Jumat, Juli 19, 2013

Kenaikan Harga BBM, Kebijakan Publik Paling Absurd

Begitu banyak peristiwa penting, kejadian luar biasa yang kita lihat, dengar dan saksikan. Mulai dari para politisi yang berusaha mencuri start sebelum musim kampanye tiba untuk menjagokan kandidat calon-calon presiden dan wakil presiden 2014 mendatang, hingga ke soal-soal dapur dan isi perut kita. Seperti harga-harga daging dan sembako yang terus meroket menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu yang lalu, tetapi dampaknya terus berlanjut hingga memasuki pertengah bulan July 2013, yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1434 H. Dan ini terjadi di sebuah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 


Seorang pedagang di Pasar
Induk Kramat Jati, Jakarta Timur
Mungkin kenaikan harga-harga daging sapi, cabai, bawang merah, kubis, minyak goreng, tidak terlalu penting buat Anda. Tetapi akan sangat berarti bagi Ibu-ibu dari keluarga golongan menengah ke bawah, yang setiap hari harus mengunjungi pasar untuk membuat dapur keluarga tetap bisa ngebul

Apa yang dirasakan? Jika dulu dengan uang Rp 20,000 bisa membeli sayur mayur lengkap dengan bumbunya, kini uang sejumlah itu masih terasa kurang! Mereka dipaksa untuk merogoh koceknya lebih dalam lagi hingga Rp.30,000  atau bahkan sampai Rp. 50,000. Sementara pendapatan sang suami tidak bertambah. Alhasil, terpaksa mereka harus rela untuk mengurangi kenikmatan, karena tidak bisa mengkonsumsi daging sapi, yang harganya terus membumbung!

Seorang rekan di situs jejaring sosial, dengan singkat dan tajam mengomentari tindakan Pemerintah dalam merespon mahalnya daging sapi, dengan gaya bercanda yang cerdas. Ini dia, Kafi Kurnia:  ".... begimane ngak runyam ...... pertama harga daging naik gila-gila-an ..... terus Presiden minta di lakukan impor daging segera ..... eeeeh .... ijin-nya telat ..... terpaksa impornya pake kapal terbang .... tetap aje jumlahnya terbatas dan harganya tetep mahal (wong daging naik kapal terbang ..... gimane ngak mau mahal ???) ..... daging udah masuk ..... yang jualan dipasar ogah jual .... lha yang diimpor daging beku .... ??? .... konsumen maunya daging segar ...... KESIMPULAN : ancur total !!! dan gagal ngurus !!!


Tahukah Anda bagaimana Gita Wirjawan tidak blingsatan, setelah disemprot Presiden karena harga daging sapi yang terus melambung justru disaat sebagian besar masyarakat tengah berpuasa dan sebentar lagi memasuki hari raya Lebaran, kemudian berlanjut ke Hari Natal dan Tahun Baru?