Selasa, Februari 26, 2013

Gurita Korupsi Demokrat: Pertanda Awal Kejatuhan Partai Berkuasa di Indonesia

Pembaca yang terhormat. Saya harus memohon maaf yang sebesar-besarnya, karena hampir dua bulan sejak saya menulis pesan akhir tahun (selamat datang 2013), hingga kini belum meng-update blog ini. Padahal, dalam selang dua bulan ini, begitu banyak peristiwa menarik yang terjadi di sekitar kita, tetapi saya tidak menuliskannya.

Mulai dari banjir besar yang menenggelamkan Jakarta sebagai Ibukota Indonesia, hanya berselang beberapa bulan setelah Fauzi Bowo (incumbent Gubernur) dikalahkan dalam Pemilu Kepala Daerah DKI Jakarta oleh Jokowi, mantan Walikota Solo, yang fenomenal itu.

Munculnya Jokowi-Ahok (lihat: Akhirnya Wong Solo itu, Memimpin Jakarta)  hampir bertepatan dengan  terjadinya banjir besar lima tahunan yang menyebabkan Jakarta mengalami banjir besar, bahkan istana negara juga tergenang air. Analisis dari peristiwa banjir Jakarta, akan saya tulis tersendiri, dengan fokus: Saat Yang Tepat Menata kembali Ibukota (Mengurai Benang Kusut Kemacetan Lalu Lintas Jakarta Dengan WaterWays).


Peristiwa menarik lainnya, terjadi di arena politik nasional. Mengapa tentang politik? Saya memang tidak tertarik menulis politik, pertama karena bukan bidang yang saya kuasai. Maka tulisan saya mengenai hal ini pasti akan sangat dangkal.

Tetapi, ada alasan saya yang kuat  seakan mendesak pikiran saya untuk menulisnya, bahwa: saya dapat menggambarkan bagaimana perasaan umum orang-orang awam yang menjadi 'korban' dari permainan politik. Sehingga saya harus mengakui kebenaran pendapat yang mengatakan: jika Anda tidak perduli dengan politik, maka bersiap-siaplah Anda menjadi korban (permainan) politik. Dengan kata lain, jika Anda membiarkan orang-orang yang tidak bermutu berkiprah di arena politik, maka siapkan diri Anda untuk dipimpin oleh orang-orang yang lebih jelek dari Anda!