Selasa, Juni 01, 2010

PHINISI NUSANTARA


Nenek Moyangku (Memang) Orang Pelaut!
the beauty phinisi nusantara
PHINISI Nusantara adalah kapal tradisional khas Indonesia. Kapal kayu ini dibuat oleh para pengrajin di Bulukumba, Makassar, Sulawesi Selatan. Pada 1986, Phinisi mencatat sejarah pelayaran yang spektakuler dan menakjubkan, ketika kapal ini berlayar menjelajah samudera. 


Setelah berhasil melalui masa uji coba pelayaran dari Sulawesi Selatan ke Jakarta, kemudian Phinisi Nusantara bertolak dari Pelabuhan Ikan Muara baru, Jakarta ke pantai barat Amerika. Setelah berlayar selama 67 hari, menempuh jarak sekitar 11.000 mil laut, akhirnya tiba dengan selamat di Canada, untuk turut memeriahkan Vancouver Expo 1986, yang mengundang decak kekaguman dari para pengunjung..... 



Phinisi Nusantara menjadi bukti bahwa ''Nenek Moyangku Orang Pelaut'' tidak cuma sebatas lagu, tetapi memang sesungguhnya bangsa Indonesia adalah Orang Pelaut yang tidak gentar mengarungi samudera, menempuh badai dan menjelajah dunia.


Phinisi Nusantara adalah dokumentasi visual yang nyata di era modern.
Pengrajin Phinisi di Bulukumba
Jika pada masa lalu pernah disebut-sebut atau ditemukan  adanya kapal Indonesia yang pernah sampai ke Madagaskar, sebuah koloni di bawah jajahan Perancis (1896-1960) yang terletak pantai Afrika Barat Daya, berbatasan langsung dengan samudera Hindia, namun sangat minim dengan bukti dan dokumentasi sejarah yang meyakinkan. 


Meski demikian, cerita itu bukan mustahil karena dua alasan: pertama memang ada kapal Indonesia yang sengaja berlayar ke sana dan berhasil mendarat tetapi tidak dengan selamat, karena minimnya data yang mendukung perjalanan / pelayaran tersebut.  Kedua, (dan ini yang sangat mungkin) memang ada kapal Indonesia yang sedang berlayar di suatu wilayah perairan tetapi kemudian terbawa arus sehingga terseret dan terbawa hanyut, kemudian terdampar di Madagaskar.  


Berbeda dengan Phinisi Nusantara, yang memang dipersiapkan untuk suatu missi pelayaran: Mahapatih Gajah Mada dengan tujuan untuk mempertautkan bangsa Indonesia dengan dunia internasional, yang kemudian mengundang decak kekaguman dari orang-orang yang kebetulan hadir dan berada di Vancouver Expo 1986. Sehingga panitia expo menempatkan pavilyun Indonesia  ke dalam agenda 'Top Ten:  a must to see'.


Konstruksi Phinisi dibuat tanpa gambar
Sayangnya, setelah para kru Phinisi Nusantara kembali ke Tanah Air, hingga beberapa tahun kemudian setelah itu, ternyata kapal yang menjadi bukti sejarah itu, belum lama ini,  diberitakan telah kandas di Pulau Seribu, Jakarta Utara. 


Tidak ada lagi yang tahu dengan pasti: dalam rangka apa kapal itu berada di sana, mengapa tidak berada di museum bahari,  apa sebabnya tenggelam, di mana bangkainya? Dan di atas segalanya: mengapa Pemerintah membiarkan hal itu terjadi?


Dengan demikian, tak ada lagi bahan cerita menarik tentang: sebuah bangsa pelaut di negeri kepulauan terbesar di dunia yang wilayahnya di belah garis khatulistiwa; tentang perhitungan navigasi tradisional dengan mengukur ketinggian suatu bintang untuk menentukan lokasi keberadaan sebuah kapal; sekaligus cerita di baliknya tentang bagaimana bisa lahir keberanian serta petualangan nekad menerjang badai, yang seharusnya bisa diajarkan kepada anak-cucu, generasi muda Indonesia mendatang. 


Bersamaan dengan tenggelamnya Phinisi Nusantara di Kepulauan Seribu, terkubur pula  semua cerita membanggakan yang bisa diajarkan kepada anak-anak Indonesia di bangku sekolah, hanya  karena orang tuanya tak pandai melestarikan peninggalan yang baik di masa lalu.  


                                                  Continue Reading>>
,



2 komentar:

Anonim mengatakan...

Apa hubungannya dengan Gajah Mada? Jangan klaim2, Pak. Jawa itu agraris, petani, maksimal transmigran.

Semy Havid mengatakan...

Yth Anonymous.

Terimakasih atas komentarnya. 'Mahapatih Gajah Mada' pada tulisan ini adalah terkait erat dengan missi pelayaran Phinisi Nusantara dari Jakarta ke Vancouver pada tahun 1986. Nama 'Gajah Mada' kini identik dengan tokoh pemersatu bangsa. Tidak berati Jawa, Sunda, Batak, Bugis atau suku lainnya, tetapi: NUSANTARA.

Nama ini dipilih dan diputuskan oleh Panitia missi pelayaran yang kemudian dikukuhkan oleh pihak Sekretariat Negara/Bappenas yang ketika itu dipimpin oleh Bapak JB.Sumarlin sebagai proyek Nasional yang sangat prestisius karena keberhasilannya akan dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional.

Salam.