Senin, Mei 19, 2014

Busana Muslim Indonesia, Kiblat Dunia 2020

Saat Indonesia Bersaing Melalui Gagasan dan Ide Kreatif (3-Habis)



Oleh Harry Waluyo

Harry Waluyo
BEGITU banyak dan beragamnya karya-karya kreatif Indonesia, yang sebenarnya memiliki potensi komersial dan berdaya saing tinggi. Satu diantara beberapa yang bisa menjadi kiblat dunia adalah busana Otentik Indonesia dan Busana Muslim.

Untuk itu, Ditjen EKMDI memfasilitasi terbentuknya Indonesia Fashion Week (IFW) sebagai pekan mode yang melibatkan beragam praktisi mode, desainer, pelaku bisnis mode skala kecil, menengah, dan besar, baik  dalam maupun luar negeri.

Indonesia Fashion Week 2014
bersama Menteri Ekonomi Kreatif,
Mari E. Pangestu (kanan)
IFW menampilkan rancangan terbaru yang berakar pada budaya lokal dan kreativitas otentik Indonesia. IFW sangat mendukung lahirnya bakat-bakat baru di dunia fashion yang akan menjadi duta muda "ready to wear" Indonesia. 

Mengusung ‘Sarung’

IFW tahun lalu masih mengusung ‘sarung’ sebagai trend fashion dalam pertunjukan yang ditampilkan oleh para desainer maupun siswa sekolah mode. Karena sifatnya yang fleksibel dan praktis, sarung dipercaya dapat meraih popularitas lebih besar lagi. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.


Pekan Fashion Indonesia menampilkan rancangan terbaru dan terbaik dari para desainer. Ini merupakan pesta mode bagi semua kalangan, sekaligus sebagai ajang pamer potensi kreatif para pelaku mode. Pada gilirannya, kehadiran  dunia mode dalam perekonomian Indonesia dapat memberikan kontribusi  besar dalam Product Domestic Bruto (PDB). Ini akan menjadi bukti bahwa kreatifitas adalah keseharian rakyat Indonesia yang harus diberdayakan.

Kegiatan pada IFW yakni menghadirkan rancangan terbaru dan terbaik dari para desainer yang akan berlanjut pada fashion show, seminar, kompetisi, dan pameran produk fashion yang terbagi dalam 9 zona (women, men, kids, accessories, textile, muslim, starting point, concept point dan green point). 

Melihat kecenderungan bahwa kekayaan lokal dapat dijadikan sebagai acuan tren apabila dikemas dengan selera internasional, maka kami mendukung pembentukan Indonesia Trend Forecasting, yang pada diluncurkan tahun ini, dengan mengetengahkan kekayaan kreativitas lokal yang menjadi inspirasi bagi dunia global agar desain Indonesia menjadi "trendsetter" dunia. 

Indonesia Fashion Forward (IFF)

Kelanjutan dari pekan Busana Indonesia adalah Indonesia Fashion Forward (IFF). Keberhasilan label Major Minor, Tex Saverio, dan Dian Pelangi menembus pasar dunia tahun 2012 dan 2013 di Harvey Nichols, Paris, dan Haute Arabian, telah menempatkan Major Minor, Tex Saverio, dan Dian Pelangi setara dengan desainer kelas dunia.  Seperti Alexander McQueen, Lanvin, Stella McCartney, Vivienne Westwood, Polo Ralph Lauren, ChloĆ©, Michael Kors dan Dolce and Gabbana.

Keberhasilan Major Minor, Tex Saverio, dan Dian Pelangi menjadi motivasi penting bagi para peserta Indonesia Fashion Forward tahun ini. Sejak dirintis tahun 2012, Program IFF telah memilih 20 desainer dan label yang akan mendapat bimbingan langsung dari para pakar Centre for Fashion Enterprise (CFE) yang berpusat di Inggris, yaitu Yosafat Dwi Kurniawan, Major Minor, Barli Asmara, Cotton Ink, Bretzel, Albert Yanuar, Jeffry Tan, Tex Saverio, Toton, Friederich Herman, Vinora Ng, Batik Chic, La Spina, Nur Zahra, Jenahara, 8eri, Milcah, dan Nefertiti, agar siap bersaing di pasar internasional.

Sampai saat ini, sebanyak 20 desainer tersebut masih dibina, dipantau, dan diarahkan oleh para pakar fashion asal Inggris,  yang akan bertemu langsung dengan para pelaku bisnis fashion Indonesia dan berbagi strategi mengembangkan label fashion. Mereka adalah Demelza Galica, Wendy Malem, Angela Quaintrell, Toby Meadows, Sanjeev Davidson dari Centre for Fashion Enterprise (CFE) . Hasil pembinaan (coaching) tersebut akan ditampilkan dalam Jakarta Fashion Week (JFW). 

Islamic Fashion Kiblat Dunia 2020 

Indonesia Islamic Fashion Fair (IIFF) belum lama ini terbentuk. IIFC memiliki sebuah misi menjadikan Busana Muslim Indonesia sebagai kiblat Busana Muslim Dunia di tahun 2020. Sebagai gambaran, IIFF tahun lalu,  menghadirkan berbagai desainer/ brand lintas generasi. Seperti Irna Mutiara, Shafira, Itang Yunasz, Dian Pelangi, Ria Miranda, Ida Royani, Hannie Hananto, Dina Midiani, Monika Jufry, Anne Avantie, Najua Yanti, Restu Anggraini, Kivitz, Up2Date, Zoya, Rya Baraba dan Amalina Amman dari Sydney.

IIFF adalah salah satu program yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atas prakarsa IIFC, suatu konsorsium yang didirikan oleh tiga institusi yaitu Shafira Corporation, Majalah NooR, dan APPMI pada 2010.  

IIFC memiliki misi menjadikan pakaian Muslim Indonesia sebagai kiblat fashion dunia pada  2020. Atas kesepakatan bersama tersebut, lahirlah acara IIFF sebagai corong utama mewujudkan misi tersebut.

IIFF merupakan pagelaran fashion busana muslim tahunan, yang dilaksanakan untuk mengeksplorasi kekuatan Indonesia dalam industri kreatif fashion. Khususnya busana muslim. Diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi melalui upaya memperbaiki dan menjual kemampuan kreatif Islamic Fashion Indonesia ke level dunia. IIFF juga ditargetkan dapat menjadi salah satu tujuan wisata belanja busana muslim utama bagi Indonesia.

Untuk mencapai tujuan ini, IIFF melakukan langkah-langkah konkrit. Salah satunya membuat blueprint rencana kerja 2011-2020, yang mencakup pengembangan produk dan suplai serta pengembangan pasar dalam dan luar negeri.

Tahun lalu IIFF menghadirkan peserta sebanyak 175 brand /desainer, bertempat di Assembly Hall- Jakarta Convention Center. Tujuannya, untuk mengapresiasi pencapaian industri busana muslim lokal yang diharapkan dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

IIFF 2013 memiliki 4 (empat) program utama yaitu : workshop, fashion show, fair, talkshow dan kompetisi. Pada kesempatan itu, porsi talkshow dan workshop lebih banyak karena  sangat bermanfaat bagi produsen serta penikmat fashion. Pembahasan terkait masalah  branding dan marketing, budaya dalam fashion, Tren 2014, trik promosi melalui media sosial, Visual Merchandising hingga teknik membuat detail yang diajarkan langsung oleh desainer senior Irna Mutiara dan Anne Avantie.

Wadah Belajar, Busana dan Bisnis

Busana muslim kini semakin banyak digemari oleh masyarakat. Ia telah dipakai anak-anak, kaum muda maupun wanita dewasa dan banyak  produsen baru yang bermunculan. Indonesia Islamic Fashion Fair adalah wadah untuk belajar, berbusana, berbisnis, dan berinteraksi sehingga dapat bermanfaat untuk orang banyak.  Tahun lalu, IIFF menghadirkan berbagai desainer/ brand lintas generasi, tempat para desainer/ brand asosiasi, komunitas dan individu, bertemu dan berkolaborasi.

Program kegiatan Fair  dibagi menjadi 4 zona yang berbeda yaitu; Start Up, Support Material, Desainer dan  Brand. Para desainer baru dapat memperkenalkan karyanya di zona Start Up, sementara para produsen material pendukung seperti renda, kancing, bordir dll dapat menjual produknya di zona Support Material. Dua zona lain adalah zona bagi Desainer dan Brand yang telah memiliki nama.

Nama-nama besar seperti Irna Mutiara, Shafira, Itang Yunasz, Dian Pelangi, Ria Miranda, Ida Royani, Hannie Hananto, Dina Midiani, Monika Jufry, Anne Avantie, Najua Yanti, Restu Anggraini, Kivitz, Up2Date, Zoya, Rya Baraba dan Amalina Amman dari Sydney turut mendukung acara ini baik lewat show, fair maupun talkshow.

Figur publik yang terkenal seperti Dewi Sandra juga turut serta berpartisipasi dalam memeriahkan dan mensukseskan IIFF 2013 ini dengan melakukan special performance di show Wardah, Peggy Melati Sukma dan Muhammad Assad yang akan merilis buku terbarunya serta lomba Rancang Busana Majalah (LRBM) Majalah Noor yang diadakan setiap tahun juga bisa disaksikan di IIFF 2013.  

IIFF 2013 mengusung tema "Style Unlimited" yang merayakan keberagaman material, detail dan styling busana muslim Indonesia. Begitu banyak kekayaan lokal yang belum dikenal oleh banyak produsen busana muslim.

Melalui IIFF pengunjung dapat melihat dan bersentuhan langsung  dengan busana muslim,  dengan unsur local, sebab Indonesia begitu kaya dan mempunyai begitu banyak inspirasi. Baik dari gaya berkerudungnya, siluet, penggunaan material hingga craft nya.

Pada kesempatan ini, kita patut bangga, karena ada peningkatan dalam karya para desainer dengan mengeksplorasi kekayaan budaya lokal, seperti diakui Taruna K. Kusmayadi, Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).*****


Penulis adalah Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek (EKMDI),  Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI 

Tidak ada komentar: