Rabu, Januari 11, 2012

Berakhir Tragis: KLM. Maruta Jaya-900 Tenggelam di Tanjung Priok, Jakarta Utara

KLM. Maruta Jaya, tenggelam
di luar Dam, pelabuhan Tanjung Priok,
Jakarta. Posisi rebah kanan
(IndonesiaWaters.Com)
 
Setelah bertahun-tahun terkatung-katung nasibnya tanpa kepastian, akhirnya KLM Maruta Jaya-900, Minggu, 8 Januari 2012, sekitar pukul 10.30 WIB, kapal layar motor berbobot mati  900 ton itu,  tenggelam di luar dam (tembok penahan gelombang), sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Penyebab tenggelamnya kapal milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia itu, belum diketahui secara pasti dan hingga kini, masih dalam penyelidikan pihak berwenang dan aparat terkait.

Yang menjadi pertanyaan adalah: mengapa otoritas pelabuhan mengijinkan kapal dalam keadaan 'sakit' tapi harus keluar dari area pelabuhan? Sementara cuaca pada saat itu sedang turun hujan cukup lebat di Jakarta.

Maruta Jaya, tampak depan samping
(private doc)
Tenggelamnya Maruta Jaya, tidak banyak menarik perhatian dan tidak diketahui banyak orang karena sepi dari pemberitaan. Apalagi beberapa hari kemudian, terdengar musibah tenggelamnya kapal pesiar mewah  'Costa Concordia' ,yang  tenggelam di sekitar Pulau Isola del Giglio, Italia, Sabtu (14/1/2012) yang menggemparkan dunia. 


Berita Concordia dari Italia, benar-benar 'menenggelamkan' perhatian masyarakat Indonesia terhadap tenggelamnya KLM. Maruta Jaya, yang terjadi hari Minggu (8/1/2012) di Tanjung Priok, beberapa hari sebelumnya. Bak peribahasa: 'Kuman di seberang laut nampak tetapi Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan' 


Kapal kargo Maruta Jaya tenggelam di luar DAM (water breaks), Pelabuhan Tanjung Priok, tidak banyak diketahui. Padahal, lokasi tenggelam hanya sekitar 1 mil laut dari Jakarta, Ibukota negara. Kemudian pada Jumat malam (13/01/12) kapal pesiar mewah 'Costa Concordia' , tenggelam di sekitar Pulau Isola del Giglio, Italia, yang terpaut jarak lebih dari 10,000 mil laut. . 


Memang tidak sepadan untuk dibandingkan, tetapi sebagai ilustrasi saja: Maruta di bangun pada 1990 dengan biaya Rp 8 Miliar , sementara Costa Concordia diluncurkan pada 2006, pembuatannya menelan biaya US$ 570 juta atau Rp 5,2 triliun. Memang tidak pantas untuk dibandingkan, tetapi kira-kira sebesar itu pula perbedaan perhatian masyarakat.  
.
Lebih menyedihkan, hingga kini belum ada tindakan atau pun pengusutan yang serius mengenai sebab-sebab terjadinya musibah ini. Pihak yang berwajib termasuk Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) diharapkan segera bertindak, mengumpulkan fakta dan data dari pihak terkait.


Jika benar, terdapat indikasi adanya unsur kelalaian, kecerobohan atau bahkan kesengajaan, maka aparat penegak hukum harus segera mengusut dan menindak tegas mereka yang terlibat dan mempertanggungjawabkan di Pengadilan. 


Tidak ada yang kebal hukum di negeri ini. Semua orang bersamaan kedudukannya di muka hukum. Siapa yang bersalah, harus ditindak tegas. Sayangnya, sampai tulisan ini dilansir, belum ada tanda-tanda adanya upaya ke arah itu.   

KLM. Maruta Jaya-900 yang semestinya menjadi kapal latih bagi para pelaut Indonesia ini, sepertinya memang mengikuti jejak pendahulunya, yakni Phinisi Nusantara yang juga berakhir dengan tragis.

Gambar Teknis,
Maruta Jaya-900 

(private doc)
Kedua kapal ini tenggelam bukan di medan laga seperti di samudera luas dengan ombak dan badai yang ganas, tetapi justru karam di  'rumah' sendiri., hanya beberapa kilometer dari istana Negara.

Phinisi Nusantara tenggelam beberapa tahun silam di Kepulauan Seribu, sekitar 30 mil laut dari Jakarta Utara, akibat dari suatu tindakan konyol yang tidak semestinya terjadi.

Kini, nasib serupa juga menimpa KLM. Maruta Jaya. Satu demi satu kebanggaan Indonesia sebagai sebuah negeri maritim, akhirnya harus berakhir terkubur di dasar laut.


Continue Reading: >>

In memoriam: Maruta Jaya, Prototype Kapal Kargo Ideal Indonesia Yang Mati Prematur


Kapal Maruta Siap Menjadi Predator Baru di Tanjung Priok
Kapal Maruta Tenggelam Akibat Kelalaian Manusia

Related Article:
Jangan Biarkan Maruta Jaya Menjadi Besi Tua
Tenggelamnya Kebanggaan Sebuah Bangsa Maritim
Surat Seorang Pelaut Kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono




.

Tidak ada komentar: