Kubu Prabowo: Jangan Percaya Quick Count.Tunggu Putusan KPU!
Joko Widodo
Jakarta, IndonesiaWaters
Setelah pilpres usai, selepas
pukul 15.00, Rabu (9/7), kubu pendukung Jokowi-Jusuf Kalla langsung mendeklarasi
kemenangan. Namun, seakan berlomba, kubu Prabowo-Hatta pun merespon dengan
mengklaim justru pihaknya sebagai pemenang. Tidak ada yang mengaku kalah, karena
acuannya adalah hasil hitung cepat ( quick
count) yang mereka percayai, meski dengan selisih yang tipis. Tensi politik
kian memanas. Guna meredam gejolak dan
kerusuhan horisontal di masyarakat, Presiden SBY, bertemu Kedua Capres dan
Cawapres tadi malam, di Cikeas, Bogor.
Jokowi will be the next Indonesian President (2014-2019) |
Dari sebelas lembaga survey, ada 7 lembaga memenangkan Jokowi-JK dan 4 memenangkan Prabowo-Hatta, dengan selisih yang tipis 1-5,5%. Ke-7 lembaga survei itu adalah Litbang Kompas, Lingkaran Survei Indonesia, Indikator Politik Indonesia, Populi Center, CSIS, Radio Republik Indonesia (RRI), dan Saiful Mujani Research Center.
Sementara itu, empat lembaga survei yang mendapatkan hasil kemenangan bagi
Prabowo-Hatta adalah Puskaptis, Indonesia Research Center, Lembaga Survei
Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia.
Menanggapi hasil hitung cepat, kedua kubu menyatakan masing-masing mereka
sebagai pemenang. Prabowo spontan sujud syukur di lantai. Sementara
itu, Jokowi menemui pendukungnya di Tugu Proklamasi, Jakarta, Jakarta Timur,
merayakan kemenangan versi quick count.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta kedua belah pihak untuk menahan diri,
menunggu hasil resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli mendatang.
Berikut hasil lengkap kesebelas lembaga survei tersebut:
N0
|
Lembaga Survey
|
Prabowo-Hatta
|
Jokowi-JK
|
Sumber
|
1
|
Populi Center
|
49,05
|
50,95
|
Suara.com
|
2
|
CSIS
|
48,1
|
51,9
|
Liputan6.com
|
3
|
Litbang Kompas
|
47,66
|
52,33
|
Kompas.com
|
4
|
Indikator Politik Indonesia |
47,05
|
52,95
|
Metrotv.com
|
5
|
Lingkaran Survei Indonesia |
46,43
|
53,57
|
Konferensi Pers
|
6
|
Radio Republik Indonesia
|
47,32
|
52,68
|
Detik.com
|
7
|
Saiful Mujani Research Center
|
47,09
|
52,91
|
Detik.com
|
8
|
Puskaptis
|
52,05
|
47,95
|
Viva.co.id
|
9
|
Indonesia Research Center
|
51,11
|
48,89
|
Okezone.com
|
10
|
Lembaga Survei Nasional
|
50,56
|
49,44
|
Viva.co.id
|
11
|
Jaringan Suara Indonesia
|
50,13
|
49,87
|
Viva.co.id
|
Para pendukung Jokowi-JK
usai merayakan kemenangan di tugu
Proklamasi, Jakarta, kemudian memadati budaran Hotel Indonesia.
Sebuah spanduk merah-putih berukuran raksasa 2x 20 M bergambar Jokowi-JK, bertuliskan
'Selamat Datang Presiden RI Baru Pilihan Rakyat'.
Mereka berkumpul di tengah Bundaran HI berpesta merayakan
kemenangan versi quick count. Para pendukung Jokowi juga mengajak warga yang
melewati Bundaran HI untuk ikut turun. Puluhan
polisi berjaga di sekeliling Bundaran HI.
Sementara, Prabowo Subianto di tempat terpisah,
tetap yakin dirinya menang pada Pilpres
2014. Dia meminta pendukungnya selalu waspada dan siaga untuk mengawal sampai
penghitungan resmi di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Jangan mengira kita bisa diinjak-injak. Jangan sedikitpun gentar dan kita
berdiri di sini untuk menegakkan kebenaran," kata Prabowo di studio tvOne
Jakarta, Rabu (9/7). Kehadiran Prabowo ditemani Cawapres Hatta Rajasa, Aburizal
Bakrie, Mahfud MD, dan Zulkifli Hasan.
Prabowo mengingatkan, jangan sampai pada pilpres ini ada pihak yang ingin menyerobot. "Marilah kita berada di jalan yang benar," ujarnya. Dia juga meminta kepada pendukungnya yang tergabung dalam koalisi merah putih untuk tidak terpancing dan bersikap sejuk. Selain itu, ia mengimbau untuk menjaga suasana kekeluargaan. "Marilah kita siaga, marilah kita waspada, marilah kita rapatkan barisan kita, kekuatan kita besar, kekuatan kita rakyat Indonesia. Bukan kekuatan yang disewa orang asing," ujarnya.
Prabowo mengingatkan, jangan sampai pada pilpres ini ada pihak yang ingin menyerobot. "Marilah kita berada di jalan yang benar," ujarnya. Dia juga meminta kepada pendukungnya yang tergabung dalam koalisi merah putih untuk tidak terpancing dan bersikap sejuk. Selain itu, ia mengimbau untuk menjaga suasana kekeluargaan. "Marilah kita siaga, marilah kita waspada, marilah kita rapatkan barisan kita, kekuatan kita besar, kekuatan kita rakyat Indonesia. Bukan kekuatan yang disewa orang asing," ujarnya.
Di tempat terpisah, Kivlan Zen, mengatakan bahwa
pasangan No. 1 menurut quick count menang dengan 52 persen. ‘’Saudara
sebangsa setanah air supaya tetap tenang, jangan terpancing aksi-aksi yang
memancing di air keruh, dengan melakukan keliling Jakarta, melakukan agitasi
dan ropaganda,’’ katanya. "Kalau ada pancingan tidak usah diladeni,
tapi kalau ada yang nyerang siap meladeni,’’ tegas Kivlan.
Bertemu SBY Tadi Malam
Sementara itu, Presiden SBY mengimbau kedua pasang kandidat Pilpres untuk
menahan diri menyusul kontroversi hasil quick count. Rabu (9/7) malam tadi, SBY bertemu dengan kedua kandidat.
Pertemuan itu atas permintaan masing-masing kedua pasangan. SBY kemudian
menjadwalkan pertemuan di waktu yang berbeda. Jokowi-JK direncanakan menemui
SBY pada pukul 20.30 WIB. Sementara Prabowo-Hatta akan menemui SBY pukul 23.30
WIB.
"Belum tahu (bahas apa), tapi yang pasti mengenai pelaksanaan pilpres.
Presiden pasti akan mengulangi pesan publiknya meminta semua pihak menahan
diri, dan menghormati proses penghitungan
suara KPU secara resmi," jelas Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi
Politik Presiden Daniel Sparringa di kediaman SBY, Puri Cikeas, Bogor, Rabu
(9/7/2014) malam.
Daniel mengatakan permintan dua pasangan tersebut untuk menemui SBY dilakukan
pada sore hari tadi. "Dan mereka yang ingin bertemu hanya berdua saja.
Tidak ada timses-nya," ujarnya.
'Quick Qount' Agar Disikapi Wajar
Sebelumnya, kepada wartawan, Presiden SBY juga mengemukakan, agar
masyarakat menyikapi hasil quick qount ini secara wajar. “Meskipun
itu ada yang bergembira, ada yang bersedih, tapi marilah kita hormati hasil
Pilpres ini,” seru Presiden SBY kepada wartawan seusai bersama keluarganya
menggunakan hak pilihnya di TPS 06 Cikeas Mansion, Kecamatan Gunung Putri, Desa
Nagrak, Kabupaten Bogor, Rabu (9/7) pagi.
Joko Widodo dan Prabowo Subianto (sinarharapan.co) |
“Mari kita berikan dukungan pula kepada jajaran TNI dan Polri yang
mengemban tugas negara. Harus kita dukung dan kita hormati,” seru Kepala
Negara. Dalam kesempatan itu, Presiden SBY juga menyampaikan, bahwa pada saatnya
nanti, ia akan mengucapkan selamat kepada Presiden dan Wakil Presiden yang
terpilih, secara informal terlebih dahulu.
Pada saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan pemenang secara resmi, Presiden SBY menegaskan, ia akan memberikan ucapan selamat secara resmi. “Setelah itu, beliau-beliau akan saya sambut dengan penuh kehormatan, karena kedua beliau, Presiden dan Wakil Presiden adalah pemimpin kita yang baru,” kata SBY.
Pada saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan pemenang secara resmi, Presiden SBY menegaskan, ia akan memberikan ucapan selamat secara resmi. “Setelah itu, beliau-beliau akan saya sambut dengan penuh kehormatan, karena kedua beliau, Presiden dan Wakil Presiden adalah pemimpin kita yang baru,” kata SBY.
Tunggu Hasil Resmi KPU
Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Sutarman
mengimbau agar masing-masing kubu capres-cawapres Pilpres 2014 dapat sabar
menunggu hasil penghitungan suara yang resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Saat ini sudah diumumkan hasil penghitungan sementara melalui quick count yang dilakukan berbagai lembaga survei. Hasilnya, kedua pihak sudah merasakan kemenangan. Dengan kondisi itu, saya harus mengimbau masing-masing kubu untuk menunggu hasil penghitungan suara yang riil dari KPU untuk menyatakan kemenangan," kata Sutarman dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu.
Kapolri mengatakan, walaupun setiap kubu sudah mendeklarasikan kemenangannya berdasarkan hasil quick count (penghitungan cepat), tetapi tim sukses dan para pendukung dari kedua kubu diharapkan tidak terlarut dalam euforia.
"Tidak perlu turun ke jalan karena justru cenderung dapat menimbulkan berbagai masalah. Namun, bagaimanapun Polri tetap siap bekerja untuk mengamankan sekaligus untuk pelayanan kepada teman-teman kita yang turun ke jalan," ujarnya.
Sutarman pun menekankan agar semua pihak menghindari segala bentuk tindakan yang menyimpang dan anarkis yang dapat merugikan masyarakat. "Karena demokrasi itu dibangun tentunya untuk menyejahterakan rakyat, untuk kedamaian dan keadilan, bukan untuk kekerasan," tegasnya.
Kapolri menyebutkan pengamanan maksimal sudah disiapkan untuk pengamanan di seluruh daerah sepanjang masa Pilpres 2014. Menurut dia, kekuatan yang dikeluarkan untuk pengamanan Pilpres sudah maksimal karena Polri sudah mengerahkan dua pertiga dari keseluruhan jumlah personilnya untuk pengamanan, sedangkan sepertiga sisanya untuk fungsi pelayanan.
"Kami sudah siapkan petugas tambahan di 40 titik pengamanan, dan di tiap titik terdiri dari 400 personil Brimob untuk mengamankan bila terjadi kerawanan. Tetapi mudah-mudahan hal itu tidak terjadi," ujar Sutarman.
"Saat ini sudah diumumkan hasil penghitungan sementara melalui quick count yang dilakukan berbagai lembaga survei. Hasilnya, kedua pihak sudah merasakan kemenangan. Dengan kondisi itu, saya harus mengimbau masing-masing kubu untuk menunggu hasil penghitungan suara yang riil dari KPU untuk menyatakan kemenangan," kata Sutarman dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu.
Kapolri mengatakan, walaupun setiap kubu sudah mendeklarasikan kemenangannya berdasarkan hasil quick count (penghitungan cepat), tetapi tim sukses dan para pendukung dari kedua kubu diharapkan tidak terlarut dalam euforia.
"Tidak perlu turun ke jalan karena justru cenderung dapat menimbulkan berbagai masalah. Namun, bagaimanapun Polri tetap siap bekerja untuk mengamankan sekaligus untuk pelayanan kepada teman-teman kita yang turun ke jalan," ujarnya.
Sutarman pun menekankan agar semua pihak menghindari segala bentuk tindakan yang menyimpang dan anarkis yang dapat merugikan masyarakat. "Karena demokrasi itu dibangun tentunya untuk menyejahterakan rakyat, untuk kedamaian dan keadilan, bukan untuk kekerasan," tegasnya.
Kapolri menyebutkan pengamanan maksimal sudah disiapkan untuk pengamanan di seluruh daerah sepanjang masa Pilpres 2014. Menurut dia, kekuatan yang dikeluarkan untuk pengamanan Pilpres sudah maksimal karena Polri sudah mengerahkan dua pertiga dari keseluruhan jumlah personilnya untuk pengamanan, sedangkan sepertiga sisanya untuk fungsi pelayanan.
"Kami sudah siapkan petugas tambahan di 40 titik pengamanan, dan di tiap titik terdiri dari 400 personil Brimob untuk mengamankan bila terjadi kerawanan. Tetapi mudah-mudahan hal itu tidak terjadi," ujar Sutarman.
Proses
Pendewasaan Demokrasi
Menko Polhukam Djoko Suyanto mengimbau kepada kedua kubu
pasangan capres tetap menjunjung tinggi demokrasi. Djoko menyebut sudah ada
KPU, Bawaslu dan TNI serta Polri.
"Masyarakat juga bisa mengevaluasi diri. Meski tensi tinggi di dalam pilpres, masyarakat kita nggak ada kekerasan. Ini proses pendewasaan demokrasi," ujar Djoko di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2014).
Djoko juga menyebutkan pada Pemilu 2009 selisih perolehan suara SBY jauh dari rivalnya, Megawati. Namun protes juga masih selalu ada.
"Apalagi kalau sekarang ini, yang selisih berapa pasti selalu ada. Simpel sebenarnya, jangan di jalan, ikuti salurannya. Ada KPU, Bawaslu, kalau kriminal ada Polri juga TNI," kata Djoko.
Djoko kembali mengingatkan peran para petinggi kedua kubu capres untuk dapat menjaga ritme agar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan. Djoko menambahkan, peran masing-masing kubu untuk menjaga ketertiban dan kelancaran proses Pemilu sangat penting.
"Masyarakat juga bisa mengevaluasi diri. Meski tensi tinggi di dalam pilpres, masyarakat kita nggak ada kekerasan. Ini proses pendewasaan demokrasi," ujar Djoko di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2014).
Djoko juga menyebutkan pada Pemilu 2009 selisih perolehan suara SBY jauh dari rivalnya, Megawati. Namun protes juga masih selalu ada.
"Apalagi kalau sekarang ini, yang selisih berapa pasti selalu ada. Simpel sebenarnya, jangan di jalan, ikuti salurannya. Ada KPU, Bawaslu, kalau kriminal ada Polri juga TNI," kata Djoko.
Djoko kembali mengingatkan peran para petinggi kedua kubu capres untuk dapat menjaga ritme agar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan. Djoko menambahkan, peran masing-masing kubu untuk menjaga ketertiban dan kelancaran proses Pemilu sangat penting.
Untuk
memastikan siapa Presiden dan Wakil Presiden 2014-2019 masih harus menunggu
hitung manual hasil akhir Komisi Pemilihan Umum. Uniknya,
hasil hitung cepat lembaga survei berbeda antara yang diklaim kubu
Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK.
Koordinator
Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow mengaku hasil hitung cepat
lembaga survei ini akan menjadi patokan sah siapa yang menang dan siapa yang
kalah. Bisa juga hasil ini dimaksudkan mengontrol hasil akhir yang akan
ditetapkan KPU.
Menurut
Jeirry, adanya perbedaan hasil cepat lembaga survei sebetulnya juga biasa.
Hanya yang kini terjadi tidak biasa, sebab hasil survei ada perbedaan radikal.
Satu pihak memenangkan Prabowo-Hatta dan lainnya memenangkan Jokowi-JK.
"Melihat
hasil seperti itu sudah pasti ada lembaga survei berbohong. Ini tentu sangat
memprihatinkan. Pasti ada lembaga survei yang mengumumkan hasil sesuai kemauan
yang membayarnya," ujar Jeirry kepada Tribunnews.com, Rabu (9/7/2014).
Publik,
sambung Jeirry, mengaku prihatin karena para peneliti lembaga survei mau
menggadaikan ilmu dan keahliannya untuk kepentingan kandidat yang membayar.
Fenomena ini sangat menyedihkan karena bisa memicu hal-hal yang tak diinginkan.
Kalau
kemudian ada lembaga survei yang berbohong, publik harus minta
pertanggungjawaban mereka. Sebab kebohongan dan manipulasi yang mereka lakukan
bisa menimbulkan gesekan sosial di antara para pendukung pasangan calon.
"Hasil
hitung cepat seperti ini, maka proses rekapitulasi (suara oleh penyelenggara
pemilu, red) akan sangat rawan intervensi dan manipulasi. Sebab kedua kandidat
sudah saling klaim sebagai pemenang," tambah Jeirry.
Dalam hal
ini, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai lembaga pengawas proses
rekapitulasi harus lebih sungguh-sungguh, kuat dan mandalam. "Jangan
sampai terlibat kepentingan pasangan calon," imbuhnya.
Jangan
Percaya Quick Count
"Ada empat lemvaga survei yg melakukan real count dan ke empat-empatnya mempunyai metode penelitian yang sama dengan
lembga survei kubu sebelah, jadi tidak boleh ada lembaga survei yang
mengklaim hasil mertekalah yang layak untuk dipercaya", ungkap Tantowi
Yahya di hotel Bidakara Jakarta (09/07).
"Apabila kubu Jokowi-JK mengungkapkan kemenangan, itu
hak mereka. Tapi kami berbeda dengan mereka, dimana kami selalu
mengedepankan kondusifitas dan kesabaran", katanya.
Menurut survei yang kami percayai, Prabowo-Hatta unggul dari
pasangan Jokowi-JK.
"Selebrasi mereka mendahului keputusan KPU. Kami
melakukan deklarasi untuk mengimbangi, karena kami berusaha mencegah
penggiringan opini yg dilakukan kubu Jokowi-JK’’,ungkap Tantowi.
Tantowi menambahkan, kalau KPU pada 22 Juli mengumumkan bahwa kubu Jokowi-JK yang menang, maka kami akan ikhlas menerimanya. Bahkan Prabowo sendiri akan menelepon langsung presiden terpilih kalau KPU yang mengumumkan,’’ ujarnya.***
Tantowi menambahkan, kalau KPU pada 22 Juli mengumumkan bahwa kubu Jokowi-JK yang menang, maka kami akan ikhlas menerimanya. Bahkan Prabowo sendiri akan menelepon langsung presiden terpilih kalau KPU yang mengumumkan,’’ ujarnya.***
1 komentar:
Terima kasih untuk uraian ini. Politik memang hampir selalu memberikan rasa yang pahit, namun bukan berarti harus ditambah lagi dengan perilaku keras/tajam. Seperti saya sudah tulis dalam Bisikan Tentang Cinta, Bangsa, dan Dunia, kita perlu lebih dewasa dalam mencermati informasi dan meresponinya dengan kritis. Kebenaran dan persepsi punya banyak wajah yang berbeda. Sayang sekali, kebanyakan penduduk Indonesia belum mampu bersikap demikian. Diperlukan lebih banyak kecerdasan, bukannya netralitas ataupun kemasabodoan. Makanya saya lebih suka berbisik, daripada berteriak frontal tentang situasi yang ada.
Posting Komentar