Saat Indonesia Bersaing Melalui Gagasan dan Ide Kreatif (3-Habis)
Oleh Harry Waluyo
Harry Waluyo |
BEGITU banyak dan beragamnya karya-karya kreatif Indonesia, yang sebenarnya
memiliki potensi komersial dan berdaya saing tinggi. Satu diantara beberapa
yang bisa menjadi kiblat dunia adalah busana Otentik Indonesia dan Busana
Muslim.
Untuk itu, Ditjen EKMDI memfasilitasi terbentuknya Indonesia Fashion Week (IFW)
sebagai pekan mode yang melibatkan beragam praktisi mode, desainer, pelaku
bisnis mode skala kecil, menengah, dan besar, baik dalam maupun luar
negeri.
Indonesia Fashion Week 2014 bersama Menteri Ekonomi Kreatif, Mari E. Pangestu (kanan) |
IFW menampilkan rancangan terbaru yang berakar pada budaya lokal dan
kreativitas otentik Indonesia. IFW sangat mendukung lahirnya bakat-bakat baru
di dunia fashion yang akan menjadi duta muda "ready to wear" Indonesia.
Mengusung ‘Sarung’
IFW tahun lalu masih mengusung ‘sarung’ sebagai trend fashion dalam pertunjukan yang ditampilkan oleh para desainer
maupun siswa sekolah mode. Karena sifatnya yang fleksibel dan praktis, sarung
dipercaya dapat meraih popularitas lebih besar lagi. Tidak hanya di Indonesia
tetapi juga di dunia.
Pekan Fashion Indonesia menampilkan rancangan terbaru dan terbaik dari para
desainer. Ini merupakan pesta mode bagi semua kalangan, sekaligus sebagai ajang
pamer potensi kreatif para pelaku mode. Pada gilirannya, kehadiran dunia
mode dalam perekonomian Indonesia dapat memberikan kontribusi besar dalam Product Domestic Bruto (PDB). Ini akan
menjadi bukti bahwa kreatifitas adalah keseharian rakyat Indonesia yang harus
diberdayakan.
Kegiatan pada IFW yakni menghadirkan rancangan terbaru dan terbaik dari para
desainer yang akan berlanjut pada fashion
show, seminar, kompetisi, dan pameran produk fashion yang terbagi dalam 9 zona (women, men, kids, accessories,
textile, muslim, starting point, concept point dan green point).
Melihat kecenderungan bahwa kekayaan lokal dapat dijadikan sebagai acuan
tren apabila dikemas dengan selera internasional, maka kami mendukung pembentukan
Indonesia Trend Forecasting, yang pada
diluncurkan tahun ini, dengan mengetengahkan kekayaan kreativitas lokal yang
menjadi inspirasi bagi dunia global agar desain Indonesia menjadi
"trendsetter" dunia.
Indonesia Fashion Forward (IFF)
Kelanjutan dari pekan Busana Indonesia adalah Indonesia Fashion Forward
(IFF). Keberhasilan label Major Minor, Tex Saverio, dan Dian Pelangi menembus
pasar dunia tahun 2012 dan 2013 di Harvey Nichols, Paris, dan Haute Arabian,
telah menempatkan Major Minor, Tex Saverio, dan Dian Pelangi setara dengan
desainer kelas dunia. Seperti Alexander
McQueen, Lanvin, Stella McCartney, Vivienne Westwood, Polo Ralph Lauren, ChloƩ,
Michael Kors dan Dolce and Gabbana.
Keberhasilan Major Minor, Tex Saverio, dan Dian Pelangi menjadi motivasi
penting bagi para peserta Indonesia Fashion Forward tahun ini. Sejak dirintis
tahun 2012, Program IFF telah memilih 20 desainer dan label yang akan mendapat
bimbingan langsung dari para pakar Centre for Fashion Enterprise (CFE) yang
berpusat di Inggris, yaitu Yosafat Dwi Kurniawan, Major Minor, Barli Asmara,
Cotton Ink, Bretzel, Albert Yanuar, Jeffry Tan, Tex Saverio, Toton, Friederich
Herman, Vinora Ng, Batik Chic, La Spina, Nur Zahra, Jenahara, 8eri, Milcah, dan
Nefertiti, agar siap bersaing di pasar internasional.
Sampai saat ini, sebanyak 20 desainer tersebut masih dibina, dipantau, dan
diarahkan oleh para pakar fashion asal Inggris, yang akan bertemu
langsung dengan para pelaku bisnis fashion Indonesia dan berbagi strategi
mengembangkan label fashion. Mereka adalah Demelza Galica, Wendy Malem, Angela
Quaintrell, Toby Meadows, Sanjeev Davidson dari Centre for Fashion Enterprise
(CFE) . Hasil pembinaan (coaching)
tersebut akan ditampilkan dalam Jakarta Fashion Week (JFW).
Islamic Fashion Kiblat Dunia 2020
Indonesia Islamic Fashion Fair (IIFF) belum lama ini terbentuk. IIFC
memiliki sebuah misi menjadikan Busana Muslim Indonesia sebagai kiblat Busana
Muslim Dunia di tahun 2020. Sebagai gambaran, IIFF tahun lalu,
menghadirkan berbagai desainer/ brand lintas generasi. Seperti Irna
Mutiara, Shafira, Itang Yunasz, Dian Pelangi, Ria Miranda, Ida Royani, Hannie
Hananto, Dina Midiani, Monika Jufry, Anne Avantie, Najua Yanti, Restu
Anggraini, Kivitz, Up2Date, Zoya, Rya Baraba dan Amalina Amman dari Sydney.
IIFF adalah salah satu program yang didukung oleh Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif atas prakarsa IIFC, suatu konsorsium yang didirikan oleh
tiga institusi yaitu Shafira Corporation, Majalah NooR, dan APPMI pada 2010.
IIFC memiliki misi menjadikan pakaian Muslim Indonesia sebagai kiblat
fashion dunia pada 2020. Atas
kesepakatan bersama tersebut, lahirlah acara IIFF sebagai corong utama
mewujudkan misi tersebut.
IIFF merupakan pagelaran fashion busana muslim tahunan, yang dilaksanakan
untuk mengeksplorasi kekuatan Indonesia dalam industri kreatif fashion. Khususnya
busana muslim. Diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi melalui
upaya memperbaiki dan menjual kemampuan kreatif Islamic Fashion Indonesia ke level dunia. IIFF juga ditargetkan
dapat menjadi salah satu tujuan wisata belanja busana muslim utama bagi
Indonesia.
Untuk mencapai tujuan ini, IIFF melakukan langkah-langkah konkrit. Salah
satunya membuat blueprint rencana kerja 2011-2020, yang mencakup pengembangan
produk dan suplai serta pengembangan pasar dalam dan luar negeri.
Tahun lalu IIFF menghadirkan peserta sebanyak 175 brand /desainer,
bertempat di Assembly Hall- Jakarta Convention Center. Tujuannya, untuk mengapresiasi
pencapaian industri busana muslim lokal yang diharapkan dapat menjadi tuan
rumah di negeri sendiri.
IIFF 2013 memiliki 4 (empat) program utama yaitu : workshop, fashion show, fair, talkshow dan kompetisi. Pada
kesempatan itu, porsi talkshow dan workshop lebih banyak karena sangat bermanfaat bagi produsen serta
penikmat fashion. Pembahasan terkait masalah branding
dan marketing, budaya dalam fashion, Tren 2014, trik promosi melalui
media sosial, Visual Merchandising
hingga teknik membuat detail yang diajarkan langsung oleh desainer senior Irna
Mutiara dan Anne Avantie.
Wadah Belajar, Busana dan Bisnis
Busana muslim kini semakin banyak digemari oleh masyarakat. Ia telah
dipakai anak-anak, kaum muda maupun wanita dewasa dan banyak produsen
baru yang bermunculan. Indonesia Islamic Fashion Fair adalah wadah untuk
belajar, berbusana, berbisnis, dan berinteraksi sehingga dapat bermanfaat untuk
orang banyak. Tahun lalu, IIFF
menghadirkan berbagai desainer/ brand lintas generasi, tempat para desainer/
brand asosiasi, komunitas dan individu, bertemu dan berkolaborasi.
Program kegiatan Fair dibagi menjadi 4 zona yang berbeda yaitu; Start Up, Support Material, Desainer dan
Brand. Para desainer baru dapat
memperkenalkan karyanya di zona Start Up, sementara para produsen material
pendukung seperti renda, kancing, bordir dll dapat menjual produknya di zona
Support Material. Dua zona lain adalah zona bagi Desainer dan Brand yang telah
memiliki nama.
Nama-nama besar seperti Irna Mutiara, Shafira, Itang Yunasz, Dian Pelangi,
Ria Miranda, Ida Royani, Hannie Hananto, Dina Midiani, Monika Jufry, Anne
Avantie, Najua Yanti, Restu Anggraini, Kivitz, Up2Date, Zoya, Rya Baraba dan
Amalina Amman dari Sydney turut mendukung acara ini baik lewat show, fair
maupun talkshow.
Figur publik yang terkenal seperti Dewi Sandra juga turut serta
berpartisipasi dalam memeriahkan dan mensukseskan IIFF 2013 ini dengan
melakukan special performance di show
Wardah, Peggy Melati Sukma dan Muhammad Assad yang akan merilis buku terbarunya
serta lomba Rancang Busana Majalah (LRBM) Majalah Noor yang diadakan setiap
tahun juga bisa disaksikan di IIFF 2013.
IIFF 2013 mengusung tema "Style
Unlimited" yang merayakan keberagaman material, detail dan styling
busana muslim Indonesia. Begitu banyak kekayaan lokal yang belum dikenal oleh
banyak produsen busana muslim.
Melalui IIFF pengunjung dapat melihat dan bersentuhan langsung dengan busana muslim, dengan unsur local, sebab Indonesia begitu
kaya dan mempunyai begitu banyak inspirasi. Baik dari gaya berkerudungnya,
siluet, penggunaan material hingga craft
nya.
Pada kesempatan ini, kita patut bangga, karena ada peningkatan dalam karya
para desainer dengan mengeksplorasi kekayaan budaya lokal, seperti diakui Taruna
K. Kusmayadi, Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).*****
Penulis adalah Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek (EKMDI), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar