Lima tahun silam, banyak lorong kumuh di
tengah kota Makassar, yang dikenal sebagai ‘Lorong Preman’ karena tidak sedikit
warganya yang gemar mabuk, begal, dan memalak mereka yang datang. Kini lorong-lorong itu, sudah berubah menjadi Ramah Anak, nyaman, asri dan unik.
Kini anak-anak bisa bercengkerama dengan tenteram |
Salah satu bentuk kreasi warga. |
Selain lorong berhias, juga sejuk dengan
aneka pot tanaman Obat. "Setiap pagi, saya petik daunnya untuk
diminum," ujar Ny. Rugayah, 71 tahun, yang merasa tetap sehat dengan
meminum obat herbal di sana.
Ditanami juga pohon-pohon herbal |
Tersedia pula tempat pembuangan sampah yang
menyatu dengan sistem pengomposan, sehingga terjadi proses daur ulang sampah
menjadi pupuk. Itulah pemandangan di kelurahan Kassi, Kecamatan Rappolini.
Beberapa lorong, bahkan memiliki Posyandu
dan 'Rumah
Tampung' bagi anak-anak
Model Pengolahan Sampah Mandiri: memanfaatkan sampah organik yang diolah menjadi pupuk buat tanaman di sepanjang lorong. |
dan/atau Perempuan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).“Di salah satu rumah itu, korban ditampung sementara,” ujar Andi Tenri A Palallo, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan keluarga Berencana, Kota Makassar, yang menemani saya belum lama ini, mengunjungi lorong-lorong itu.
Jika kasusnya berat, lanjut Tenri, pengurus
Rumah Tampung bisa membawa kasusnya ke
pihak Kepolisian.
“Tapi, jika masih bisa dilerai, cukup diselesaikan di sana,” ujarnya seraya mengingatkan, adalah tidak biasa bagi warga disini membuka ‘aib’ keluarga di depan pubik. Karena itu, jika terjadi kekerasan di dalam rumah tangga cenderung ditutupi.
Salah satu 'Rumah Tampung' |
“Tapi, jika masih bisa dilerai, cukup diselesaikan di sana,” ujarnya seraya mengingatkan, adalah tidak biasa bagi warga disini membuka ‘aib’ keluarga di depan pubik. Karena itu, jika terjadi kekerasan di dalam rumah tangga cenderung ditutupi.
Namun, soalnya kini, kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), bukan lagi masalah domestik pribadi, tetapi sudah mengganggu kenyamanan
hidup bersama banyak orang sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Demikan halnya, kekerasan pada anak, tidak
lagi boleh ditolerir. Sebab kekerasan adalah pendidikan terburuk bagi tumbuh
kembang dan masa depan anak-anak.
Kesadaran warga di lorong-lorong untuk mengubah lingkungan, telah mempengaruhi perilaku para penghuninya menjadi lebih baik. Ayo kita belajar ke Makassar...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar