua kategori: The Icarus Complex  dan The Ostrich Syndrome.  

Sabtu, Juni 20, 2009

Rahasia Khusyu Dalam Shalat

Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, khusyuk solatnya. Namun dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk. Karena itu, ia selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.

Suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam. kemudian berlangsunglah dialog seperti berikut:
Isam  : "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?"
Hatim: "Apabila masuk waktu solat aku berwudhu' zahir dan batin."

Isam :  "Bagaimana wudhu' zahir dan batin itu?"
Hatim: "Wudhu' zahir sebagaimana biasa, iaitu membasuh semua anggota wudhu' dengan air. 

Senin, Juni 15, 2009

Appreciative Inquiry, Metode Alternatif Untuk Kegagalan Pembangunan


-->

I (right) sail over seven seas...!
SERING terjadi berulangkali. Suatu proyek social development yang digagas Pemerintah Daerah harus berakhir dengan sia-sia. Padahal, sudah dirancang dengan bagus serta menelan biaya cukup besar. Dan hasilnya? Tidak sesuai harapan. Paling banter masuk kategori: ‘biasa-biasa saja’ dan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan yang diinginkan. 


Pendekatan yang sedang trend dewasa ini -- dikenal dengan Asset Based Community Development-- menawarkan metode Appreciative Inquiry dalam intervensi pembangunan, dengan hasil yang jauh lebih menjanjikan ketimbang cara lama. Inilah metode alternatif terbaik untuk kegagalan pembangunan selama ini. 

Pada setiap tahun anggaran, bisa kita saksikan bagaimana undangan pekerjaan (proyek) terpampang memenuhi halaman koran-koran. Tender digelar dengan judul yang sama dengan kegiatan tahun-tahun sebelumnya (boleh jadi dengan penekanan dan fokus yang berbeda). 

Maka, terjadi kesibukan sesaat. Berbagai ‘manuver’ hubungan relasional berlangsung sangat intensif diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dan agenda paling hot adalah perbincangan soal share dan fee, yang dibahas terang-terangan, nyaris tanpa rasa malu (bermain-main dengan uang rakyat yang dipungut dari pajak). Begitu seterusnya, dari tahun ke tahun kesibukan yang sama berulang.....