fajar ramadan |
Kenikmatan dan kegembiraan ini, sejatinya, terasa belum lengkap tanpa kehadiran orang-orang tercinta, termasuk yang utama adalah anggota keluarga, kedua orang tua, sanak saudara dan kaum kerabat. Kerinduan dan berbagi suka duka, adalah awal keceriaan. Dan inilah pula yang menyedot jutaan orang dari kota-kota besar di Indonesia bersedia melakukan 'perjalanan' setahun sekali untuk pulang kampung.
Jutaan orang yang berasal dari berbagai kota-kota besar di Indonesia, sejak Hari-7, mulai meninggalkan pekerjaannya dan mempersiapkan diri untuk perjalanan: pulang ke kampung, tempat dari mana mereka berasal. Maka munculah istilah Mudik, yang artinya kembali ke UDIK (kampung). Tidak hanya rakyat jelata, bahkan para pejabat tinggi, mulai dari Menteri Negara hingga Jokowi, Gubernur DKI Jakarta, yang fenomenal itu pun meninggalkan kota Jakarta mudik ke Solo, Jawa Tengah, tanah kelahirannya. Hebatnya, dia mengatakan bahwa sudah sepatutnya pejabat tinggi meminta maaf kepada rakyatnya!
ribuan sepeda motor mudik lebaran |
Kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, Balikpapan, Banjarmasin, dan lainnya, kini tampak sepi dan lengang. Ini menunjukkan bahwa denyut nadi kota-kota besar digerakan oleh kaum urban, termasuk dampak buruk kemacetan, selain kurangnya antisipasi dan fasilitas publik pendukung yang buruk yang semestinya disediakan Pemerintah.
Pemandangan yang kontras, cobalah Anda bepergian di dalam kota Jakarta, pada Hari -3 dan Hari + 3, akan jauh terasa lebih nyaman, lancar tetapi terasa berbeda dan agak asing bahkan mungkin terasa 'tidak bernyawa'. Mengapa? Karena Jakarta sudah dan sedang ditinggalkan para pendatang dari berbagai daerah pedesaan.
berjuang di Jendela KA, demi mudik |
Memang, tidak ada yang lebih indah selain berbagi. Buat diri Anda sendiri, secara kejiwaan, dengan berbagi membuat hati lebih tentram dan nyaman. Anda tidak perlu merasa takut mobil atau motor Anda dicuri meski di parkir di luar rumah karena kita peduli kepada orang-orang sekitar. Sebaliknya, mereka pun menjadi peduli kepada harta yang mungkin tidak bisa Anda jaga selama 24 jam. Itulah salah satu rahasia kenikmatan berbagi, saling peduli mendatangkan rasa tentram. Singkatnya, biarlah harta Anda yang menjaga diri Anda dan keluarga Anda.
Bahkan, pemberian kita pada berbagai keadaan (susah dan senang) akan kembali kepada kita dalam bentuk yang jauh lebih baik kepada Anda. Mengapa? Karena tidak ada sesuatu yang sia-sia di alam semesta ini. Einstein bilang, hukum kekekalan energi! Itulah yang sering disebut sebagai keajaiban (miracle of giving). Ia kembali menjadi berlipat ganda dalam bentuk yang (boleh jadi) berbeda.
Bukan sebaliknya, Anda terus-menerus merasa gundah gulana karena harus mengawasi harta benda Anda. Terus menerus juga, mengawasi perilaku anak gadis atau pria yang berada di luar rumah karena kita tidak pernah memberinya kepercayaan untuk bisa menjaga dirinya sendiri. Pola hidup seperti ini, justru yang banyak dirasakan 'orang kota' hingga mereka pun kemudian rentan dihinggapi berbagai penyakit. Mereka sangat giat mencari uang, kemudian dihabiskan untuk membayar biaya pengobatan.
Beramal yang ikhlas (di bulan puasa dan pasca Ramadhan), semestinya menimbulkan bekas pada bulan-bulan selanjutnya dalam siklus tahunan, hingga sepanjang hidup. Ini tidak saja membuat diri kita sendiri nyaman, terlebih lagi bisa membuat orang lain bergembira. Apalagi jika perbuatan itu disertai dengan hati yang tulus, tanpa bermaksud meningkatkan harga diri Si Pemberi dan sebaliknya merendahkan Si Penerima.
Namun di lingkungan bisnis dan administrasi Pemerintah, masih sering kita saksikan yang terjadi sebaliknya, ketika seseorang (atau sesuatu lembaga/institusi/perusahaan), memberikan sesuatu dengan tujuan mendapatkan yang lebih banyak, lebih besar atau lebih bernilai. Pemberiaan semacam ini, bisa beragam bentuknya. Begitu pula dengan penerimaan, bisa beragam pula caranya, termasuk ketika Si Penerima memberikan janji tertentu. Transaksi seperti ini adalah pamrih!
Sesuatu janji, yang diberikan oleh seorang pejabat (yang menggengam kekuasaan di tangannya), kepada seseorang atau sesuatu lembaga yang telah memberikan sesuatu pemberiaan --dengan maksud mendapatkan sesuatu yang lebih besar (nilainya) baik berupa pekerjaan/proyek tertentu-- meski belum dilaksanakan, termasuk ke dalam perbuatan tercela dan memiliki implikasi pidana. Hal semacam inilah yang termasuk kategori perusak amal, yang menghanguskan makna puasa yang telah dijalani seseorang selama satu bulan penuh. Dan itu artinya, saya dan Anda, mungkin belum termasuk orang-orang yang keluar sebagai pemenang, tidak tergolong sebagai orang-orang yang kembali kepada kesucian. Baik suci jasmani (tidak memakai atau mengkonsumsi barang-barang atau fasilitas yang diperoleh secara tidak sah dan/atau ilegal), maupun suci secara ruhani.Untuk perkara yang terakhir ini, hanya Anda dan Tuhan yang Tahu.
Semoga kita dijauhkan dari segala tindakan tercela yang dapat menghapus seluruh amal ibadah yang telah kita laksanakan selama berpuasa. Selamat bermudik ria dan menikmati kegembiraan, berbagi kasih bersama orang-orang yang Anda cintai.
Selamat hari raya Iedul Fitri 1434 H.
Mohon maaf lahir dan bathin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar