Rabu, Desember 07, 2016

Donat Bisu Hj. Ramlah di Makassar

Pelajari bahasa isyarat, untuk bisa
pesan Donat Bisu
(foto: Me with Hj. Ramlah,) 
Dibutuhkan perjuangan bertahun-tahun, bagi Hj. Ramlah untuk bisa mewujudkan impiannya. Pengusaha Tunarungu Kue Donat  di Makassar ini,  awalnya dicegah orang tua, namun ia bersikeras  meyakinkan dirinya hingga berhasil membuka cafĂ© ‘Donat Bisu’. 

Omzetnya, kini  puluhan juta. Dan hebatnya,Ramlah mempekerjakan 20 orang rekan sesama penyandang tunarungu. 

Memasuki cafe unik ini, memang tidak ada suara berisik. tetapi gerakan tangan dan bahasa tubuh, bisa mengatakan banyak hal. 

Disini, Anda wajib menggunakan bahasa isyarat, untuk memesan donat. Sebab seluruh pegawai dan pelayannya, tidak bisa berbicara alias tunarungu. 

Sebuah terobosan unik, yang mengundang penggemar kuliner untuk mencobanya.

Awalnya, Ramlah membuat sebanyak 50 kue donat. Kemudian dengan mengendarai sepeda motor, keliling kota Makassar. Ia menitipkan donatnya ke toko-toko terdekat. Usahanya, jatuh bangun selama bertahun-tahun. Hingga ia terpaksa harus menjual mobil satu-satunya untuk mencari modal.

Karena 'donat bisu' rasanya tak kalah dengan produk merk terkenal, apalagi harganya yang jauh lebih murah, maka perlahan-lahan, usahanya meningkat. 

Ramlah pun mengajak teman-teman sesama tunga rungu, membantunya bekerja dan menjadi karyawannya. Setelah berjalan enam tahun, karyawannya menjadi 13 orang. “Setelah menabung selama enam tahun, saya merenovasi gedung ini,” ujar Ramlah,melalui penerjemahnya, sambil menunjukkan keadaan cafe Donat Bisu yang tertata rapi dan menarik itu.

Ramlah mengaku membuka usaha ini, semata demi organisasi GERKATIN, (Gerakan untuk Kesejateraan Tunarungu Indonesia),  yang dipimpinnya, serta untuk membantu teman-teman (sesama tunarungu) sekaligus agar bisa menjalin tali persaudaraan dan silaturahmi.

‘’Saya mempekerjakan teman-teman tuli ini, karena mereka susah mendapat pekerjaan dan selalu ditolak kalau melamar pekerjaan di tempat lain. Saya ajak mereka, supaya mereka bisa mandiri,’’  tutur Ramlah. Sebuah perjuangan dari dan oleh kaum difabel, untuk Anda yang bisa mendengar dan berbicara. ***

Tidak ada komentar: