Joko Widodo, walikota Solo itu, akhirnya memenangkan Pemilu Kepala Daerah paling bergengsi di Indonesia. Setelah melalui pertarungan sengit pada putaran ke-2 yang digelar di Jakarta, Kamis, 20 September 2012, pasangan Jokowi (panggilan akrab Joko Widodo) dan Ahok (panggilan akrab Basuki Tjahaja Purnama) akhirnya menang tipis atas pesaing kuatnya, incumbent Foke (Fauzi Bowo) dan Nara (Nachrowi Ramli).
Meski angka resmi hasil perhitungan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) baru akan diumumkan pada 3 Oktober 2012 mendatang, namun sejumlah lembaga survey yang melakukan penghitungan cepat (quick count) di Jakarta, telah melansir angka-angka perkiraan yang tidak berbeda jauh, yakni pada kisaran perolehan angka sebesar 52-53 % untuk kemenangan Jokowi-Ahok, sisanya 47-48% bagi pasangan Foke-Nara. Sumber lain: Cyrus Network, konsultan politik pemenangan Jokowi-Basuki, merilis hasil real count versi mereka. Jokowi-Ahok mendapat 54,72 persen dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli mendapat 45,08 persen.
Kami Siap Bekerja Keras Membenahi Jakarta [okezone.com] |
Perhitungan versi quick count hanya memberikan toleransi meleset sebesar 0,02 persen. Maka, tak ayal lagi, Markas Jokowi-Ahok, di Jl. Borobudur, Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, siang itu (Kamis, 20 September 2012) tumpah ruah dengan pendukung calon gubernur DKI Jakarta yang baru. Mereka memakai pakaian khas garis merah-hitam, kotak-kotak, yang menjadi trademark bagi Jokowi-Ahok.
Apa sebenarnya kunci keunggulan Jokowi-Basuki ini? Koordinator Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said
Salahuddin, mengatakan bahwa ada tiga kunci keunggulan Joko Widodo dalam
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran kedua. Tiga faktor itu
adalah kepribadian, kinerja, dan sportivitas.