‘’Prabowo adalah seorang jenderal yang tidak percaya pada
sistem demokrasi. Indonesia masih perlu rezim otoriter yang jinak.’’ ujar Allan
Nairn, jurnalis Amerika dalam sebuah diskusi,
Selasa (12/07) di Jakarta.
Jurnalis yang kerap
meliput investigasi kejahatan perang dan pelanggaran HAM, termasuk ketika
kerusuhan di Santa Cruz, Timor Timur itu,
mengatakan, bahwa ia pernah
mewawancarai Prabowo tahun 2001 silam.
Ketika itu, kepada Prabowo ia menawarkan untuk tidak
menyebutkan sumbernya, dan disepakati bahwa wawancara itu off the record. Namun, karena kepentingan yang lebih besar bagi
bangsa ini, dan mengingat Prabowo
mungkin akan menjadi Presiden, ia merasa bahwa rakyat Indonesia berhak tahu
siapa Prabowo sebenarnya.
Prabowo dalam wawancara dengannya mengatakan bahwa di
Indonesia masih banyak kanibalisme dan kerumunan yang rusuh sehingga masih
belum siap untuk demokrasi. ‘’Prabowo ingin rezim ototiter yang jinak,” katanya.
Prabowo, tutur Allan, juga menghalalkan darah sipil yang dibunuh militer terkait dengan kasus pembunuhan massal Santa Cruz di Timor Timur.
Prabowo, tutur Allan, juga menghalalkan darah sipil yang dibunuh militer terkait dengan kasus pembunuhan massal Santa Cruz di Timor Timur.
Pada bagian lain wawancaranya, menurut Allan Prabowo merasa
malu mempunyai presiden yang buta (Presiden Abdurrahman Wahid). Ia bahkan
membandingkan dengan Presiden Putin, yang ganteng.
Jenderal Jahat di Kubu
Jokowi
Allan juga mengakui masih banyak jenderal lainnya yang juga mempunyai
kasus seperti Prabowo. Di kubu Jokowi, ada
Hendropriyono dan Wiranto, yang disebutnya juga terlibat pelanggaran HAM
berat.
“Keduanya juga jahat, membunuh orang sipil. Tapi pilihannya, Jokowi didukung oleh jenderal-jenderal yang bunuh sipil. Sementara Prabowo adalah jenderal yang bunuh orang sipil,” katanya.
Diakuinya, apa yang dia kemukakannya mengenai Prabowo adalah pelanggaran dalam kode etik jurnalistik. “Apa yang saya katakanini memang pelanggaran serius dalam jurnalistisk. Tetapi saya memiliki informasi ini. Dan saya rasa masyarakat Indonesia berhak tahu,” katanya.
“Keduanya juga jahat, membunuh orang sipil. Tapi pilihannya, Jokowi didukung oleh jenderal-jenderal yang bunuh sipil. Sementara Prabowo adalah jenderal yang bunuh orang sipil,” katanya.
Diakuinya, apa yang dia kemukakannya mengenai Prabowo adalah pelanggaran dalam kode etik jurnalistik. “Apa yang saya katakanini memang pelanggaran serius dalam jurnalistisk. Tetapi saya memiliki informasi ini. Dan saya rasa masyarakat Indonesia berhak tahu,” katanya.
Silahkan Tangkap Saya
Setelah
beberapa tulisan yang ia muat di blog pribadinya, tentantg Prabowo dimuat. ‘’Orang
Prabowo sebut saya musuh negara. TNI siap tangkap saya dan mengatakan bahwa
artikel itu main-main.’’
Maka
saya menantang kepada pak Prabowo. Kalau dia menilai apa yang saya tulis itu
tidak benar, sebaiknya dia hadapi saya dalam sidang, di Indonesia.
Menurut
Allan, dengan cara itu, maka persoalan benar atau tidaknya tulisan soal Prabowo
itu bisa diselesaikan. Allan mengaku tak khawatir apabila dirinya harus
ditangkap atas tulisannya itu.
Dia
mengaku tidak takut keselamatan dirinya akibat pengungkapan itu. “Silakan, saya ada di Indonesia. Saya di
Jakarta. Mereka bisa menangkap saya untuk kejahatan atas kebenaran yang saya
tulis tentang Prabowo, silakan,” ujarnya. (SH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar