Muriel Pearson, perempuan Amerika begitu cinta negeri ini. Dalam bukunya Revolt in Paradise, ia menuliskan kisah yang dialaminya sendiri dalam Pertempuran di Surabaya, November 1945, Muriel yang dikenal dengan nama samaran Ktoet Tantri mengibaratkan Sang Pembebas Perbudakan, Abraham Lincoln, sedang berjalan-jalan di kota, di mana rakyatnya sedang berjuang merebut kembali dan mempertahankan kebebasan yang baru saja mereka peroleh.
|
Muriel Pearson |
Kita memang baru saja merdeka. Agen Polisi Ferdinand Nainggolan nekad mengibarkan bendera merah putih di Surabaya. Moh. Jassin memproklamirkan berdirinya Korps Polisi Istimewa untuk menjamin keamanan bagi rakyat. Tapi Sekutu mendaratkan kembali Belanda dan Surabaya seketika berubah bagai bara panas.
Soemarsono dan Munthalib mendirikan Pemoeda Repoeblik Indonesia untuk menghadang gerak Sekutu, dokter Angka Nitisastro melatih palang merah, Soengkono membentuk tentara, Alexander Abineno dan Soesetyo Mahdi merebut kapal perang Jepang. Putri – putri bergabung dengan laskar rakyat di dipimpin Lukitaningsih. Oemi Kalsoem memimpin perempuan Arab, sedang Sophia Elisabeth Sijun dan Francisca Fanggidae memimpin perempuan-perempuan Indonesia Timur yang tidak (bisa) ikut mengungsi.