Harry Waluyo |
STRUKTUR perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring
dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA)
menjadi berbasis SDM (insan kreatif). Konsep Ekonomi Kreatif merupakan
sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan
kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock
of knowledge sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.
Alvin Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban
ekonomi ke dalam tiga gelombang. Gelombang pertama
adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga
adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian gelombang keempat gelombang
ekonomi kreatif yang berorientasi pada ide dan gagasan kreatif.
Menurut ahli ekonomi Paul Romer (1993), ide adalah modal ekonomi yang
sangat penting, lebih penting daripada objek yang ditekankan pada banyak model
ekonomi. Di dunia yang memiliki keterbatasan fisik ini, penemuan ide-ide besar
bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecil yang akan mendorong pertumbuhan
ekonomi.
“The creative economy is one of the most
rapidly growing sectors of the world economy. It is highly transformative in
terms of income generation, job creation and export earnings. But that is not
all. The creative economy also generates non-monetary value that contributes
significantly to achieving people-centered, inclusive and sustainable
development.” (Creative Economy Report 2013, UNESCO AND UNDP).
Apa itu Ekonomi
kreatif?
UNCTAD (United Nations Conference On
Trade Development) menyebutkan ciri-ciri Pengembangan Ekonomi Kreatif,
diantaranya meliputi:
Pertama, ekonomi kreatif
dipelajari secara memadai (nurtured);
karena dipelajari terus menerus, ekonomi kreatif sangat adaptif dan oleh karena
itu berkelanjutan.
Kedua, pembangunan ekonomi
kreatif difokuskan pada pengembangan sumber daya insani; ekonomi kreatif
menempatkan manusia sebagai subjek yang menentukan arah dan tujuan hidupnya.
Ketiga, bahan bakar ekonomi
kreatif adalah budaya; dalam hal ini budaya diartikan sebagai mindset. Keempat, ekonomi kreatif bersifat inovatif (ide-ide yang tidak
pernah habis).
Kelima, ekonomi kreatif menciptakan lapangan kerja (job creation); insan kreatif mendorong
pertumbuhan ekonomi dan produktivitas.
Keenam, ekonomi kreatif
melibatkan seluruh lapisan masyarakat (social
inclusion); ekonomi kreatif dari insan kreatif, oleh insan kreatif, untuk
kesejahteraan umat manusia.
Ketujuh, ekonomi kreatif
sangat menghargai keanekaragaman budaya; kekuatan ekonomi kreatif terletak pada
keunikan dan kekhasan produk barang atau jasa yang memiliki keunggulan
kompetitif.
Kedelapan, ekonomi kreatif
menjaga lingkungan hidup yang berkelanjutan; sejak dari penggunaan bahan,
proses produksi, sampai limbahnya, tidak boleh mencemari
lingkungan.
Dominic Power & Allen J. Scott (2004) mengatakan, ‘’new
economy, based on industries that supply cultural products or services’’ Produk
barang atau jasa yang dihasilkan ekonomi kreatif harus mengandung nilai, makna,
dan identitas yang digali dari sumber daya budaya lokal agar dapat bersaing di
arena global.
Penelitian Nielsen baru-baru ini memperlihatkan hasil menggembirakan bahwa
daya saing local brand sangat
menggembirakan. Brand lokal Indonesia berada di ranking 58, di atas Philipina
(53), Korea Selatan (46), Jepang (46), Thailand (45), dan Malaysia
(41). Kekuatan brand lokal Indonesia terletak pada persepsi individu dan
masyarakat Indonesia, yang mencintai produk buatan Indonesia.
Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan IPTEK (EKMDI) berupaya
mewujudkan ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bernilai tambah, berdaya saing, dan berkelanjutan untuk
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Untuk mencapainya, Ditjen EMKDI kami berupaya meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap pelaku dan karya kreatif; mendorong penciptaan inovasi dan menciptakan tata pemerintahan yang responsif,
transparan, dan akuntabel.
Peluang Ekspor Ekonomi
Kreatif
Laju pertumbuhan PDB Indonesia Tahun 2010-2013 atas dasar harga konstan
2000=100 sektor ekonomi kreatif sebesar 5,76% lebih besar daripada PDB
Indonesia sebesar 5,74%. Nilai PDB ekonomi kreatif sebesar Rp 641,8
triliun (7%), dengan jumlah unit usaha sebanyak 5,42 juta unit (9,68%), dan
jumlah tenaga kerja sebanyak 11.872.428 orang (10,7%) dari total tenaga kerja
Indonesia.
Laju pertumbuhan Nilai Tambah Bruto (NTB) ekonomi kreatif Indonesia
2012-2013 untuk subsektor layanan komputer sebesar 9,44% dan arsitektur sebesar
8,04%. Ditinjau dari laju pertumbuhan tenaga kerja ekonomi kreatif
Indonesia 2012-2013: untuk subsektor periklanan sebesar 4,72%, riset dan
pengembangan sebesar 4,21%, sedangkan film, video, dan fotografi sebesar
4,15%.
Pertumbuhan ekspor ekonomi kreatif Indonesia sebesar 8,01% lebih besar
daripada pertumbuhan ekspor Indonesia sebesar 4,03%. Subsektor ekonomi
kreatif Indonesia yang laju pertumbuhan ekspornya terbesar yaitu di bidang mode
sebesar 9,51%, kerajinan sebesar 7,67%, periklanan sebesar 5,52%, arsitektur
sebesar 4,48%, film, video, fotografi sebesar 4,43%, radio dan televisi sebesar
4,26%, dan kuliner sebesar 4,02%.
Program dan Kegiatan
Menarik
Dalam mengembangkan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek,
Ditjen EKMDI memiliki Program Pengembangan yang diimplementasikan melalui: Peluncuran
Indonesia Channel (www.indonesiakreatif.net). Selain itu, kami
juga memfasilitasi Peningkatan Akses Pembiayaan Pelaku Animasi, dengan tujuan untuk
menggalang kekuatan dan kebersamaan di antara animator, stasiun televisi,
perusahaan swasta, perbankan dan pemerintah untuk mengedepankan film animasi
yang berbudaya dan berdaya saing.
Melalui suatu lokakarya Animasi dan Animator Nasional Berprestasi, kami juga
mengadakan Kompetisi Penciptaan Karakter Lokal. Kegiatan ini bermanfaat bagi
pelaku kreatif konten media animasi pada khususnya dan pelaku industri animasi
umumnya. Kompetisi Penciptaan Karakter Lokal Indonesia dimaksudkan menyerap
masukan-masukan yang penting bagi pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan
daerah, serta masukan-masukan yang bermanfaat bagi upaya pengembangan karya
kreatif media animasi.
Kegiatan menarik lainnya adalah kompetisi Membuat Komik Dengan Muatan Lokal
Indonesia.
Kegiatan ini bertujuan untuk memacu
kreativitas dan potensi komikus Indonesia dalam berkarya, membagi informasi
tentang kiat-kiat membuat komik yang tematik dengan latar belakang budaya dan
karakter Indonesia dan membangun jejaring berbasis komunitas untuk menciptakan
skenario distribusi di daerah bagi penerbit-penerbit mandiri. Baik secara daring maupun cetak. Juga memperkuat basis komunitas komik online maupun cetak dengan meningkatkan
produktivitas dan kualitas karya komikus, serta memberikan ruang publik bagi
para pemula di industri komik untuk menampilkan karya-karyanya.
Animasi Didi Tikus
Dalam beberapa tahun terakhir, industri animasi Indonesia mengalami
kemajuan yang cukup signifikan, ditandai dengan kesediaan sebuah stasiun TV
Nasional menayangkan karya animasi asli Indonesia, Didi Tikus. Film animasi yang dianggap memiliki tokoh dengan
karakter yang kuat ini, mampu pula mencuri perhatian penikmat animasi
tanah air. Terutama kalangan anak-anak dan remaja. Di balik itu, ternyata
Indonesia juga memiliki begitu banyak pelaku kreatif bidang animasi, terutama
perorangan.
Festival animasi yang rutin diselenggarakan di beberapa negara, menjadi
salah satu wadah yang tepat dalam memperkenalkan film animasi Indonesia ke
dunia internasional. Sekaligus sebagai tempat belajar bagi para pelaku industri
animasi tanah air untuk meningkatkan
wawasan, kemampuan dan kualitas para animator Indonesia.
Mengingat antusiasme yang tinggi, maka pemerintah pun memfasilitasi akses dengan
dunia animasi internasional. Diharapkan, para pelaku industri animasi akan
semakin bermunculan dengan bakat dan kemampuan yang semakin berkembang,
sehingga film animasi lokal mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bahkan
merajai dunia animasi regional. Seperti pernah dilaksanakan di Tokyo (Drama
Shooting Film TV Aishiteru), Inggris (Film London), Dubai (Dubai International
Film Festival and Video Games 2013). ****
Penulis, alumnus UNPAD
dan Universitas Indonesia bidang Ilmu Budaya. Saat ini menjabat Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis
Media, Desain dan Iptek (EKMDI),
pada Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar